Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: Parlemen Undercover

Rabu, 05 November 2008

Parlemen Undercover



Judul Buku: Parlemen Undercover (Kisah-kisah Sontoloyo Wakil Rakyat
Negeri Indosiasat)
Penulis: Abu Semar
Penyunting dan Kata Pengantar: Akmal Nasery Basral
Penerbit: Ufuk Press
Cetakan: Pertama, Agustus 2008
Tebal: xvii+251 halaman


Suka nonton Democrazy dan Republik Mimpi? Yang kerap menyentil perilaku2 para petinggi-petinggi negara di negri ini yang membuat adrenalin kita berpacu cepat. Jika ya, tampaknya, anda layak mengoleksi buku yang satu ini. Tak butuh waktu lama. Sehari saja selesai membacanya. Bahasanya cukup ringan, menggelitik, membuat kita geleng-geleng kepala ketika membaca buku yang berisi 33 kisah sontoloyo anggota parlemen di senayan sana. Di sebuah negri bernama negri Indosiasat. Huh,,ngurut dada deh bacanya. Bisa jadi apatis ama anggota dewan yang kerjaannya cuma ngomongin seputar harta, tahta dan wanita. Ya....3 variabel ini bisa jadi kelemahan bagi makhluk bernama laki2 (eits, para lelaki, dilarang marah dan uring2 an, kita bicara fakta, kawan,hehe...)

Lalu, siapa sesungguhnya pengarang buku ini? Karena buku ini adalah kisah nyata yang sungguh terjadi di gedung senayan, maka pengarangnya adalah orang dalam senayan juga. Yang tau betul seluk-beluk perilaku para legislator yang terhormat itu. Untuk alasan kode etik di kalangan koleganya sesama anggota dewan, maka si pengarang meminta namanya di samarkan saja. Didapatlah Abu Semar! Kedengaran cukup aneh bukan. Cocok sekali. Semar itu sendiri identik dengan kecerdasan seorang rakyat biasa yang menyampaikan pesan dan kritikan kepada penguasa dengan cara jenaka.

Membaca buku inside story setebal 251 ini bisa jadi membuat Anda semakin apatis kepada penguasa negri ini. Dengar saja pendapat dari Fadjroel Rahman tentang buku ini “Setelah Anda membaca buku ini, Anda pasti menyimpulkan bahwa 99% anggota parlemen harus diberhentikan dan tak boleh lagi ikut Pemilihan Raya 2009”

Dalam salah satu tulisan berjudul “Sekretaris Selembar benang”, pembaca akan tau apa saja kriteria sekretaris anggota dewan. Setiap anggota parlemen Indosiasat memiliki hak mengangkat sekretaris untuk membantu pekerjaannya. Sekretaris ini berkantor diruangan yang sama dengan anggota dewan, yang hanya dibatasi oleh sebuah partisi. Ruang kerja mereka tentu saja tertutup dari luar karena bukan sejenis akuarium! Ruang tertutup yang tak bisa di tembus wartawan tercanggih manapun di negri Indosiasat. Dalam merekrut seorang sekrteris, sang anggota memiliki otoritas penuh baik dalam kriteria maupun penetapan jam kerja. Disinilah selera para anggota Parlemen, terutama yang laki-laki, akan sangat menentukan sekretaris model apa yang akan di pilihnya. Setidaknya, ada 3 kategori sekretaris pilihan dewan. Pertama, sekretaris senior, dengan alasan pengalaman dan jam terbang mereka sudah tinggi. Kedua, sekretaris yunior dengan alasan cekatan. Ketiga-dan ini yang sering menjadi korban-sekretaris dengan alur body seperti gitar spanyol, dan wajah sebening pualam. Masalah cekatan dan berpengalaman atau tidak, itu nomer 10 kawan! Yang penting body aduhai, atau apalah istilah yang tepat. Nah, bagaimana jika setelah bekerja, si bos merasa tidak sreg dengan kinerja sang sekretaris yang dipilihnya? Mudah saja. Semudah mereka mengangkat sekretaris, semudah itu pula mereka melepaskannya. Easy come, easy go! Karena itu fungsi sekretaris bagi para anggota parlemen di negri Indosiasat benar-benar seperti bergantung di sehelai benang.

Masih di tulisan ”Sekretaris Selembar Benang”, diceritakan seorang petugas kebersihan bernama Yoben menemukan sebuah benda kenyal berwarna merah jambu yang melekat di dasar tempat sampah. Berkali-kali ditepuk, benda itu tak sedikitpun ingin berpisah dari tempat sampah. Yoben berusaha melepasnya dan berhasil! Benda itupun meluncur tepat di depan matanya. Dan betapa terkejutnya Yoben yang hampir membuat matanya keluar, dan dia spontan bergumam, ”Astaghfirullah, kondom!”.

