Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: Februari 2009

Kamis, 19 Februari 2009

Rumah Harapan

RUMAH HARAPAN

Apa yang pertama kali muncul di benak Anda ketika membaca judul di atas?
Rumah Harapan. Ya ..rumah dengan banyak harapan. Jadi, Rumah Harapan adalah proyek umat yang sedang di godok oleh Tim Ekonomi KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) DAERAH KALBAR. Oke, Rumah Harapan yang selanjutnya akan saya singkat menjadi RH memiliki fungsi2 sebagai berikut:
1. Rumah yang akan melahirkan “The Next Leader”, Putra Daerah Kalbar. Jadi, RH nantinya adalah wadah bagi para pemuda khususnya pelajar dalam mengembangkan talenta-nya. Terutama talenta Kepemimpinan
2.Rumah bagi Muallaf. Buat muallaf yang tidak memiliki tempat tinggal, di rumah harapan, ada wadahnya.
3.Rumah Singgah
4.Sekretariat KAMMI juga

Hmm, itu sedikit tentang konsep RH yang akan kami bangun. Sampai saat ini, kami sedang mengusahakan mencari pewakaf tunai untuk RH tersebut. Jadi, kami membangun 2 arah. Pertama, internalisasi, berupa sunduq dana, melalui gerakan lima ribu, nominalnya bervariasi, antara 5.000-1.000.000. Jadi, ini juga salah satu bentuk peluang amal sholeh bagi kader. Kedua, eksternalisasi, dalam bentuk proposal agar masuk dalam pembahasan APBD. Mencari pewakaf melalui jejaring tokoh-tokoh muslim Kalimantan Barat. Kami sudah survey lokasi RH. Letaknya di jalan Adi Sucipto, Gg. Mailamah. Cukup representatif. Dekat dengan wilayah kampus. Dekat masjid.

Hm,,,kurang komprehensif ya?? Hehe,,,ya, ntar di posting yang edisi lengkap ya..:)

Untuk itu,mohon saran untuk bentuk-bentuk usaha dana untuk wakaf tunai ini.
Bisa via email : kammda_kalbar@yahoo.co.id

Jazakumullahu Khairan Katsira


Rabu, 18 Februari 2009

Sebuah Nama

Bara Shafiyyah

Sudah tak terhitung orang-orang yang menanyakan tentang nama yang satu ini. Bara Shafiyyah. Karena aku seringkali menggunakan nama ini di dunia virtual. Di YM, FS, FB, Milis, dll. Padahal namaku gada miripnya banget gitu. Baiklah pemirsa, kan ku jelaskan akar sejarahnya. *Halah, diplomatis amat yak bahasanya

Dulu, waktu aku masih kecil, aku sering di bawa ama mbak ku ke kegiatan-kegiatannya dia. Mbak ku ini sudah ikut tarbiyah sejak tahun 1994. Yah, bisa di katakan kader2 awwalun deh, sewaktu dakwah mulai menggeliat di bumi khatulistiwa. Aku kelas 4 SD ajah, lagu2 nasyid yang masih model jaman2 baheula mengalun merdu di ruang tamu rumah kami. Kayak lagu “nun dimana”, trus lagu2 nya SNADA, hits kedua nya yang tentang palestina itu. Duhh, aku inget banget lah. Jadilah aku ini yang “dewasa sebelum waktunya”, hehe……
aku udah tau bagaimana dakwah, karena aku sering di ajak ke kajian2, bahkan nemenin mbak rapat!! Tak jarang pula, aku harus nemenin mbak pas ngomong ama ikhwan, karena takut berduaan, jadinya aku penengah gitu. Aku juga sering menyaksikan pementasan para ikhwan tentang Palestina.

Aku juga inget, bagaimana perjuangan mbak ketika teguh dengan pakaian takwa yang ia kenakan. Di tahun 94, jilbab itu sangat aneh bagi kebanyakan orang. Bahkan sangat aneh. Jadi semakin aneh karena seorang akhwat menutupi kakinya juga dengan kaos kaki!!!!

Tapi, mbak tetap tegar. Gak goyah sedikitpun, meski harus berurai air mata, harus mampu bertahan mendengar omongan tidak sedap dari para tetangga, keluarga,bahkan orang tua kami!!

Memasuki usia remaja, aku sudah berseragam putih biru. Aku yang masih bau kencur sudah tau hukum-hukum jabat tangan, pacaran. Haha...itu karena rasa ingin tahu ku sangat besar. Aku membongkar buku-buku pengajian punya mbak-ku. Aku baca, meskipun aku gak ngerti apa isinya. Aku juga di belikan mbak, sebuah majalah, Annida. Isinya banyak cerpen. Aku suka. Lalu, aku mulai menabung, dan novel pertama yang aku punya adalah “PINKAN”. Lalu, aku mulai menabung supaya tiap bulan bisa beli Annida. Nah, di ANNIDA itu ada cerita bergambar (komik) islami, dengan latar Palestina. Ada seorang gadis pemberani bernama Bara Shafiyah. Heroik. Sejak baca itu, aku jadi terinspirasi. Menjadi lebih baik. Bisa di bilang, nama ini menjadi simbol perubahanku. Nah, pemirsa, sudah tau kan? Asal usul namaku. Tulisan ini juga menjawab comment mbak HTR di fb ku..hehe....





