Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: 2011

Kamis, 22 Desember 2011

Selamat Hari Ibu

Ting ting.. ting ting (bukan ayu ting-ting loh ya)

HP gue bunyi ding! Tanda ada SMS masuk.

Gue buka, ternyata dari my hubby.

“Sekarang kan sudah jadi ibu, selamat hari ibu ya sayang.”

Wah, pagi-pagi, dah dapet SMS ucapan selamat hari ibu. Hmm, iya juga ya, gue kan sekarang dah jadi emak-emak, meskipun baru 30 hari. Hehe, yang penting judulnya “IBU”. Ya terlepas dari pro en kontra ttg hari ibu, apakah seperti mother’s day di Amerika, salah kaprah atau apapun namanya, gak masalah, yang penting ada moment untuk ngucapin, “Emak, I love U, selamat hari ibu “

Well, ibu memang sosok yang sangat hebat. Gue inget waktu melahirkan. Beneran antara hidup dan mati daahhh. En pernah juga ku posting tulisan tentang pengalamanku melahirkan, di “Episode melahirkan”.

Gue ma nyokap


yang ini ibu baru, baru 30 hari !


Kebetulan tadi pagi, gue sama nyokap nonton acara favorit keluarga kami, ISLAM ITU INDAH (Alasan yang sangat kuat kenapa kami suka, karena ustadznya orang BUGIS!, hehe…). Ada kata-kata yang menarik dari pembahasan tadi pagi, yaitu seputar ibu. Bahwa ketika melahirkan, kaki ibu berada diantara 2 tempat. Satu kaki di dunia, satu kaki di kuburan. Hiyy, rasanya merinding banget gue dengernya. Ya, memang antara hidup dan mati. Apalagi, denger adek ipar gue cerita, kalo ada keluarganya yang baru aja meninggal karena melahirkan. 


Bicara tentang ibu, dengan sangat Indah Allah lukiskan dalam AlQuran, :


“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan..” (QS. Al Ahqaaf: 15)


Di surah yang lain juga,


“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu” (QS. Luqman : 14)


Lalu, kenapa Allah memberikan fitrah kehamilan, melahirkan, menyusui dan mengasuh anak kepada perempuan? Karena kaum perempuan memiliki fitrah sabar, mampu memikul kesulitan hamil, melahirkan dan menjadi ibu, merawat anak-anak, menyusui dan mengurus berbagai keperluan anak-anak. Juga karena proses hamil dan persalinan itu sangat berat dan tidak mungkin dipikul kecuali oleh kaum perempuan. Maka Rasulullah bersabda, “Ada 7 buah mati syahid selain mati dalam berperang di jalan Allah SWT…”salah satunya adalah “perempuan yang meninggal saat nifas atau melahirkan, maka ia mati syahid.” (Hadits)


Ya ya ya, sosok ibu memang sosok yang sangat luar biasa. Thanks mom, I love u full !

Jumat, 16 Desember 2011

Suami Weekend

Suka duka menjalani hidup berumah tangga itu seperti mencicipi permen nano-nano. Ya ada asem manisnya gituh. Tak terkecuali rumah tangga kami. Keluarga kecil yang memulai hidup barunya di awal Juli setahun silam.

Sewaktu awal-awal menikah, saya masih satu kota dengan suami. 7 bulan kemudian, beliau dipindahtugaskan ke Sambas, 100 km dari Singkawang. Sedih? So pasti dunk. Apa rasanya hidup berumahtangga tapi gak satu rumah dengan suami. Bayangan akan sepinya rumah dan hampanya hidup tanpa suami di sisi mulai menggerogoti pikiran dan akal saya. Ditambah lagi saya gak punya keluarga (dalam artian keluarga dekat).

Setelah saya inget-inget, ternyata banyak juga temen saya yang suaminya juga bergelar “Suami Weekend”. Gelar itu muncul tak lain karena “Suami Weekend” ini baru bisa berkumpul sama keluarga di akhir pekan. Karena alasan pekerjaan, si suami harus tinggal berjauhan dengan keluarga. Dan baru bisa pulang di hari sabtu dan minggu. Jadi inget lagunya Sandy yang judulnya “Sabtu Minggu”. Hehe…

Apa rasanya hidup berjauhan dengan suami? Dan bertemu sepekan sekali?

Di awal-awal sih, kangen terus. Apalagi usia pernikahan kami masih Batita. Rasanya, kebutuhan untuk terus bersama sangat kentara. Apalagi kalo pas dia lagi sakit atau gak enak badan dikit, bawaannya khawatir mulu. Setiap waktu telpon-telponan dan selalu SMS-an. Kangen denger suaranya, denger ceritanya, denger nyanyiannya, denger suara batuknya, dengerin bersin-nya (lho?? Hehe ).

Tapi, lama kelamaan jadi terbiasa juga. Terbiasa tanpa kehadirannya di rumah. Saya bersyukur masih bisa ketemu suami, walaupun gak setiap hari. Ya, hidup memang terasa bahagia kalo kita syukuri. Karena, ada juga teman saya yang suaminya tinggal di luar pulau! Hadduh, gak kebayang betapa sulitnya untuk bertemu sesering mungkin karena jaraknya yang cukup jauh, otomatis yang musti di pikirin adalah biaya untuk pulang pergi. Paling banter cuma bisa ketemu sebulan sekali, itupun udah paling cepet. Belum lagi kalo pas lagi banyak kerjaan di kantor. Bisa-bisa gak ada jadwal pulang walaupun sudah di agendakan.

Hm, meskipun berjauhan, ada tradisi yang tak pernah luput diantara kami. SMS di pagi hari. Sekedar menyapa dan menanyakan udah sarapan apa belum, udah berangkat kerja kah, atau udah mandi kah. Pokoknya nanyain apa aja deh. Trus, setiap hari pasti telpon-telponan sama si yayang. Dan setiap hari, saya selalu dengar cerita baru. So, apapun yang terjadi hari itu sama dia, saya tau detailnya. Kemana aja, trus sarapan pagi nya apa, makan siang lauknya apa. Ya, hal yang keliatan remeh temeh, tapi jadi hal yang bagi kami bisa jadi pelepas kangen, walaupun si yayang tidak berada di sisi. Kalo saya, always cerita tentang kejadian-kejadian sehari-hari di sekolah. Tentang murid yang gak ngerjain PR, trus di hukum sama guru disuruh masuk ke kelas-kelas sambil bilang, “Jangan tiru saya, saya ini anak malas”. Haha, itu mah keterlaluan juga kali. Hukuman mental yang lebih berat dibanding hukuman fisik. Tentang guru yang kerjaannya ngomongin orang mulu. Tentang kepala sekolah, en masih banyak lagi.

Well, intinya, sesibuk apapun, selalu sempatkan untuk sms or telponan sama pasangan kita. Karena, perhatian kita sangat berarti.

Senin, 12 Desember 2011

Jodohku


Lirik lagu ashanty dan anang

Yach, karena tadi pagi pas buka TV, duet mereka nampil di acara DERINGS, so, pengen aja aplot ini ke blog ku. hehehe...

* ku nafas di jiwamu
kau pantai di lautku
terpaut hati ini cinta yang suci
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
niatku sampai matimu
mencinta hanya dirimu
haus jiwaku padamu ku cinta

reff:
jodohku maunya ku dirimu
hingga mati ku ingin bersamamu, ini ikrarku
jodohku maunya ku dirimu
satu cinta hingga ajal memisah
aku dan kamu satu saling mencinta

repeat *
repeat reff

usai sudah sedihku sakitku
hidup kini milikmu

(jodohku maunya ku dirimu
satu saling mencinta)

jodohku maunya ku dirimu
hingga mati (hingga mati) ku ingin bersamamu (ooh)
jodohku maunya ku dirimu (dirimu)
satu cinta (satu cinta) hingga ajal memisah
aku dan kamu satu saling mencinta
saling mencinta, satu aku dan kamu

Source: http://liriklaguindonesia.net/anang-ashanty-jodohku.htm#ixzz1gIAFMFuA

Kamis, 08 Desember 2011

Episode Melahirkan

Ci luk baaaaaaa….

Taraaaaaaaaaaaaa

Hey pemirsa, hau ar yu? Semoga baek2 aje ye semue. Setelah hampir sebulan tidak membelai si cantik clara (nama leppie gue ye), kali ini, gue mau bercerita tentang episode melahirkan anak pertama gue.

Wokeh dey, gak banyak cincong, kita ikuti kronologis kejadiannya ya.



1 Nopember 2011

Jauh-jauh hari, mak oncet (baca: ibu bunting) ini udah jauh-jauh hari ambil cuti. Padahal HPL (Hari Perkiraan Lahirnya) nya tanggal 24 Nopember cuuyyy…. Hehe, masih jauh kaleee. Tapi, berhubung kakak-kakak gue yang diatas-atas ntu, ngelahirin anaknye pada maju semua dari HPL. Ada yang maju seminggu, ada yang 2 minggu, bahkan ampe ada yang maju 3 minggu. Karena sindrom itulah, akhirnya ngerasa hal itu bakalan terjadi juga sama gue. Tambahan lagi, nyokap nyuruh balik cepet-cepet ke Pontianak.

So pemirsa, ini adalah salah satu bentuk analisis yang sama sekali tak bisa dipertanggungjawabkan, karena hanya berpedoman pada asumsi dan pengalaman semata. Nama ilmu ini adalah ilmu keliru_mologi.
3 Nopember 2011

Perut gue mulai mules-mules. Kontraksi yang emang sering terjadi, tapi kali ini lebih sering. Trus gue cerita ma nyokap.

Gue : Mom, bani sakit perut nih. Gak biasanya nih kayak gini

Mami : ha?? Udah mau melahirkan kali.

Tebak nyokap dengan wajah dua rius.

Gue : tapi gak kayak mau beol siyy. Pan katenye kalo mau melahirkan ntu, kayak mau beol. Iya gak mam?

Mami : Ya, gak semua orang ngerasain kayak gitu kalo mau melahirkan. Ada juga yang sakit-sakit sebentar tiba-tiba udah brojol.

Gue : (Sambil berpikir keras, mengingat-ingat rasa sakit yang biasanya gue alamin)

Uhmm, kayaknya sakitnya sama aja deh dengan yang kemaren-kemaren.

Mami : Oh, belom lah. Kalo mau melahirkan itu rasanya beda. Sakitnya juga luar biasa. Pokoknya sakit lah

Gue : Mi, apa gak sebaiknya minta mbak buat belanja peralatan baby? Siapa tau aja ntar malem bani melahirkan.

Mami : langsung ngangguk en nyamperin HP dan langsung tersambung sama kakak pertama gue. Siangnya, ntu barang udah beres semua di beli. Baju, popok, bedong, sarung tangan, sarung kaki, dan kawan serta kerabat-kerabatnya sudah tertata manis di kamar gue.