Ada lagi bagian cerita yang menundang tawa. Judulnya ”Toilet Kafir”.Adalah seorang Kiai Badruzzaman, anggota parlemen yang terkenal dengan ceplas-ceplosnya, mungkin pengaruh daerah asalnya juga. Meski tinggal di ibukota negri Indosiasat, Kiai Badruzzaman terlihat bersahaja dan rendah hati, namun disukai anggota dewan lainnya karena gaya kelakarnya yang segar. Suatu hari, sang kiai mengikuti forum informal dalam rangka membicarakan uji kepatutan bagi calon Ketua Badan Pengelola Urusan Gas dan Minyak Bumi. Seperti biasa, yang namanya rapat informal, tidak dilakukan di gedung parlemen, tapi di hotel berbintang yang letaknya tidak jauh dari gedung parlemen Indosiasat. Menyadari dirinya jarang masuk hotel, maka dengan dalih takut kesasar, sang kiai memilih ikut dengan rekannya saja. Tibalah mereka di ruang pertemuan. Anggota dewan pun mendengarkan para calon menyampaikan visi misi, sambil menikmati makanan dan minuman yang disediakan. Entah karena semakin banyak cairan yang masuk kedalam tubuhnya, atau suhu ruangan yang cukup dingin bagi tubuh Kiai Badruzzaman, ia mulai merasa ingin buang air kecil. Tidak susah baginya mencari toilet, karena di depan pintu sudah ada gambar laki-laki yang menandakan bahwa disitulah dia harus masuk. Sampai disana, beberapa laki-laki sudah berdiri berjejer menghadap porselen putih besar berbentuk mangkok. Ia pun membuka celananya, dan menjulurkan kelelakiannya. Setelah selesai, sang kiai pun menekan-nekan tombol hitam yang ada didepannya. Sialnya, tak setetespun air yang keluar untuk membersihkan ujung tongkatnya. Ah, rusak barangkali, pikir sang kiai. Ia pun bergeser ke kloset sebelahnya sambil tetap memegang alat vitalnya yang menjulur, takut terkena celananya, karena kalo kena celana, tak sah untuk sholat, pikir sang kiai. Namun, air tak kunjung keluar, meski berkali-kali tombol ditekan. Kali ini emosi kiai tak terbendung. Sambil memasukkan organ kebanggaannya itu kedalam celana, dia berteriak ”Dasar toilet kafir!”. orang-orang yang berada di rest room terkaget-kaget. Rupanya sang kiai tidak tau bahwa toilet bekerja dengan sistem sensorik elektronik yang airnya keluar setelah pemakainya menjauh. Benar saja, tak lama kiai mencapai pintu toilet, terdengar guyuran air dari kloset yang baru saja di tinggalkannya. Masih dengan nada jengkel, sang kiai menggerutu” MasyaAllah, ana udah jauh dia baru keluar. Benar-benar kafir!”. Orang-orang yang berada di rest room tersenyum simpul setelah paham apa yang terjadi dengan sang kiai udik itu.

Itu hanya sekelumit kisah dari banyak kisah lainnya. Tulisan-tulisan lainnya yang berjudul ”Karaoke karo kowe” adalah cerita anggota dewan senior yang memplonco juniornya dengan mengajak nya jalan-jalan ke luar negri. Disana, anggota dewan junior tersebut dibawa ke gedung bertuliskan ”PARADISE KARAOKE”. Sesampainya disana, sang junior di bawa ruangan berukuran 3x3m. Memiliki tempat duduk melingkar dengan meja di tengahnya. Didepannya, TV layar datar ukuran besar. Jantung sang junior masih berdebar, apalagi ketika ada suara wanita yang tiba-tiba masuk kerongga telinganya. 2 wanita seksi berwajah oriental menyapa sambil merangkul lengannya ke leher anggota dewan tadi. Kontan saja, detak jantung sang legislator berdetak sangat cepat. Bagaimanapun, ia lelaki normal. Tak mau berlama-lama, sebagai legislator junior, ia tak pernah tau seperti ini kerja anggota dewan kalau jauh dari istri, dia segera pamit dari sana dan meluncur ke hotel tempat ia menginap. Sesampainya di kamar, ia langsung sujud dan bersyukur tak terjerumus dalam kubangan maksiat. Air matanya menganak sungai mengenang kejadian yang baru saja ia alami.

Sebenarnya kisah-kisah dalam buku ini, sebagian sudah menjadi konsumsi publik, dan beberapa kasus juga sedang di selidiki KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Pengarang tidak langsung mengarah ke nama-nama personal tentunya. Namun menggunakan nama-nama samaran. Jika Anda membacanya, saya yakin anda sudah bisa menebak, siapa-siapa saja anggota dewan yang dimaksud oleh sang pengarang. Selain nama-nama samaran pelaku, pengarang juga memplesetkan nama-nama instansi dan lembaga pemerintahan. Seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diplesetkan menjadi Badan Pembasmi Suap Menyuap (BPSM). Badan Kehormatan DPR menjadi Majelis Pertimbangan Martabat, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi Badan Bisnis Negara Indosiasat (BBNI), dan lain-lain. Partai-partai pun begitu. Ada partai ka’bah, partai pohon kuning, partai matahari biru. Tanpa saya sebutkanpun, Anda pastinya bisa menebak itu partai apa.

Saya sempat berpikir untuk menghadiahkan buku ini kepada anggota dewan di kota saya. Hehe...biar mereka menertawakan diri mereka sendiri dan mulai berkaca. Syukur-syukur mereka tersinggung dengan tulisan-tulisan di buku ini. Artinya mereka masih punya hati.
Hm..jadi inget rocker Slank yang sempat menuai protes para anggota dewan yang merasa tersinggung dengan lirik lagu Slank...hehe

Peace..pak dewan...Peace..semoga kedepan kami bisa lebih bertanggung jawab untuk tidak kembali memilih Anda dan cerdas untuk mencari yang lebih baik dan bersih akhlaqnya....

Tidak ada komentar: