Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: Takkan Ada

Jumat, 28 November 2008

Takkan Ada


Takkan ada
By: Agus Idwar J (AIJ) feat Amanda


………………
Nikmat-Nya yang manakah?
Yang kan kau dustakan
Bila kau bernafas dengan udaranya?
Nikmat-Nya yang manakah?
Yang kan kau dustakan
Bila engkau hidup dengan rizki-Nya
Nikmat-Nya yang manakah?
Yang kan kau dustakan
Takkan Ada!!


Terinspirasi oleh lagu di atas, bahwa tak ada satupun yang patut untuk kita banggakan. Selaku hamba yang dhoif. Yang lemah, bodoh, tolol. Segala atribut kemanusiaan kita adalah semata-mata anugrah dari Yang Kuasa. Seorang Jendral sekalipun, yang memiliki kekuasaan beribu-beribu pleton prajurit, takkan sanggup menghadapi gelombang tsunami. Lalu, apa yang kau banggakan? Seorang yang paling perkasa pun, hanya akan terdiam kaku, tak bisa berbuat apa-apa ketika menghadapi orang paling terkasih dalam hidupnya tengah berjuang melahirkan buah hati mereka. Seorang penulis, yang bergelimang bangga dengan rangkaian kata-kata indahnya, takkan pernah sanggup menuliskan nikmat Allah yang berlimpah ruah, yang luar biasa banyaknya, meskipun pohon menjadi pena, lautan dan samudera menjadi tinta, itu pun takkan sanggup menuliskan ilmu Allah yang memenuhi tiap inci jagad raya ini. Butuh berapa tahun seorang spesialis dokter mata hanya untuk mempelajari satu bagian tubuh manusia itu? Hanya mata saja! Dokter THT, dokter spesialis paru-paru, dokter spesialis hati, spesialis tulang. Lalu, bagaimana kau bisa bangga dengan ilmu yang tak sampai seujung kuku itu? Tak layak! Demi Penguasa Langit dan bumi, manusia sungguh tak layak sombong dengan segala kepintaran, kecantikan, kekayaan, kekuasaan yang ia miliki.

Artikel di bawah ini, saya sadur dan ringkas dari majalah Tarbawi, edisi 20 Th.2/31 Mei 2001/Shafar 1422 H :

Belajar dari sejarah. Fira’un, maskot arogansi sebuah keyakinan. Manusia terangkuh sepanjang masa, yang namanya Allah abadikan dalam Alqur’an yang agung, mati di laut merah. Mengaku sebagai tuhan. Padahal dirinya rendah hina. Bahkan ia menyuruh teknokratnya untuk membangun menara tinggi, sambil berceloteh, ”Barangkali aku bisa menemukan Tuhannya Musa”.

Yuri Gagarin, seorang astronot, manusia pertama yang mengorbit mengelillingi bumi, dengan dalih mencari Tuhan di luasnya semesta, dia melakukan perjalanan mengelilingi bumi dan angkasa. Di tahun 1976, ia pun tewas dalam kecelakaan pesawat tempur yang di tumpanginya.

Kapal titanic, maskot arogansi ilmu. Kapal termewah kala itu, meluncur pertama kali pada 31 Mei 1911, dengan sombongnya, sang pemilik kapal berkata ”Not even God himself could sink this ship, Tuhan pun tidak akan mampu menenggelamkan kapal ini! Bahkan pembuatnya menolak untuk menambah sekoci penyelamat. Setahun kemudian, untuk pertama kalinya, Titanic berlayar dari Inggris menuju New York. Di tengah perjalanan, lambung kapal terkoyak karena menabrak gunung es di belokan Newfounland. Tanggal 14 April 1912, Titanic tenggelam dalam perjalanan pertamanya, yang menewaskan 1.500 orang


Tenggelamnya Titanic dan Fir’aun hanya menjadi penegasan, bahwa untuk melumpuhkan arogansi hamba-hamba-Nya, Allah cukup menggunakan sebagian kecil dari makhluk ciptaan-Nya. Karena sesungguhnya, ”Kepunyaan Allah, tentara langit dan bumi.........”

Lalu, apa yang kau banggakan? Takkan ada! Kalaulah Allah mengaruniakanmu kecantikan, syukuri dengan mempercantik akhlakmu. Jika Allah memberimu kepintaran, gunakan senantiasa untuk kebaikan. Jika Allah memberimu jabatan, maka gunakan tanganmu untuk keadilan dan mengejawantahkan hukum Allah di muka bumi ini.

Bersyukur atas segala yang Allah berikan. Karena letak kebahagiaan adalah bagaimana ia mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Buat apa berandai-andai daging, ayam ala resto jika yang tersaji di hadapanmu adalah nasi, sayur, tempe. Buat apa mengeluh tatkala hujan mengguyur, kau berharap hari cerah dan terang. Buat apa kau mengeluh ketika terik matahari menyengat tubuhmu, kau berharap hujan segera turun.

Terkadang kita mengeluh, kenapa aku tidak cantik seperti dia? Kenapa aku tidak kaya seperti dia? Kenapa aku tidak pintar seperti dia? Dan pertanyaan kenapa-kenapa yang lainnya, yang membuatmu merasa terpuruk dan tak berharga. Padahal Allah tlah janjikan, bahwa orang yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertaqwa diantara hamba-Nya.

Maka berhentilah membenci diri sendiri. Berhentilah untuk tenggelam dalam kesedihan. Berhentilah menyesali kondisi yang ada. Nikmatilah apa yang ada. Itu jauh lebih baik ketimbang mengeluh. Toh dengan keluhan itu pun, tak sedikitpun menyelesaikan masalah. Sesuatu yang ada dihadapan kita, terasa wajar adanya. Kenikmatannya baru terasa justru ketika ia tiada.

Kita akan mensyukuri nikmat sehat manakala kita sakit. Kita akan merindukan seseorang, manakala ia sudah pergi menjauh. Maka ucapkan ”Alhamdulillah”.

1 komentar:

Kang_Allam mengatakan...

afwan, itu bukan lagu. tapi bagian dari surat Al-Quran yaitu surat Ar-Rahmah