Nah, langsung deh gue masukin baju, kain sarung, en beberapa baju baby ke dalam tas. Siapa tau aja pas sakit-sakit perut gitu mau lahiran, jadi udah siap sama tas nya. Tinggal landas ajaaaaahh…



Hari berganti hari. Perut yang semakin sering mengeras, buat gue cemas. Apa iya ntar malem bakalan melahirkan. Gue heran, kenapa ya tiap malem pikirannya mau melahirkaaannnn aja. Padahal gak ada sama sekali tanda-tanda yang luar biasa yang menandakan bakalan brojol. Tiap gue ngeluh sakit, nyokap deh yang mulai kelimpungan. Takut gue brojol tapi gak ada yang nganter ke klinik katanya. Walhasil, tiada hari tanpa penjagaan ketat seisi rumah. Walo sepadat apapun jadwal manggung bokap ma nyokap, baek kondangan, atau jadwal show bokap yang penuh, teteup harus ada yang jaga dirumah,entah mbak atau adek gue yang standby dirumah.



Uhm…. Baidewey enibaswey, sebelum waktunya tiba, gue udah survey kesana kemari, dan ini beberapa alternative tempat buat ngbrojolin si jabang beibeehh.



Alternatif 1: Di Puskesmas 24 jam. Gue pernah 1 kali periksa kesana. Trus ditawarin buat ngelahirin disana, nama programnya Jampersal. Tiap ibu hamil dapet jaminan persalinan dari pemerintah. Biaya persalinan Rp 0, alias gratis.

Alternatif 2 : Rumah sakit bersalin Harapan Bunda. Jauh sebelum gue cuti, kami memang berencana buat ngelahirin disono. Tapi, karena baru turun gunung, gue baru tau kalo ntu rumah sakit udah pindah ke ujung kulon sono. Gak tanggung-tanggung, pindahnya ke A.Yani 2 mennnnn. Gubraaakkk.. mau berapa puluh kilo jaraknya dari rumah gue yak.. biayanya 1 jeti lebih deh. Yang pasti gak kurang dari itu.

Alternatif 3: Klinik deket rumah. Uhm, rasanya ini pilihan paling logis dan paling wueeenak. Soale, gue udah cek ‘n ricek tempatnya, bidan-bidannya sekalian, sama biayanya. Kelas 1 850 rebu tanpa infus. Kalo tambah infus, kurang lebih 1 jeti juga (lebih kurang suka rela deyy).



Yah, begitulah pemirsa. Hari-hari kulalui dengan kecemasan ntar malem atau besok subuh atau besok malemnya, atau besok besok besol subuhnya bakalan melahirkan. Ditambah nyokap yang terus-terusan mengeluarkan pernyataan, “ntar malem ya dek keluarnya, Ummi nya udah mau liat dedek tuh”, sambil tangannya mengelus-elus perutku. Gue heran, kok nyokap sih yang paling bersemangat kalo gue melahirkan. Menanti kelahiran cucu ke – 7 mungkin impiannya kali ya. Soale kata nyokap, beliau tuh paling gak berani mendampingi orang mau lahiran. Mungkin inilah yang dinamakan cemas pangkat 10. Baru pangkat sepuluh kok, nol nya cuma atu.



Desiunggg…. Ibarat kan film, adegan di percepat sampai lah hari-hari yang dinanti itu tiba



22 Nopember 2011

03.30 : Gue bangun, trus wudhu dan shalat tahajjud. Selesai sholat, gue ngerasa ada yang ngerembes di CD gue. Langsung ngibrit ke kamar mandi dan jreeeeeeeeeengggg…. Oi pemirsa. Merahhh cynnnn. Darah campur lendirrr. Langsung ngetok pintu nyokap.

Gue : mi, keluar darah mi..

Mami : Freeze motion. Wajah tegang. Ada sakit-sakit gak perutnya?

Gue : gak ada

Mami : oh, belomlah kali. Tapi, periksa ke klinik aja sono. Siapa tau tiba disana langsung brojol.

Gue : aih.. ada kali nya lagi. Ya iyalah, wong gak ada yang bisa memperkirakan kok, kapan kita bakal melahirkan. Semua itu hak prerogratif yang di atas. Alias hak paten nya Allah. Bukan dokter, bu bidan, dukun beranak, ato ortu kite.

Gue : Tapi mi, ntar kesana malah disuruh pulang lagi. Siapa tau aja belum ada pembukaan. Mungkin aja kan, darah itu keluar karena kecapean gara-gara kemaren sore jalan-jalan ke mall. Pemberitauan sodara-sodara, karena selama bunting, gak pernah dibolehin jalan-jalan keluar melihat dunia luas kayak mega mall, disebabkan oleh jalan yang banyak bikin sengsara kalo dilewatin, makanya pas suami udah ambil cuti per tanggal 20 Nopember, besoknya gue minta anter jalan-jalan keliling mall. Gila aja yah, kayak orang udik aja gue, gak pernah liat mall.



My hubby yang udah siap mau turun ke mesjid sholat subuh, ku kabarin soal darah. Trus, setelah rapat di meja petak, akhirnya suami maksa buat ke klinik. Dengan mantap Insya Allah, masih sempet, yakin banget dahhh, berangkatnya abis yayang selesai sholat subuh aja.



Selesai sholat subuh, kusiapin tas dan ganti baju. Jam 5 kami berangkat dari rumah. Sebelum turun, mami pesen untuk yang ke 1000 kalinya, supaya gue gausah tereak-tereak kayak kesurupan kalo pas lahiran. Soalnya, menurut pengalaman beliau dari cerita-cerita yang bersambung dari mulut ke mulut, ada ibu-ibu yang tereak-tereak gak pake sopan santun, sumpah serapah bahkan jelek-jelekin laki nya sendiri pas brojolan. Ya ya ya, kucatet itu baik-baik di memori sadar dan bawah sadarkyuuuu….



Dalam perjalanan, gue sama suami malah canda-candaan di motor sambil menikmati udara segar. Jalannya juga slow motion gitu dey. Soalnya ntu jalan raya masih dalam perbaikan. Batu segede-gede kelapa masih aja bergerilya siang malem. Heran gue, kapan selesainya nih proyek jalan yak.



Wuihh, akhirnya nyampe juga ke tempat tujuan. Eh, kliniknya tutup. Trus suami nyoba buka tu pagar. Ternyata gak terkunci. Di depan pintu, kami ngintip-ngintip ke dalem. Gak ada bidan yang jaga. Apalagi satpam! Setelah celingak-celinguk gak jelas, eh ada keliatan nongol tuh pencetan bel. Yaudah, langsung deh kupencet sedikit 3 x. muncullah 2 mbak-mbak yang kutaksir adalah bidan disitu, dengan muka lecek, rambut masih kriwel2 sambil nguap-nguap dan ngucek2 mata. Sambil bukain kami pintu. Langsung deh gue ceritain soal darah dan lendir.



Gue langsung digiring menuju pembaringan. Eh, disuruh buka CD nya dulu ding! Soalnya mbak bidan mau periksa veggie. Pas gue baring, muka gue mulai tegang deh, apalagi pas tangan bidan masuk ke dalam miss V. auuhhh.. reflek aja gue tegang. Sampai bidannya bilang gini, “Ibu, jangan di kerasin, lemes aja, ini mau diperiksa dulu udah pembukaan berapa”. Untuk beberapa saat,gue ngebayangin sedang berada di atas awan, ngebayangin hal-hal yang indah, sambil merem-merem gituh. Lumayan efektif.



Pembukaan 4. Haa?? Ternyata udah pembukaan 4 pemirsa. Trus mbak bidan bilang, gue tinggal aja di klinik, gausah pulang. Kata mbak bidan, normalnya tiap pembukaan berselang 1 jam. Artinya, dari pembukaan 4 ke pembukaan lengkap, masih butuh waktu 6 jam. Artinya, sekitar bada zuhur, gue bakal lahiran .



Dalam ati seneng juga, akhirnya sampai juga waktu yang dinanti-nanti. Ayangku yang selalu setia menemani, tanpa sedetik pun berpaling dari menjagaku, ampe mau makan siang aja kularang, kubilang biar ayah aja yang bawain dari rumah. Demi melihat wajahku yang memelas kayak anak kecil minta duit jajan, suamiku pun mengiyakan. Pokoke dari prosesi awal tanda-tanda melahirkan ampe nge-brojol si jabang beibehh, yayangku gak pernah ninggalin barang sedetikpun, kecuali mau pipis en mau mandi. Qiqiqiqi



Ditengah-tengah dan tepi-tepi serta atap-atap penantianku menuju pembukaan berikutnya, gue agak ketar-ketir juga. Inget TTM gue, alias temen tapi musuh (huahaha.. ada gak siyy) yang always cerita yang serem-serem tentang melahirkan. Tentang baby yang keminum air ketuban lah, bayi yang terlilit tali pusar, yang pantatnya dulu brojol, yang tangannya keluar duluan, yang kelamaan di mulut rahim ampe meninggall…hiyyy, yang salto ampe jumpalitan.. hedeewwwhhh.. capcay dey. Kenapa juga sih, ada orang yang gak support banget kalo kita mau lahiran begini. Tapi, daripade gue inget yang gituan, kubongkar tas ku dan taraaaaaaa… keluarlah 2 novel yang baru ku beli kemaren di mall.



Kubaca-baca ampe suamiku ngantuk-ngantuk nungguin gue. Heleh-heleh…. Ampe jam 9 pagi, rasa mules-mules kayak mau boker gak muncul-muncul. Padahal tiap jam, mbak bidan dengan setia mengecek kondisi gue dan kondisi jantung janin. Siang abis sholat zuhur, gue tiduran di atas dada suami tercinta. Deuhh, romantis euy. Ampe gak sadar, mbak bidan ngetok-ngetok pintu buat cek ‘n ricek kondisi terkini gue.



Hm, kejadian ini berlangsung terus ampe jam 4 sore. Perasaan mules-mules pengen boker gak juga muncul-muncul. Bahkan, saban waktu nyokap nelponin melulu, apa udah lahiran gituhh. Ampe males deh kalo denger HP berdering dan di layar tertulis “My Mom” . dengan santay nya, selalu kujawab, “Belum Mammm”. Beneran dah, kayaknya yang paling menanti kelahiran anak gue adalah nyokap.



Menjelang jam 5 sore, pas makan, gue ngerasa mules yang sangat, ampe-ampe gak mampu buat nelen tiap suapan dari sang suami. Gak napsong makan nasi berlauk ati ayam en kuah sop. Tapi dipaksain juga, demi baby nya, supaya pas lahiran nanti punya tenaga buat mengedan… tapi, Ujug-ujug, nelpon nyokap juga buat bawain sambel udang. Begitu bonyok nyampe, langsung deh ku embat ntu makanan. Tapi eh tetapi, baru satu sendok, makanan yang sudah susah payah masuk ke dalam lambung, kini keluar dengan suka rela, dan bergelimpangan di lantai. Hu hu hu, asli perutku jadi berasa kosong melompong persis harimau ompong. Sakitnya sangat-sangat sakit. Kata nyokap, kalo sakitnya dateng, pegangan aja ke kursi kayak mau ngangkat kursinya.



Tiap gue ngeluh sakit ke nyokap, selalu dijawab, “Ya begitulah nak, yang namanya melahirkan gak ada yang enak, emang sakit kayak gitu. Sabar aja, begitulah perjuangan seorang ibu, nikmati saja” Jawab nyokap diplomatis

Dan sodara-sodara, kini perutku semakin sering kontraksi, awalnya tiap 5 menit, ampe akhirnya dalam hitungan detik!! Dan itu dimulai sejak pukul 5 sore. Mbak bidan semakin sering mendampingiku. Pas maghrib, gue masih bisa shalat meskipun tidak normal (maksudnya shalatnya duduk, cinn).



Selesai sholat, udah gak nahan. So, disuruh baring-baring en istirahat sama mbak bidan. Sejak saat itu, mbak bidan gak pernah ninggalin gue, selalu dipantaunya kondisi eyke punya peyut. Tapi anehnya, tiap sakit itu datang, mata gue seger banget. Giliran sakitnya ngilang, bawaannya ngantuuuuk ajah. Ampe kubilang sama mbak bidan, “Mbak, saya ngantuk”.. “Iya, dibawa tidur jak bu”, jawab mbak bidan kalem.



Jam 18.30, gue diminta ke ruang bersalin. Di papah sama yayang tersayang, en mbak bidan, gue menuju ruang eksekusi. Pas di periksa, pembukaan 7. Gue disuruh baring miring ke kiri, sambil latian ambil napas lewat hidung dan hembuskan lewat mulut (ya iyalah, masa lewat ketek… ahiak-ahiak).



Pembukaan Sembilan. Gue mengedan duluan sebelum ada instruksi dari mbak bidan. Gue bilang, mbakkkk.. sa.. yaaa.. maa uu beolllllllll.. seingat gue disitu ada 5 mbak-mbak bidan.

Bidan 1 : Belum bu, tarik nafaass, hembuskan lewat mulut. Tarik lagi ..hembuskan

Ku ikuti semua perintah nya, tanpa protes. Padahal, kayaknya si baby udah pengen keluar aja niy.

Gue mengedan ampe 3 x tanpa ada instruksi sekalipun dari mbak bidan. Sampe akhirnya, dimulai drama 3 session



#Drama Session 1

Bidan 2 : Ayo bu, buka kakinya, angkat pahanya, iya, tuh rambutnya udah keliatan bu

Gue : (dengan wajah pasrah, mau senyum gak bisa), mbak perut saya saa saakitt….

Mami : bolak balik mondar-mandir, ampe salah masuk kamar orang

Suami : ayo sayang, kamu bisa, tuh, kepalanya udah keliatan. Ayo bunda, terus. Kepalanya di angkat sayang. Jangan pake suara, persis kayak mau buang aer. Iya sayang, teruss.. rapatkan giginya, matanya dibuka yang, gausah merem

Suami terus mengulangi instruksi yang diberikan bidan, walopun begitu, rasanya instruksi suami lebih punya taste..

Bidan 3 : ayo bu, berteran kayak mau buang air… ayo bu… iya pinter. Terus buuuu

Gue : (sekuat tenaga mengedan, tapi anehnya kok gue jadi amnesia caranya berteran kalo mau boker yak….. Akhirnya prosesi mengedan itu dibarengi dengan tarikan suara gue di leher, ampe kering rasanya tenggorokan. Konsentrasi terpecah dua, antara berteran dan tarikan suara di leher)

Bidan 4 ; Bu, saya bantu ya.

Tanpa ba bi bu, en nunggu jawaban dari gue, tiba2 mbak bidan udah naek jongkok di atas kepala gue. Di dorongnya sekuat tenaga perut gue menuju jalan lahir.

Dan, mengedan yang ke – 4 kalinya, akhirnya pemirsa, si jabang beibehh nongol dengan riang gembira yang ditandai dengan “ Owe….oweeeeeeee…owe…” tepat pada pukul 20.40 Waktu indonesia pontianak barat.



Wuuaahh, plooooooooonkkk rasanya. Semua orang, bokap, nyokap, mertua, adek ipar, en suami ngucapin hamdalah.



#Drama Session 2

Setelah baby nya dibersihkan, en lamat-lamat ku dengar suara adzan dan iqamah. Jelas sekali, sejelas matahari yang selalu terbit dari arah timur, kalo itu adalah suara ayahnya si baby. Antara sadar dan gak, ku rapalkan semua tasbih, tahmid, tahlil. Dan samar-samar kuliat, si baby juga udah di tahnik. Kupikir, setelah lahiran, tinggal bersihin badan, en masuk kamar. Ternyata, tembuni nya masih nyisa. Dimulai lagi deh, drama session 2. Perut gue di obok-obok, tapi saking sakitnya melahirkan, diobok-obok kayak gitu, rasanya cuma 10 % dari sakitnya melahirkan. Tapi, gue pasrah ajah. Di balik tirai, semua sibuk, sms-an, telp2an, en ber BBM ria atas kelahiran putri pertama kami. Eleh –eleh, gue yang ngelahirin di tinggal gitu aja dengan segala penderitaan bersama para peng-eksekusi 4 bidan di depan gue. Ya sutraslah, mereka pasti juga pengen seluruh dunia tau, telah lahir anak, cucu, ponakan dengan selamat sentosa, sehat wal’afiat, damai sejahtera, bahagia en ceria.



#Drama Session 3

Kali ini, perkiraanku meleset lagi, ternyata, masih ada satu tahap lagi sebelum gue digiring ke ruang peristirahatan. Ternyata, pas mau lahiran, veggi di gunting!! Wadoww, beneran gue gatau! Tiba-tiba aja terasa ada jarum en benang yang melewati kulit si miss V nya. Mungkin krn sakitnya melahirkan, jadi gak berasa deh guntingan nya. Akhirnya selesai lah sudah. Dimana-mana ada darah. Merah. Setelah bersih-bersih, ganti kain sarung en baju, gue di bawa ke kamar supaya bisa cepat beristirahat.



Besoknya, setelah agak pulih kondisiku, para ponakan nelponin, pada pengen liat sepupu baru mereka. Anggota keluarga baru bagi keluarga besar kami. Salah satu ponakan nanya, “Amah, gimana rasanya melahirkan?”. Dan dengan santay tanpa beban ku jawab, “Uhm, nikmat, ueenaakk, macem-macem rasanya, ada rasa strawberry, coklat, vanilla..”. wkwkw…



Haddoohhh, bosen ye cuy? Setelah tulisan gue yang memanjang, melebar dan meluas . (inget MTK, panjang x lebar = luas ), yang memakan kertas Quarto 6 halaman, ukuran 1 spasi, font Calibri. Hehehehe…..



En ternyata, melahirkan itu nikmat, Jenderal !

Wassalam..

Rabu, 16 November 2011

9 Bulan Ini


9 Bulan Ini

Wuaa.. kandunganku sudah 9 bulan pemirsa. Gerakan si dedek sudah sangat semakin terasa. Perutku belok sana sini !! hehe,,, rasanya begitu menakjubkan. Tiap hari, aku elus-elus perutku sambil ku ajak ngobrol tentang apa ajah. Saat-saat aktif si dedek bergerak adalah di subuh hari en sore menjelang malam hari. Aku suka perhatikan perutku sendiri. Soalnya berasa lucu ajah, perutku bergoyang seperti ombak di lautan. Kadang nonjol gitu kayak benjolan guedeee. Trus, biasanya abis itu mengeras. Kalo udah mengeras dan kram, rasanya gak bisa ngapa-ngapain. Subhanallah, perjuangan seorang ibu. Ternyata, rasanya hamil sampai 9 bulan itu begini ya.


Sudah 2 minggu ini aku di Pontianak, dalam rangka cuti melahirkan. 3 minggu sebelum tanggal perkiraan melahirkan, aku udah cuti duluan. Emang sih, kata kawan-kawan terlalu cepet ambil cuti. Katanya sayang waktunya. Seharusnya pas deket-deket mau melahirkan, baru ngurusin cuti. So, punya banyak waktu buat ngurus si dedek kalo udah lahir. Tapiiii… di usia kandunganku yang sudah 8 bulan 3 minggu itu, aku semakin sering merasakan kontraksi. Tapi, bukan kontraksi mau melahirkan lho. Cuma kontraksi biasa aja. Isitilah kerennya tuh Braxton Hicks, alias kontraksi (his) palsu. Terlebih, aku ke sekolah naik motor sendiri. Karena suamiku kan tugasnya di luar kota. So, gak bisa tiap hari nganterin dunk. Pas libur ajah, atau curi-curi waktu buat pulang. Hehe..


Dalam sehari, bisa puluhan kali aku mengalami his palsu ini. Apalagi, pas aku naek taksi mau pulang ke Pontianak. Sepanjang perjalanan singkawang-pontianak, ada 5 jembatan yang sedang dalam proses perbaikan. Jadilah, aku harus menempuh perjalanan selama 5 jam. Mana jalanannya bergelombang, akibatnya, aku semakin sering kontraksi. Dan jeda antara kontraksi satu dengan yang berikutnya juga gak teratur, kadang 5 menit sekali, kadang 10 menit sekali, kadang juga 20 menit sekali. Kalo pas lagi capek-capeknya abis jalan kaki, bisa 2 menit sekali!! Aku sempet beberapa kali menghitung waktu lamanya kontraksi, kadang ada 1 menit, kadang juga ada yang 2 menit. Gak ngerti juga deh kenapa bisa begitu.


Besok, aku mau periksa ke dokter lagi. Buku KIA – ku sudah penuh. Hehe, abisnya tiap bulan pasti periksa, atau tiap ada keluhan aku langsung ke dokter.


Hm, banyak yang menyarankan supaya aku rajin-rajin jalan kaki en ngepel lantai. Tujuannya supaya proses persalinannya lancar. Dan Alhamdulillah, hal itu juga jadi rutinitasku selama cuti ini. Tiap pagi, aku jalan ditemenin sama ayah. Soal ngepel lantai? Hehe, gak tiap hari sih, paling lah 3 kali seminggu. Dan yang pastinya, mami yang paling seneng, karena rumah jadi bersih en kinclong. Hihi…


Menurut dokter, HPL nya tanggal 24 November ini. Artinya sekitar 9 hari lagi. Kalo ditanya nervous atau gak, sebenarnya dari hamil 7 bulan aku juga udah nervous duluan, kalo mikirin gimana nanti melahirkan. Tapi, sekarang aku udah terbiasa dengan perasaan nervous itu. So, biasa aja nih. Tapi, gak tau deh, kalo udah muncul tanda-tanda melahirkan, trus masuk ke ruang persalinan, apa bisa ya ngerasa rileks aja gituh? Semoga aja. Mohon doanya ya, temans.

Jumat, 11 November 2011

Buah Kebaikan


Buah Kebaikan

Suatu hari, saya nebeng pulang dengan seorang teman. Dalam perjalanan pulang, tas kami yang digantung di motor terjatuh di tengah jalan raya. Kontan saja, kami kaget dan segera menepi untuk mengamankan tas. Saat itu suasana ramai dan tak pernah sepi dari kendaraan yang lalu lalang dengan kekuatan penuh. Teman saya ini pun berjalan menuju arah tas. Karena takut dengan kendaraan yang melaju kencang, teman saya menunggu agak sepi, agak lama saya menunggu.

Tak lama, saya melihat ada mobil yang berhenti ditengah jalan, lalu keluarlah seorang bapak-bapak dan mengambil tas teman saya itu yang tepat berada di depan mobilnya. Sambil tersenyum, si bapak menyerahkan tas yang diambilnya tadi. Padahal, motor dan mobil di belakangnya jadi berhenti juga karena terhalang oleh mobil si bapak.



Sepanjang jalan saya berpikir, dijaman sekarang orang lebih banyak apatis. Apalagi hanya sekedar mengambilkan tas yang jatuh ditengah jalan, si bapak sampai rela menghentikan laju kendaraannya. Tapi, orang baik selalu mendapatkan balasan yang baik. Kenapa saya katakan begitu? Teman yang membonceng saya ini, adalah orang baik. Itu kesimpulan saya. Tak pernah ia menyakiti hati saya, dan rasanya juga tidak pernah berniat menyakiti hati orang lain dengan ucapan-ucapan dan tingkah lakunya. Bicaranya begitu santun, setiap hari selalu menebar senyum. Tak pernah melalaikan tugas, dan selalu berusaha membantu kami jika kami butuh bantuan.

Saya ingat, pernah suatu hari saya sedang asyik mengetik di layar komputer. Kondisi badan sedang tidak fit, sepanjang hari batuk-batuk terus. Lalu, dia menghampiri saya dan menawarkan obat batuk yang dia beli kemarin, tapi baru dipakai 1 kali. Saya pun mengiyakan. Tak saya sangka-sangka, malam harinya dia datang ke kost saya dan membawa obat batuk itu. Ah, saya ngerasa diperhatikan. Hm, begitulah, kebaikan akan selalu berbuah kebaikan. Begitu pula sebaliknya.

So, menjadi pribadi yang baik, insyaAllah kebaikan akan datang menghampiri kita
^_^


Rabu, 10 Agustus 2011

Mengajar Memang Butuh Keterampilan


Mengajar Memang Butuh Keterampilan

Kalaulah kita saat ini sudah sarjana, pastilah kita telah melewati waktu selama 12 tahun duduk di bangku sekolah. Sekolah Dasar (6tahun), Sekolah Menengah Pertama (3 tahun), dan Sekolah Menengah Atas (3 tahun). Nah, selama belajar 12 tahun itu, kita pasti ingat betul siapa saja guru favorit kita. Biasanya, guru favorit itu, guru yang cantik atau ganteng (hehe…), guru yang lucu, baik hati, atau guru yang kalo ngasi tugas gak numpuk-numpuk. Dan satu lagi, guru favorit adalah guru yang mengajarnya enak dan pelajaran jadi gampang dimengerti, bahkan kita merindukan saat-saat pelajaran itu berlangsung.

Well, saya punya sederet nama untuk masuk dalam daftar nominasi guru favorit saya. Salah satunya guru matematika saya waktu SMA, Bu SUKINI ..(Semoga Allah memberkahi kehidupan beliau, Amin). Meskipun beliau hanya mengajar beberapa bulan saja, tapi saya lebih mengerti kalo diajarin sama dia dibanding sama guru yang lain. Apalagi, matematika itu menjadi momok bagi kebanyakan siswa.
Uhm, kebetulan saya ini juga guru Matematika. Terasa betul, memang butuh usaha keras dan terus menerus untuk menanamkan konsep matematika yang benar kepada siswa. Jadi, kalimat “Mengajar adalah Seni” tampaknya saya akui 100%, gak pake ragu deh. Hehehe…

Gak semua orang bisa mengajar. Buktinya, waktu sekolah dulu, gak semua guru adalah guru kesayangan saya. Ada juga guru yang saya gak suka. Biasanya karena perilakunya yang gak mencerminkan seorang guru. Merokok didalam kelas, duduk diatas meja, memberi tugas terus dan jarang mengajar.

Waktu kuliah, saya pernah belajar satu mata kuliah yang bagi saya sangat sulit, dan akhirnya memang saya harus menelan kesulitan itu dengan nilai D diakhir semester…(Hiks…). Yup, bukan hanya saya kok yang mengeluh begitu, karena rata-rata para mahasiswanya juga dapet D dan E. Haha,,, saya jadi bertanya-tanya, apakah memang kami ini bloon-bloon semua ya. Ataukah dosennya yang super duper pintar sampai-sampai, bahasa yang dia pakai tidak bisa kami tangkap dengan nalar kami. Oh, maafkan kami pak dosen… yang susah mengerti dengan kuliah bapak (padahal si dosen sudah menyiapkan buku dan alat yang lengkap untuk mengajar kami!)

So, kesimpulannya, tidak semua orang bisa mengajar. Karena mengajar itu butuh keterampilan khusus. Butuh seni. Seperti sebuah lagu yang dinyanyikan oleh beberapa orang. Tentu hasilnya berbeda, padahal liriknya sama.

Tadi pagi, saya berbincang dengan kepala sekolah. Kami diskusi seputar pembelajaran. Seputar PTK (Penelitian tindakan kelas) dan seni mengajar di dalam kelas. Saya acungkan jempol buat kepsek saya yang satu ini. Karena beliau tidak pernah berhenti untuk belajar banyak hal, meski usia sudah tidak muda lagi.

Saya kembali merenung. Saya sering berpikir, bagaimana caranya agar murid-murid saya mengerti dengan pelajaran yang saya berikan. Tidak semua siswa bisa menerima cara mengajar saya. Kalo dipersentasekan, mungkin hanya sekitar 20% murid saya yang bisa dan paham dengan apa yang saya ajar.

So, intinya saya harus cari cara yang pas untuk beberapa jenis tipe belajar dari masing2 orang. Karena gak semua orang bisa ngerti kalo saya ajarin hanya dengan satu cara. Well, ngomongin tentang dunia pendidikan emang gak ada habis-habisnya. Karena apa? Karena kita bekerja dan mengajar makhluk hidup, yang punya cita rasa, perasaan, dan punya pikiran yang cerdas. Bukan seperti pekerjaan lain, yang mungkin hanya berkutat dengan benda mati, dengan buku dan komputer, dengan penggaris dan alat ukurnya, atau dengan mesin dan teknologinya. Kita berhadapan dengan manusia, makhluk yang Allah ciptakan dengan segala kesempurnaan dan keunikannya.

By the way, beberapa kali saya mendapati siswa saya begitu antusias mendapat pelajaran dari saya. Bahkan, begitu bel berdering tanda pelajaran usai, mereka malah tereak2 minta PR. Hehe…
Setelah saya analisa (gak pake ilmiah ya..hehe), saya menyimpulkan keberhasilan itu berkat:
1. Sebelum berangkat ke sekolah, saya berdoa semoga murid-murid saya ngerti dengan pelajaran saya. Tak lupa saya doakan pula agar mereka kelak menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki masa depan yang cerah.
2. Menanamkan pikiran positif, bahwa saya ke sekolah untuk memberi, bukan meminta. Memberi yang terbaik untuk anak didik saya
3. Saya berangkat ke sekolah dengan semangat mengajar yang tinggi
4. Saya menyiapkan segala perangkat pembelajaran dengan sebaik mungkin. Kalo pake powerpint, maka saya siapkan malam harinya, atau menggunakan alat peraga, atau worksheet untuk kerja kelompok

Uhmm.. tapi pemirsa, sayangnya ke-empat point tadi tidak selalu muncul setiap hari ketika saya berangkat ke sekolah. Karena saya orangnya ya moody gitu dey. Jadi, saya sedang berproses untuk terus memotivasi diri supaya bisa menjaga antusiasme dalam mengajar. Termasuk kebiasaan mendoakan siswa saya. Doakan ya saya berhasil dengan program saya kali ini. Hehe

Senin, 18 Juli 2011

Delete Me NOT


Lagi-lagi, tulisan dibawah ini pernah saya upload di fesbuk. dan lagi-lagi, karena alasan blog saya lagi trouble, akhirnya baru bisa saya upload sekarang. Dan lagi-lagi (ih, banyak lagi-lagi nya ya..hehe), saya upload ajah, daripada blog saya sepi, mendingan saya isi ajah, meskipun tulisannya jauh dari update dey....


Senin, 8 Februari 2010
Ada yang mau jadi jodoh saya?
Syarat utama: nggak bikin saya MENUNGGU.


2 kalimat di atas saya copas dari buku berjudul “Delete Me Not”, karangan Alip Yog Kunandar. Buku yang sebetulnya sudah saya incar pas jalan bareng kawan-kawan keliling Gramedia kemarin malem. Karena pas baca depannya ajah, udah mulai ketawa-ketiwi sendiri.

Baca buku ini, jadi inget obrolan kami berlima. Aku, Mbak Iie, Mbak Mel, Anti dan tentu saja abang kami, Bang Andi.

Sabtu, 6 Februari 2010 kemarin, aku pulang ke Pontianak, naik taxi jam 5 subuh. Sebetulnya ada banyak alasan juga sih sampe harus pulang ke Pontianak yang sebenernya tanggung banget. Cuma 2 hari. Tapi lumayanlah. Ngobatin kangen ketemu sama kedua orang tua terkasih, ketemu Bang iwan, abangku semata wayang yang gokilnya lebih parah dari jaman dia SMA, ketemua sama adekku yang rambutnya udah semakin gondrong ajah. Kangen liat mukanya yang kusut, sekusut bajunya. Hihi, kangen sama kakakku, Mbak Yul yang bawel tapi baik hati. Menghadiri arisan di rumah Om ku yang meski sudah gak muda lagi (tapi gak tua-tua amat), tapi tetep gokil kayak masih muda dulu.

Selain kangen sama orang di rumah, aku juga kangen sama si Kingkong asli dari Sinka Zoo, temen becanda yang galaknya lebih galak dari Herder (pisssssss mbak iie). Abisnya, kalo dia lagi sebel, badanku yang sudahlah kecil, mungil pula, pasti jadi sasaran empuk buat ditimpuk pake kapuk. Hihihi....


Nah, kebetulan pula, si Kingkong manis ini juga janjian ketemu Mbak Mel, Anti dan Bang Andi di Gramedia. Jadilah, malam mingguan itu, kami para Jomblo_ers ngumpul makan es krim di A&W dan makan malam di Jawiria.

Obrolan panjang kami berbuntut pada masalah perjodohan. Masalah cinta, masalah laki-laki, masalah perempuan dan masalah mbak iie dan mbak mel yang kayaknya punya kesamaan dalam hal...( ih, gak enak nih nulisnya, pasti bang Andi seneng kalo di kasi kesempatan nulis titik-titiknya, hahaha)..

Soalnya kalo ngomongin tentang Gusdur, pasti yang paling riang gembira cuma bang Andi tuh. Hehe...

Begitu kami bubar, dan sibuk dengan urusan masing-masing, aku masuk lagi ke mall. Maklum pemirsa, dah jarang liat mall dan gramedia. Nah, aku janjian deh ketemuan sama si Arief, wartawan Tribun Pontianak yang juga baru dateng dari Mempawah. Mau ngapain? Biar beli buku dapet diskon. Kan dia anggota KG... ihiihi... jadilah, aku beli 3 novel bulan ini. Salah satunya ya ini, novelnya lucu banget, meski gak gokil2 amat c, dan yang jelas, masih kalah sama The gang way nya Boim Lebon. Hehe... tapi nanti lah, di tulisan berikutnya baru saya tag resensi dari novel tersebut.

Ada kata-kata menarik dari novel tadi: Takdir tak selalu membawa kita pada cinta yang kita inginkan, tapi takdir selalu memberi cinta yang lain dengan caranya sendiri. Kadang kita ingin menggugatnya, kadang kita ingin memprotesnya, tanpa pernah mengambil hikmah dan sisi baiknya. Takdir selalu mengarahkan kita pada sisi yang baik, hanya kita seringkali salah menanggapinya, kita salah menerjemahkannya.

Hm, kembali ke laptop. Mencari jodoh emang gampang-gampang susah sekaligus susah-susah gampang (Lho?? Ealah nduk..nduk, piye toh.... hehe..). Pernahkah Anda ditanya seperti ini:


“Udah punya calon belum?”,
atau “Kapan nih tante di kasi undangan?”,
atau yang ini, “Kapan merit? Udah pas tuh umurnya”.


Kalo yang bertanya adalah teman, atau temannya teman, atau paman dari kakak sepupu sodara tirinya teman disekolahku, atau bahkan kalo yang bertanya itu adalah anak dari sodara kakak ipar nenek yang masih sepupu sama kakak angkatku, aku gak masalah, cukup jawab , “may..maybe yes, maybe not.”(hihi, ngaco banget yak). Tapi, kalo yang bertanya adalah ibuku, yang telah melahirkanku dan mempertaruhkan nyawa saat aku lahir, atau ayahku, yang dengan tetes peluh keringat kerjanya, aku bisa jadi seperti sekarang ini, ada rasa yang menyeruak di dalam dada. Hadduh, pemirsa, gak nahann... pernah gak sih ngerain begitu?


Saya pun cuma bisa jawab begini, “ Iya, Mi. Nanti kalo udah ada yang pas, bakalan di kasi tau kok”. Mungkin karena saya anak perempuan terakhir yang belum menikah. Kakak saya yang pertama, menikah saat usianya 21 tahun. Kakak saya yang kedua, menikah di usia 24 tahun.

Hm, dan saya pun menghela nafas. Karena gak tau kenapa, setiap kali saya pulang ke Pontianak, pertanyaan itu tak pernah luput dari bibir orang yang paling saya sayangi ini, Ibu saya. Wajarkan, mereka mengkhawatirkan anak gadisnya ini. Terlebih saat saya pindah domisili. Belum lagi, pertanyaan dari teman-teman di satu tempat kerja. Seperti kemarin siang, saat kami istirahat melepas lelah setelah bekerja, mbak Muti yang imut (item mutlak, hehe...pisss mbak mut) melontarkan pertanyaan (yang sebenernya, bukan pertama kalinya mbak mut bertanya dengan pertanyaan yang sama, tapi sudah seringkali) :


M : “Bani, umurnya berapa sekarang?”
B : “25, mbak”
(sambil tetep makan siang dengan lahapnya, laper banget nih..)
M : “Jadi, kapan nikahnya? Apalagi sih yang dicari, umur udah pas, udah PN lagi.”
B : “Yah, mbak, gimana mau nikah, lha wong calonnya gak ada, emang mau nikah sama siapa (sambil tetep makan dengan lahapnya.. tambah laper setelah ditanya begitu)
M : ‘Nikah cepet lah, Bani, gak usah kayak mbak, umur 26 baru nikah. Jangan banyak mikir, insyaAllah ada jalan kok kalo kita mau dapet berkah dari Allah”
B : (langsung diem, bukan merenung, tapi keselek makanan...hehe.. jadi buru-buru nyari air)
M : “Nyesel loh nanti, kalo gak nikah sekarang. Coba liat si Rani, udah nikah berubah kan? Jadi lebih cantik, lebih seger, dan semangat kerja.”
B : ( kali ini diem, diem beneran, merenungi kata-kata mbak muti, tapi makannya teteup lanjut... hehe)
M : “Dulu ya, mbak waktu masih gadis, kalo ada waktu luang, pasti kepikirannya mau jalan kemana aja, gak ada tujuan. Tapi, kalo kita nikah, ada yang dituju, selalu pengen cepet pulang, nemuin suami dan anak”
B : (masih diem, soalnya belum bisa ngomong, ni makanan masih dilumat-lumat dulu, biar enak masuk dalam perut)
M : “Mbak juga awalnya mikir, gimana ya dengan gaji yang pas-pas an, tapi dapur tetep bisa ngepul. Gimana dengan kondisi mbak yang saat itu belum kerja, tapi kami tetep bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ada aja jalan yang dikasi sama Allah. Gak usah kuatir lah...”
B : (kali ini memberanikan diri membuka mulut dan berkomentar)
“Hm, bingung mbak. Belum ada yang pas di hati. Ada yang nge-pas di hati, dan sama-sama suka, tapi belum siap. Ada yang suka sama saya, tapi saya nya yang gak bisa terima.”
M : “Emangnya sama tentara gak mau?”
B : (diem sambil geleng kepala tanda tidak setuju)
M : “sama polisi gimana?”
B : (masih geleng kepala)
M : “kalo sama wartawan gimana?”
B : (dengan senyum malu-malu, setengah mengiyakan dan setengahnya lagi masih ragu-ragu)
“Mau sih mbak, tapi takut ditinggal pergi, kalo musti ditinggal liputan, atau pindah tugas...”
M :”kan bisa minta pertimbangan dengan alasan menikah, jadi bisa tetep tinggal sama suami”
B : (masih merenung, sambil menghabiskan makanan yang tersisa)
(merenung lagi, kok ukuran duniawi sih yang dipake?? Sambil senyum2 sendiri)
M :” kadang mbak ketawa sendiri loh Bani. Biasanya habis capek pulang kerja, trus berantem sama suami. Besoknya baikan lagi. Trus, nanti gitu lagi, berantem lagi, tapi baikan lagi. Begitu terus. Tapi disitulah uniknya, kita jadi berpikir, supaya bisa jadi lebih dewasa”

B : “hm, iya mbak, doain aja lah”
M : “mbak yakin kok, banyak yang mau sama Bani. Mungkin bani nih pilih-pilih kali ya..”
B : (gak jawab.. cuma senyam-senyum gak jelas)

Obrolan kami terhenti sampai disitu. Saya membereskan sisa makanan dan mbak mut terlelap tidur dengan nyenyaknya karena kecape’an.

Melihat mbak mut tidur, saya membuka laptop dan mulai menari dengan keyboard. Menulis apa saja yang ada di kepala saya saat ini. Yah, seperti yang saya bilang tadi, mencari jodoh itu gampang-gampang susah. Kalo mbak mut bilang, mencari jodoh itu, seperti mencari pekerjaan. (lha...???)


Tapi, setidaknya, untuk saat ini, saya masih bisa lebih tenang. Kenapa? Toh masih banyak kawan-kawan seangkatan saya yang juga belum menikah. Bahkan di atas saya, masih banyak juga yang belum menggenapkan setengah dien-nya. Meski saya sadar, pola pikir seperti ini tidaklah benar. Menyegerakan menikah, adalah sunnah rasul. Anyway, doakan saja, kami-kami yang masih jomblo ini, segera menemukan tambatan hati, teman hidup untuk mengarungi biduk rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah menjadi keluarga yang bahagia, makmur, sentosa, sejahtera, damai, aman, terkendali (BMSSDAT). Tentu saja dengan cara yang tepat, pada saat yang tepat dan dengan orang yang tepat pula..... wuihhh, kata-katanya itu loh, berat cuy.. bermakna buangetttttttt...hehe

*Buat Bung Arief: thanks udah nemenin ke gramed 
*Buat bang Andi: Thanks buat traktir kami-kami ini, para bidadari yang turun dari mall...hehe
*Buat kingkong (mbak iie), mbak mel, anti: kapan-kapan kita jalan ke singkawang yak...ayolah, kapan lagi, mumpung masih sendiri, mumpung masih jomblo, kalo dah punya suami, susah mau jalan bareng...........hihihi.............
*Buat mbak Mut: meski kadang “ember”, gokil ‘n nyebelin, tapi gak nyangka, kalo dah ngomong serius, dewasaaaaaaaaaaaaa buangedddddd......

Sabtu, 16 Juli 2011

Menanti

Tulisan ini sebenarnya sudah pernah saya posting di facebook. Tapi, berhubung blog saya lagi trouble waktu itu, akhirnya baru bisa di upload sekarang. Daripada blog saya sepi, mending saya isi ajah..Hehehe..

Sabtu, 11 September 2010
10.35 WIB
Menanti Kehadiranmu Lagi, Nak…

Menjadi seorang ibu adalah impian setiap wanita yang sudah menikah. Tak terkecuali saya. Ketika menikah pada 10 Juli 2010 lalu, saya berharap akan segera mengandung. Awalnya saya ragu, karena 2 pekan kemudian saya menstruasi. Saya sempat khawatir, tapi oleh kawan-kawan, katanya memang begitu. Tapi setelah haidh pertama, biasanya langsung hamil. Saya senang mendengarnya.

Di hari-hari pertama puasa, saya mual-mual dan muntah. Saya kira gejala maag. Tapi, suami saya bilang, mungkin saya hamil. Memang saya merasakan perut saya terasa nyeri, seperti ada yang menusuk-nusuk. Akhirnya kami ke apotik dan membeli test pack. Hasilnya? Negatif.

3 hari setelah saya telat datang haidh, semakin menguatkan dugaan suami, bahwa saya hamil. Kami kembali membeli test pack, tapi hasilnya tetap negatif. Kami tunggu setelah sepekan telat haidh. Kami putuskan pergi ke dokter kandungan. Sore itu hari Rabu, 1 September 2010, kami ke dokter kandungan. Dan hasilnya saya positif hamil, usia kandungan 1 bulan. Saya dan suami senang luar biasa. Sesampainya dirumah, suami saya mencium saya berulang kali. Bahkan perut saya pun dielus dan dicium2nya. Bukan main senangnya dia mendengar kabar itu. Dia menelpon mertua dan adik2 mengabarkan kalo saya positif hamil. Tak henti-hentinya kami memuji dan bersyukur atas karunia yang Allah berikan..

Kami pun mencari berbagai informasi tentang kehamilan, bagaimana menjaga kandungan, apa-apa yang harus dilakukan dimasa kehamilan, makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan apa saja yang pantang dimakan oleh ibu hamil. Setiap mendapat informasi tentang kandungan, kami saling berbagi untuk menjaga buah cinta kami.

Saya mulai minum susu untuk ibu hamil dan vitamin yang diberikan dokter ketika pertama kali periksa. Saya jaga betul asupan gizi yang masuk ke perut saya. Rasanya sempurnalah hidup saya sebagai seorang perempuan. Menikah, hamil, dan kelak akan melahirkan anak-anak yang lucu-lucu.. saya sudah membayangkan banyak hal kalo sudah melahirkan. Siapa nama anaknya, barang-barang perlengkapan bayi, buku tentang perkembangan anak, dan sebagainyalah…

Sampai ujian itu tiba…
Senin, 6 September 2010, saya pulang dari Singkawang ke Pontianak pake taxi. Sampai dirumah, saya istirahat, tidak melakukan aktivitas apapun. Esoknya hari Selasa, 7 baru saya beraktifitas. Pagi hari, saya minta antar ayah untuk membeli sari kurma, karena bagus untuk kandungan. Lalu pulangnya, saya istirahat sebentar. Sore harinya, saya antar kakak saya ke supermarket. Saat itu, saya yang mengendarai motor didepan. Jaraknya tidak jauh, hanya sekitar 1 km. Tak lupa saya beli susu Prenagen ukuran besar, karena persediaan susu yang kemarin sudah hampir habis.

Saat mandi menjelang buka puasa, saya melihat flek-flek. Saya sempat khawatir, akhirnya saya bilang ke kakak dan ibu saya. Mungkin kelelahan. Biasanya di masa kehamilan, kalo kelelahan akan keluar flek-flek seperti itu. Tapi, saya tetap ingin memeriksakan diri ke dokter. Malam harinya, saya pergi diantar ayah mencari dokter praktek. Sayang, tak lama kami sampai, dokternya baru saja pulang. Kami putuskan besok saja periksanya.

Dini hari, sekitar jam 3, celana saya sudah penuh darah, sampai merembes ketempat tidur. Saya panik. Lalu turun dan bilang sama ibu saya. Rabu, 8 September 2010, selepas subuh, kami ke RS Antonius, langsung masuk ke IGD. Saya di infus dan di tensi. 150/110!!! Padahal saya tidak ada riwayat darah tinggi.

Saya lalu dibawa ke kamar bersalin. Suster mengganti pembalut saya yang memang sudah penuh darah. Saya pasrah. Sepanjang jalan tak henti-hentinya saya menangis. Berbagai kekhawatiran sudah membayang di pelupuk mata. Sampai dikamar bersalin.

Saya diperiksa oleh seorang suster dan diambil sampel darahnya. 2 jam kemudian, dokter pun datang dan saya di USG. Dokter bilang, kandungan saya telah hancur, sudah tidak bisa diselamatkan lagi, karena yang ada di dalam rahim hanya darah, dan harus dikuret. Saya langsung lemas. Saya nangis terus menerus. Gak bisa ngomong apa-apa lagi. Hanya bisa menjawab pertanyaan dokter dengan menggangguk atau menggeleng. Saya istighfar berkali-kali. Mohon kepada Allah agar diberi kekuatan.


Saya menunggu giliran untuk dikuret. Di samping kanan dan depan saya, perawat sedang sibuk membantu ibu-ibu melahirkan. Mendengar suara dokter saja saya sudah ketakutan luar biasa. Saya tegang dan panik. Apalagi, saya tidak boleh ditemani oleh siapapun. Suami pun masih dalam perjalanan pulang dari Singkawang menuju Pontianak. Saya tegang sekali, badan tidak bisa saya gerakkan. Tapi, badan saya berkali-kali bergerak sendiri tanpa saya sadari. Inilah ketegangan luar biasa yang saya rasakan sepanjang hidup saya. Saya gak tau lagi apa perasaan saya waktu itu. Saya seperti orang linglung, kayak orang bego.. ini seperti sebuah mimpi buruk bagi saya. Betul-betul seperti mimpi, tapi ternyata inilah kenyataannya.

Terbayang dimata saya wajah suami yang begitu bahagia mendengar saya hamil, membayangkan berbagai persiapan kami untuk kehamilan pertama ini. Sedih, terpukul, gelisah…itu yang saya rasakan selama di Rumah Sakit.

Setengah jam kemudian, suster mempersiapkan segala peralatan untuk dikuret. Saya tegang sekali, sampai-sampai suster tidak bisa menenangkan saya lagi. Awalnya saya seharusnya di bius bagian bawah saja, bagian rahim yang akan dikuret. Tapi, demi melihat saya yang begitu tegang, akhirnya saya dibius keseluruhan. Saya takut melihat suntikan dan gunting yang panjang yang dipegang oleh suster tadi. Dengan satu suntikan bius, dalam hitungan detik saya sudah tidak sadarkan diri.

Begitu sadar, saya sudah diruang pasien. Saya merasakan nyeri luar biasa di daerah perut dan rahim. Sakit. Sakit sekali. Ketika sadar, hanya ada ibu saya disamping yang menemani. Baru kemudian, ada Om, abang ipar dan ponakan-ponakan. Mata saya bengkak. Saya gak bisa menahan kesedihan ini. Hati saya begitu sakit, kenapa kebahagiaan yang baru saja didapat hilang begitu saja. Tak lama suami saya pun datang, saya tak bisa membendung kesedihan lagi, saya peluk erat-erat suami saya.

Air mata terus mengallir tidak henti-hentinya. Suami dan keluarga menenangkan saya. Ini adalah ujian dari Allah diawal pernikahan kami. Saya harus ikhlaskan..
Sms-sms pun berdatangan di HP saya, dari keluarga dan kawan-kawan, agar saya tabah dan ikhlas. Mereka mendoakan semoga kelak diganti Allah dengan yang lebih baik.
Sehari setelah kejadian itu, saya lebih sering dikamar. Mata saya bengkak. Ibu pun menenangkan dan meminta saya untuk ikhlas..


Di hari idul fitri, saya bedrest dirumah. Tak lama, abang saya dari Ketapang menelfon saya. Saya sedikit tenang, meski masih sesegukan menahan tangis. Saya tak menyangka, nasehat abang saya begitu luar biasa bagi saya. Sejenak, saya merenung. Beliau bilang, kalo terus menerus menangis dan meratap itu berarti kita belum ikhlas, belum bisa menerima takdir dari Allah. Bukankah rezeki itu datangnya dari Allah, lalu kenapa ketika Allah mengambilnya kembali kita harus protes? Kenapa kita harus marah? Kenapa kita tidak menerima kenyataan? Kenapa harus meratapinya?


Saya jadi teringat kisah salah seorang sahabiyah di jaman Rasulullah.
Namanya Ummu Salamah, istri dari Abu Thalhah. Suatu hari, anak laki-lakinya meninggal dunia. Istrinya meminta keluarganya untuk tidak mengabarkan berita duka ini kepada Abu Thalhah sampai ia sendiri yang menyampaikannya.

Malam hari ketika Abu Thalhah pulang, sang istri berdandan lebih cantik dari hari-hari biasanya. Ia sediakan makan malam yang lezat, setelah itu mereka bercinta dimalam harinya. Sang istri memberi pelayanan ekstra kepada suaminya sampai puas. Lalu, setelah kenyang dan puas dengan pelayanan istrinya, sang istri bertanya, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu tentang suatu kaum yang meminjamkan sesuatu kepada sebuah keluarga, lalu mereka mengambil barang yang dipinjamkannya, apakah mereka berhak menolaknya?' Ia berkata, 'Tidak (berhak)!' 'Jika demikian, maka mintalah pahalanya kepada Allah tentang puteramu (yang telah diambilNya kembali)', kata sang isteri. Suaminya menyergah, 'Engkau biarkan aku, sehingga aku tidak mengetahui apa-apa, lalu engkau beritakan tentang (kematian) anakku?”
Setelah itu, ia berangkat mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu ia ceritakan apa yang telah terjadi. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Semoga Allah memberkahi kalian berdua tadi malam'.

Seorang laki-laki dari sahabat Anshar berkata, ”Aku me-lihat mereka memiliki sembilan anak. Semuanya telah hafal Al-Qur'an, yakni dari anak-anak Abdullah, yang dilahirkan dari persetubuhan malam itu, yaitu malam wafatnya anak yang pertama, yaitu Abu Umair.

Ya…itulah buah dari kesabaran. Balasan dari Allah bagi hamba-Nya yang bersabar atas ujian-Nya.
Rabb... Bimbing kami agar semakin mengimani-Mu. Berikan kami kekuatan disetiap cobaan, beri kami kesabaran dalam menghadapi segala suratan takdir-Mu. Beri kami kelapangan hati di setiap kesempitan hidup. Tak sedikitpun kekuatan yang kami miliki, kecuali Engkau memberikannya. Limpahkan kami keluhuran budi dan keindahan akhlak.

Tuhan yang Maha Baik, beri kami kebaikan di setiap jenak kehidupan kami. Karuniakan kepada kami rasa cinta dan kasih sepanjang hidup kami. Berkahi setiap keputusan yang kami ambil. Limpahkan kepada kami kekuatan untuk saling memberi dan memaafkan, saling mengerti dan mendengarkan. Lengkapi rasa cinta kami dengan kehadiran anak-anak yang Kau titipkan kepada kami kelak. Jadikan mereka anak-anak soleh dan solehah, yang tahu siapa Tuhannya, yang mampu memberikan segala yang terbaik untuk agamanya, untuk orangtuanya, untuk tanah airnya. Hiasi akhlak kami dengan akhlakul karimah.

Allah yang Maha Mengetahui Segala yang ghaib, tak sedikitpun kekuatan yang kami miliki untuk menyingkap takdirmu, untuk meraba masa depan. Yang kami bisa lakukan hanyalah sebuah rencana. Bahkan itu pun seringkali salah langkah. Maka, bimbing kami ya Rabb, beri kami kecerdasan dalam mengambil keputusan untuk masa depan kami. Amin..
Nak, Ayah dan Bunda menanti kehadiranmu lagi….


Catatan:
^ Kita memang harus siap kehilangan ya…
^ buat ibu2 yang lagi hamil, jika ada sedikit keluhan, mungkin terasa nyeri diperut, atau apalah itu, segera konsultasikan dengan dokter, bisa jadi kandungannya lemah.
^ Buat Bang Iwan: Makasih nasehatnya, adek jadi belajar banyak dari abang. Semoga dibalas Allah dengan yang lebih baik… luv u.

Rabu, 06 Juli 2011

SURAT DARI PENGABAR ALAM RAHIM

Selasa, 28 Juni 2011

03.15 WIB

SURAT DARI UTUSAN PENGABAR ALAM RAHIM

Halo, apa kabarmu? Aku berharap kau baik-baik saja disana. Sama seperti harapan setiap ibu kepada anaknya. Aku memang bukan ibumu, tapi sekarang aku tau bagaimana rasanya menjadi ibu. Meskipun janin yang ada didalam rahim suciku ini belum keluar ke alam dunia.

Kau heran ya, kenapa aku mengirim surat ini kepadamu? Ah, jangan mengerutkan kening begitu. Biasa saja. Naluri seorang ibu memang begitu, dengan kasih sayang, ia bahkan mampu membuat surat ini ketika tengah malam!!

Begini, aku mendapat amanah untuk menyampaikan sebuah pesan. Pesan ini datang dari Sang Pengabar alam rahim. Tak sengaja, aku menemukan surat yang berisi 316 halaman. Semakin aku baca lembar demi lembar suratnya, semakin aku ingin menghabiskan seluruh isi suratnya itu. Dan, diakhir suratnya itu, ternyata aku salah satu orang yang terpilih untuk menyampaikan pesan ini kepadamu, kawan.



Aku terkadang bertanya, apa yang dilakukan makhluk mungil yang berada didalam rahimku saat ini? Tapi kita sudah lupa. Lupa dengan semua yang pernah kita dengar, kita lakukan.

Tapi, taukah kau? Seorang ibu akan sangat begitu bahagia ketika tau kau akan lahir kedunia ini.

“Yah, ibu mual-mual nih,” ujar ibumu
“Kenapa? Masuk angin kah?” tanya ayahmu sambil mengurut-urut pundak ibumu
“gak tau, tapi ibu gak enak badan, mual terus tadi pagi,” lanjut ibumu
“Mungkin ibu hamil…” Terka ayahmu dengan wajah yang berbinar.
“Semoga aja ayah, “ pinta ibumu tak kalah senangnya

Ah, bahkan mual-mual tiap pagi pun dilakoninya penuh keikhlasan! Karena mereka bahagia, sangat amat bahagia menantikan kehadiranmu didunia.

Saat kau berumur dibawah 3 bulan di rahim ibumu, ini adalah saat-saat yang menguji kesabaran ibumu. Ia mual-mual setiap pagi, bahkan memuntahkan apa saja yang dimakannya. Hal ini terjadi karena kau yang masih dalam bentuk embrio hendak memberi sinyal kepada ibumu bahwa kau telah hadir. Hal ini memicu perubahan-perubahan dalam tubuh ibumu, juga perubahan hormon. Ibumu tak mengalami menstruasi, dinding rahim melunak. Sistem kekebalan tubuhnya juga ditekan, itu sebabnya ibumu sering mual-mual, sakit, demam, pusing, muntah-muntah. Hal ini agar embriomu tidak diperlakukan sebagai benda asing atau ditolak.

Uhm, apakah aku sok tau? Ah, rasanya tidak berlebihan. Karena aku juga mengalami hal ini. Aku mual-mual tiap pagi, aku muntah-muntah, aku gak enak badan, aku pilek terus. Tapi, setiap kali melihat perutku yang semaki n membesar, membuatku lupa dengan kesakitan yang kualami.

Seorang ibu akan sangat bahagia mengikuti setiap perkembangan janin yang ada didalam rahimnya. Saat kau berusia 6 bulan dikandungan, kau sudah mulai menendang-nendang perut ibumu. Bahkan ratusan kali dalam satu hari. Ini akan semakin meningkat menjelang kelahiranmu diusia 9 bulan! Saat kau menendang itulah, refleks syaraf ibumu mulai aktif. Ia bahkan terbangun tengah malam karena tendanganmu itu. Tapi ia selalu tersenyum bahagia, bahkan meminta ayahmu untuk mendekatkan telinganya diperut ibumu, agar ayahmu juga mendengar, bahwa kau hendak menyapa mereka berdua. Mungkin kau hendak berkata, “Ayah, ibu, aku disini…”

Begitulah kira-kira. Tak jarang, gerakanmu membuatnya kesakitan, bahkan sangat kesakitan. Tapi itulah hebatnya para ibu, mereka bahkan memberikan setengah nyawanya untukmu selama kau berada di alam rahim. Ia akan sangat khawatir kalau terjadi apa-apa denganmu. Ia akan ke rumah sakit, setiap ada keluhan dirahimnya. Ia akan makan dengan teratur agar kau tidak kelaparan. Bukankah kau tergantung ibumu? Apa yang dimakan ibumu, juga kau makan melalui plasenta.

Ia mengorbankan hampir segalanya untukmu, bahkan nyawanya, agar kau, anaknya yang sangat ia cintai, bisa tumbuh sempurna menjadi bayi yang sehat dan terpenuhi segala kebutuhannya.

Tak terasa waktu berlalu, ini saatnya kau hidup sendiri setelah 9 bulan berada dirahim suci ibumu. Saat ini, kau mendesak-desak hendak keluar diiringi teriakan ibumu. Ibumu mengejan, berkeringat, berpeluh, kesakitan. Sungguh perjuangan mulia. Namun, saat tangisan pertamamu pecah, bukan main bahagianya orangtuamu. Kesakitan luar biasa yang ibumu rasakan, seketika hilang karena mendengar suara tangismu itu. Itulah sebabnya, seorang ibu yang meninggal karena melahirkan, ia mati syahid. Sekali lagi, sungguh perjuangan mulia.


Waktu pun membawa kalian berdua dalam kebersamaan. Saat kau disusui, saat kau gelisah dan tak bisa tidur, ia mendendangkan sebuah lagu agar kau tenang. Kalau kau sudah tidur, barulah ia terlelap. Saat kau terluka, tetapi ia yang diserang rasa sakit. Saat kau terjatuh dan berdarah, tetapi ia yang menangis – sebab kau adalah kecintaannya, anugrah terindah yang akan selalu ia sayangi sampai kapanpun. Bahkan ketika kau melupakannya!!

Kau tau, belakangan banyak sekali anak-anak yang tak menghargai ibunya. Anak-anak yang tak menyayangi ibunya. Anak-anak yang sama sekali lupa bahwa mereka pernah meminjam setengah nyawa ibunya ketika hidup selama Sembilan bulan didalam kandungan ibunya.

Aku terheran-heran, mengapa setelah dewasa dan bisa mengurusi hidupnya sendiri, mereka melupakan semuanya. Melupakan segala kebaikan hati dan pengorbanannya. Bahkan berani memarahi serta membentaknya yang membuatnya sakit, teriris-iris, pedih, perih dan menangis! Mengecewakan dan melukai hati ibu mereka. Ya rabb, virus apa yang menjangkiti mereka???


Ketika seorang ibu masih terlalu memperhatikan ini-itu tentangmu, kau berani membentaknya
“iya, bu! Aku kan sudah besar!”. Katamu

Bahkan kau membuatnya terus menerus khawatir saat menunggumu pulang dari suatu tempat. Ia begitu mengkhawatirkanmu. Ia mengingatmu disetiap nafasnya. Ia mendokanmu dalam setiap sujud-sujud panjangnya.

Adakah kita lupa mendoakan orangtua kita? Sungguh, yang bisa membantu mereka kelak di kubur, adalah doa anak yang sholeh. Maka hadiah terbaik, untuk membalas segala kebaikan hati orangtua kita adalah menjadi anak yang sholeh. Agar doa kita meringankan siksaan di alam kubur. Ya Allah, jadikan kami anak-anak yang sholeh/sholehah. Berikan keberkahan dalam setiap jenak hidup kami.


Saat ibu kita sakit, yang sangat diharapkannya adalah doa-doa kita. Yang diinginkannya adalah senyuman kita saat bertemu dengannya. Menghabiskan waktu bersamanya. Seperti saat kita masih kecil, senyum yang ia rindukan sejak lama….
Oh ya, aku punya sebuah kisah. Di sebuah tempat nun jauh disana, ada sebuah tradisi membuang orang-orang usia lanjut ketengah hutan belantara. Mereka yang lemah dan tak berdaya dianggap hanya merepotkan saja.


Alkisah, ada seorang anak yang membawa ibunya yang sudah tua dan tidak berdaya dibuang ketengah hutan. Si anak menggendong ibunya ke tengah hutan dengan penuh kebencian. Hutan yang lebat dan berbahaya. Sepanjang perjalanan, sib u hanya terdiam sambil terus-menerus mematahkan ranting-ranting kecil di sepanjang jalan.
Sesampainya ditengah hutan, sianak tersenyum penuh kemenangan. Seseorang yang selama ini merepotkan dan membuatnya malu akan segera hilang dan terbuang, pikirnya.
“Kita sudah sampai, Bu.” Katanya dingin
“Aku akan meninggalkanmu disini.”
Si Ibu mengangguk lemah.


Diam-diam ada perasaan sedih menyelinap dihati si anak ketika mengucapkan kalimat terakhirnya. Entah kenapa ia menjadi setega ini kepada ibunya sendiri.
Si Ibu mengangguk pelan, lalu dengan tatapan penuh kasih ia berkata, “Nak, Ibu sangat mencintai dan mengasihimu. Kaulah kecintaanku, yang akan kusayangi sampai aku mati. Sejak kau kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang. Dan untuk itu semua, Ibu tak akan meminta balasan apapun, sedikitpun darimu.”

Si anak berusaha menahan dirinya, ia berusaha membuang sedikitpun perasaan yang membuatnya iba. Ia memalingkan wajahnya.

“Pergilah, Nak.” Kata si ibu dengan suara berat dan hampir terisak, “Ibu tidak ingin kau tersesat saat kau pulang nanti dan mendapat kecelakaan di jalan. Hutan adalah tempat berbahaya. Maka sepanjang perjalanan tadi, Ibu mematahkan ranting-ranting kecil ini, agar kau pulang dengan selamat. “ujarnya

Si anak terkesiap heran. Si anak menatap wajah ibunya yang tua dan keriput, ada sesuatu yang hadir diantara dirinya dengan ibunya. Hingga ia tak kuasa menahan tangisnya. Hatinya seolah hancur, kenapa ia begitu tega membuang dan melukai ibu yang begitu mencintainya? Lututnya ambruk ketanah, dan ia bersujud sambil menangis meraung-raung di kaki ibunya. Sejak saat itu, ia bersumpah untuk merawat ibunya sampai mati. Dengan segala yang terbaik yang ia miliki.


Itulah sepenggal kisah antara ibu dan anaknya. Ah, apakah aku terlalu banyak omong. Sepertinya kau sudah bosan membacanya. Uhmm, baiklah. Aku hanya ingin menyampaikan satu pesan. Sayangilah ibumu dan ayahmu seperti mereka menyayangimu sejak kecil. Ciumlah tangannya setiap kali kau hendak pergi. Doakan ia dalam setiap shalat-shalatmu. Telponlah dia ketika kau tak sempat bertemu dalam waktu dekat. Jangan buat ia khawatir. Jadilah anak kebanggaannya. Berikanlah hal terbaik yang kau punya. Jangan pernah membuatnya menangis karena ulahmu, karena tingkahmu. Ikutilah setiap kebaikan, dengarkanlah getar-getar kebaikan dan berusahalah menjauhi keburukan-keburukan. Selamat menikmati alam kebaikan yang pastinya akan membawamu pada keberkahan hidup ini.


Selamat tinggal. Semoga kelak kita bisa berbincang-bincang kembali. Aku harus pergi. Mengabarkan hal ini kepada orang lain yang mau mendengarkan. Terimakasih sudah bersedia menyediakan waktu untuk membaca suratku ini. Oya, kalau kau ingin menghubungiku, kita bisa berbincang di dunia maya. Kau pikir, aku tidak punya fesbuk? Haha, aku bahkan juga menulis surat ini di buku wajah itu. Aku bahkan telah menceritakan tentang dunia fesbuk yang sudah menyihir jutaan manusia didunia ini untuk terhubung di jejaring sosial itu, kepada janin yang ada di dalam rahim suci perempuanku. Silahkan kirim pesan ke emailku, kalau kau punya pertanyaan atau sekedar menyapaku: bara.zenith@gmail.com, itu alamat emailku. Kau juga boleh meng-add ku disana.


Bara Shafiyyah , ~Utusan dari Pengabar Alam Rahim~

Sabtu, 25 Juni 2011

H Plus 2+3 Meritnya saya

Hari kedua menikah

Pagi-pagi, pas saya lagi asyik2nya bermesraan sama laptop saya, ada sms masuk di HP. Dari kakak saya yang pertama

“Amah, udah buatin air minum dan sarapan buat suaminya?”

Deg… Haddohh, baniiiii… stupid alaipid wasaipid dahhh
Dengan muka bego, saya termenung membaca sms itu. Iya ya, baru mikir, kan aku dah jadi istri, mustinya nyiapin sarapan ya buat suami. Tak sampai 1 menit, saya langsung turun ke lantai bawah, ambil gelas, menuangkan secangkir kopi susu yang sudah mama buat di bawah( hehe, jd gak perlu capek-capek buat khan?) plus cemilan dan kue-kue buat sarapan sang suami. Duh,,, lega.. akhirnya gak malu-malu banget sama dia ( untungnya diingetin sm kakakku.. thanks ya mbak Sida..) gak asik kan, hari kedua jadi istri, malah gak ngerti ama tugasnya sendiri…..Ahiak~ahiakk…


Hari ketiga menikah.


Pas mau mandi, daku liat pakaian suami terendam di tempat cucian. Adduhhh… menepuk jidat sambil geleng-geleng kepala. Ternyata tugas istri kan juga harus ngurus pakaian suami ya. Ya ampun, ada 5 menit kali saya keluar dari kamar mandi, cuma mikirin daftar pekerjaan yang sebaiknya dilakukan ketika sudah berstatus jadi “Istri”.


Hari-hari setelahnya, udah bisa di tebak kan? Hehe, saya mulai mahir lah jadi istri. Sudah beli buku-buku resep masakan, majalah seputar keluarga, silaturahim sm keluarga dan kawan yang sudah menikah, buat dapet pelajaranlah. Gitu ceritanya…


Ya gitu deh pemirsa. Padahal dulu2nya pas blm merit, udah tau juga tugas2 istri itu apa ajah. Aneh aja, baru nyadar pas udah nikah gitu. Abisnya, rasanya sedikit aneh, yg dulunya kita bertahun-tahun ngurus diri sendiri, itu pun masih gak genah. Sekarang harus nambah 1 urusannya… deuuu..
Yang dulunya kemana-mana terserah diri melangkah, sekarang kudu ijin dulu ma suami.. pokoknya beda deh.

H Plus Satu Pernikahan Saya

11 Juli 2010

Perempuan itu menatap si lelaki dari pantulan cermin yang berada tepat di depannya. Mereka bercanda, tertawa, dan tampak masih malu-malu. Sepertinya sedang bahagia. Tentu saja, karena mereka baru saja mengikat tali cinta mereka dalam sebuah ikatan suci bernama “Pernikahan”. Pikirannya melayang pada moment yg baru saja berlalu, akad nikah tadi pagi masih menyisakan getar di hatinya. Bagaimana tidak, beberapa saat yang lalu, ketika” ijab kabul” di perdengarkan kepada penduduk langit dan bumi. Dua kalimat sederhana yang merubah segalanya. Sejak itu, menjadi halal-lah apa-apa yang sebelumnya di haramkan. Detik itu juga, si perempuan berubah status dari seorang gadis menjadi seorang istri. Tak luput si lelakipun, akan berubah statusnya menjadi seorang suami. Masing-masing punya tanggung jawabnya.

Begitu sakralnya, sehingga dengan sangat indah Allah mengabadikannya dalam AlQur’an sebagai “mitsaqan ghalidzha [perjanjian yang kuat]. Hanya tiga kali kata ini disebut dalam al-Quran. Pertama, ketika Allah membuat perjanjian dengan Nabi dan Rasul Ulul ‘Azmi [QS 33 : 7]. Kedua, ketika Allah mengangkat Bukit Tsur di atas kepala Bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia di hadapan Allah [QS 4 : 154]. Dan Ketiga, ketika Allah menyatakan hubungan pernikahan [QS 4 : 21].


Subhanallah… berkali-kali tasbih, tahmid, tahlil, takbir, terucap seusai akad!! Sebuah perjanjian yang menghalalkan keduanya, yang berjanji untuk beribadah kepada Allah, untuk saling mengasihi dan menghormati, saling mencintai dan menghargai, untuk saling menguatkan, saling menasehati, saling setia dalam suka dan dalam duka. Mencintai kelebihannya sekaligus kekurangannya. Saling melindungi dan menutupi aib, saling merindu dan mengasihi…


Perempuan itu masih menatap si lelaki. Dalam hatinya, ia memohon kepada Tuhan agar diberi kekuatan cinta dalam mengarungi biduk rumah tangga. Agar si lelaki, yang menjadi imamnya saat ini dan sampai nanti, tetap mencintainya… lagi dan lagi. Terus menerus begitu..


Hmm, jadi inget, di blog seorang kawan pernah mengutip kata-kata dari seorang Jalaluddin Rumi (penyair dan tokoh sufi terbesar dari Persia):

Di mata orang bijak, langit adalah laki-laki dan bumi adalah perempuan; bumi memupuk apa yang telah dijatuhkan langit.

Apabila bumi kekurangan panas, langit mengirimkannya; apabila ia kehilangan embun dan kesegaran, langit memperbaruinya.

Langit berkeliling, laksana seorang suami yang mencari nafkah demi istrinya. Sedangkan bumi sibuk mengurus rumah tangganya; ia merawat yang lahir dan menyusui apa yang telah ia lahirkan.

Anggaplah bumi dan langit sebagai makhluk yang dianugerahi kecerdasan, karena mereka melakukan pekerjaan makhluk yang memiliki kecerdasan.

Jikalau pasangan ini tidak merasakan kebahagiaan antara satu dan lainnya, mengapa mereka melangkah bersama laksana sepasang kekasih yang saling mencinta?

Tanpa bumi, bagaimana bunga dan pepohonan akan tumbuh? Lalu, air dan panas langit akan menghasilkan apa?

Karena Tuhan meletakkan gairah dalam diri lelaki dan perempuan, maka lewat persatuannya dunia terselamatkan


H min Satu Pernikahan Saya

Jumat, 9 Juli 2010
Jam dinding tepat di 20.17. Saya sendirian. Dikamar pengantin. Semua sibuk mempersiapkan pesta pernikahan saya yang akan dilaksanakan besok (Sabtu, 10 Juli 2010). Saya melihat kesibukan mereka satu persatu. Di luar, kaum bapak sibuk memasang tenda. Di ruang tengah, kaum remaja sibuk membuat manggar, di dapur kaum ibu sibuk mengiris bawang, memotong daging, menggoreng, memanggang. Semua bekerja, semua sibuk. Sejenak, saya tersenyum, bahagia. Senang. Senang sekali rasanya. Saya memberikan senyum terbaik kepada setiap orang yang saya temui baik didapur, di teras, di ruang tengah. Bersyukur, Allah mengaruniakan kepada saya keluarga yang utuh, saudara-saudara yang peduli, teman yang menyayangi saya.

Esok, adalah hari bersejarah bagi saya. Sebuah episode kehidupan yang sebagian besar pasti dilalui tiap manusia. Menikah. Lalu apa yang membedakannya? Proses. Ya, proses mereka menikah dan bagaimana mereka menjalani hidup bersama. Konon, semakin dekat kita dengan seseorang, semakin mudah kita menyakiti dan melukainya. Kedekatan secara emosional adalah alasan yang tepat. Mungkin. Ini mungkin loh. Maka, saya memohon kepada Allah dalam tiap-tiap sujud, agar esok, setelah kami resmi menjadi suami istri, kami mampu mengawali kehidupan kami yang baru dengan cahaya kasih yang melimpah. Agar Allah membentangkan jalan rahmat-Nya disetiap langkah yang kami tempuh.

Rabb... Bimbing kami agar semakin mengimani-Mu. Berikan kami kekuatan disetiap cobaan, beri kami kesabaran dalam menghadapi segala suratan takdir-Mu. Beri kami kelapangan hati di setiap kesempitan hidup. Tak sedikitpun kekuatan yang kami miliki, kecuali Engkau memberikannya. Limpahkan kami keluhuran budi dan keindahan akhlak.
Tuhan yang Maha Baik, beri kami kebaikan di setiap jenak kehidupan kami. Karuniakan kepada kami rasa cinta dan kasih sepanjang hidup kami. Berkahi setiap keputusan yang kami ambil. Limpahkan kepada kami kekuatan untuk saling memberi dan memaafkan, saling mengerti dan mendengarkan. Lengkapi rasa cinta kami dengan kehadiran anak-anak yang Kau titipkan kepada kami kelak. Jadikan mereka anak-anak soleh dan solehah, yang tahu siapa Tuhannya, yang mampu memberikan segala yang terbaik untuk agamanya, untuk orangtuanya, untuk tanah airnya. Hiasi akhlak kami dengan akhlakul karimah.
Allah yang Maha Mengetahui Segala yang ghaib, tak sedikitpun kekuatan yang kami miliki untuk menyingkap takdirmu, untuk meraba masa depan. Yang kami bisa lakukan hanyalah sebuah rencana. Bahkan itu pun seringkali salah langkah. Maka, bimbing kami ya Rabb, beri kami kecerdasan dalam mengambil keputusan untuk masa depan kami. Amin..


Jumat, 17 Juni 2011

Kehadiran Calon Menantu

Malam itu, malam yang mendebarkan bagi saya. Hari Sabtu, tanggal enam maret duaribu sepuluh. Seorang lelaki sederhana berniat bertandang ke rumah saya. Awalnya saya gak nyangka, kalo dia serius mau silaturahim ke orang tua saya, memperkenalkan diri sebagai kandidat calon menantu Ayah saya. Hehe...

Sebetulnya sudah lama sih dia menyatakan “cinta” nya itu :D, cuma masih mikir, investigasi, nanya sana sini, berbagai pertimbangan, de es be (wakss!!), dan berbagai penelitian lainnya (ggrrhhhhh..!!)

Nah, ketika untuk kesekian kalinya, dia bertanya lagi, apakah saya mau jadi istrinya.. Hm, jadi langsung saja saya bilang, kalo’ mau nembak cewek itu, kudu sama orang tuanya langsung, Gentleman gitu dey!

Dengan asalnya saya ngomong gituh ke dia. Eh, beberapa hari kemudian, dia sms kalo dia mau silaturahim sama keluarga saya.. Matilah saya, bingung gak bisa bilang apa2, sudah terlanjur mempersilakan dirinya untuk main kerumah.

Nah, tepat hari sabtu tanggal 6 Maret 2010, pas malam minggu, untuk pertama kalinya dia maen kerumah saya, dan langsung bawa ayah, abang dan adeknya yg cowok (untungnya gak bawa kucingnya dia yg juga kebetulan berjenis kelamin jantan..Huehuehue…).

Hati kebat-kebit.. biasanya yg maen kerumah saya mah banyak temen perempuan aja, kalo ada yg cowok, paling kawan 1 organisasi, atau cowok yg lagi PDKT sm saya..hihihi..


Tidak ada obrolan istimewa, apalagi yang berhubungan sama rencana menikah. Pertemuan itu pure hanya silaturahim biasa. Pun, saya katakan sm dia, tunggu jawaban dari orang tua, apakah mereka setuju kalo saya menikah sama dia.
Singkat cerita, keluarga kami menyetujui, dan proses lamaran pun dilaksanakan tepat 3 minggu setelahnya, hari Sabtu 27 Maret 2010. Pas malem minggu juga tuh.

Minggu, 29 Mei 2011

After Midnight

Bangun jam 1. Ampe jam 3 mata masih melek. So, sembari membuka laptop dan membaca beberapa blog kawan2, saya sempet-sempetin cium2 suami yg lagi tertidur pulas. Kecapean setelah pulang silaturahim kawan 1 liqoan nya. Hehe

Well, sebetulnya gak ada yang spesial.saya cuma penasaran. Kok blog saya tidak lagi bisa menampilkan perintah "See more". Padahal sudah saya setting dari dulu. So, malam ini begadang buat ngutak-ngatik blog saya, supaya bisa terisi lagi kayak dulu.

Jujur, saya kangen ngeblog kayak dulu lagi...