Minggu, 08 Februari 2009

Dunia "Ke-barangkali-an"


Barangkali aku terjebak dalam dimensi semu dan penafsiran yang keliru tentangmu. Barangkali. Kau tau? Aku selalu butuh teman untuk bercerita. Tentang semesta, tentang pengalaman mengajarku hari ini, tentang murid-muridku yang selalu mencium tanganku takzim ketika berjumpa di mall, tentang aku yang baru saja memborong 6 novel tadi siang...Hey, aku tidak akan melulu menjadi pembaca cerita yang akan membuatmu bosan dan mengantuk karena cerita tentang keseharianku yang barangkali tidak penting bagimu. Apalagi di tengah kesibukanmu, aku memang tidak berarti. Tapi sayangku, aku akan berusaha dengan senang hati mendengarmu bercerita. Tentangmu yang sibuk menekan tuts keyboard komputer, tentang keletihanmu seharian karena menunggu nara sumber.

Tapi hatiku galau. Sepertinya, kau memang tak bisa benar-benar jadi temanku. Teman Spesial mungkin. Barangkali. Aku hanya mengatakan barangkali. Karena sampai detik ini, kau pun tak hirau dengan bentuk tawaran hubungan antara aku dan kamu yang aku tawarkan kemarin malam. Kau masih ingat? Waktu itu kau sedang sangat sibuk. Tapi aku mengganggumu ya? Kenapa harus aku dan kamu? Kenapa tidak “kita”? Karena aku dan kamu belum seutuhnya melebur. Suatu saat, aku akan menggunakan kata ”kita” dalam setiap obrolan antara aku dan kamu. Kapan? Sebentar lagi, takkan lama. Barangkali. Ah, selalu barangkali. Dunia ini memang selalu penuh ”kebarangkalian”.

Aku tak mengenalmu betul. Aku benar-benar tak mengenalmu. Aku hanya tau namamu dan pekerjaanmu. Selebihnya aku tak tau apa-apa tentangmu. Tapi kita di pertemukan siang itu. Tepatnya hari Selasa, tanggal tiga puluh bulan Oktober tahun dua ribu delapan, jam sepuluh siang. Hanya sebentar, tidak lama. Tapi pesonamu. Wajahmu. Gaya bicaramu, suaramu, aku masih ingat betul. Aku seperti pernah mengenalmu sebelumnya. Otakku berpikir keras, tapi semakin aku berusaha untuk mengingatnya, semakin jauhlah ingatanku ini. Bukankah ingatan manusia memang selalu terbatas. Siang itu berlalu begitu cepat. Jujur kukatakan yang sebenarnya, ada perasaan dahsyat menyerangku, meraung-raung, meronta seolah minta di bebaskan. Aku ingin teriak, tapi kamu di depanku. Aku ingin bilang, tapi aku malu. Aku ingin mendekatimu, tapi aku bingung.

Barangkali aku jatuh cinta. Aneh bukan. Sebetulnya aku tidak pernah percaya ada cinta pada pandangan pertama. Menurutku, cinta itu hadir karena ada pandangan kedua, ketiga dan seterusnya. Tapi aku sadar. Aku sungguh-sungguh sedang jatuh cinta. Padamu. Ya...sama kamu. Percayalah padaku. Meskipun aku tidak tau persis, apa definisi cinta itu. Sungguh ini adalah suatu perasaan yang tak mampu aku definisikan. Dan aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri.

Kau tau, setelah pertemuan pertama kita yang sangat singkat itu, aku selalu berdoa agar siang seperti kemarin kembali terulang, agar ia mempertemukan kita kembali. Tapi pertemuan itu tidak pernah terjadi lagi. Aku sungguh kecewa. Lalu, aku memutuskan membuat ruang khusus untuk kita berdua. Ruang itu berada di lorong imajiku. Kadang-kadang, aku menguncinya rapat agar kita bisa saling mendengarkan, saling bercerita tanpa ada seorangpun yang mengganggu kita.

Aku meragukanmu. Barangkali. Setelah pesan-pesanku yang tak kau balas tempo hari. Tapi, kau selalu bisa membuatku luluh dan mentolerir kesibukanmu itu. Aku semakin meragukanmu. Ketika suatu siang, aku mendapatimu. Kita bertemu. Aku memanggilmu. Jarak kita hanya 10 meter. Tapi kau hanya menoleh sebentar, lalu pergi entah kemana. Barangkali saat itu kau sedang sibuk, hingga tidak peduli denganku. Barangkali.

Aku meragukanmu. Maka dari itu, bisakah kau meyakinkanku? Bahwa keputusan kita untuk saling mengenal dan mencoba lebih dekat adalah jalan terbaik yang kita putuskan untuk saat ini. Ayolah. Aku mohon. Bicaralah padaku. Aku hanya memintamu bicara. Bukan diam seperti ini. Atau, jangan-jangan, kau masih ingin sendiri. Menjadi bebas. Sebebas burung yang bisa terbang kemanapun kamu suka. Haha...sekali lagi, itu hanya barangkali. Aku juga tidak tau. Apa kau pernah berpikir tentang perempuan? hehe... kau kan sibuk. Mungkin. Aku juga tidak tau. Dan celakanya, semua yang ku katakan itu berangkat dari ketidak tahuan. Dan karenanya, mantra yang ku gunakan selalu kata ”barangkali”. Enak sekali mengucapakan kosakata yang satu ini.

Bicaralah padaku. Komentari tentangku. Apa saja boleh. Mengomentari tulisanku, atau style hidupku, aktifitasku, atau apalah itu.

Oh ya, aku mau bilang terima kasih sama kamu. Karena kamu, aku jadi jatuh cinta. Aku jadi semakin rajin menulis. Menulis apa saja. Di secarik kertas, di buku, di komputer, di pasir, di tanah. Haha....jatuh cinta membuatku terinspirasi. Aku benar-benar menikmatinya. Makasih ya...Dan sepertinya, aku harus memberitahukanmu satu hal. Barangkali, yang membuatku jatuh cinta padamu, karena engkau suka menulis. Orang yang suka menulis, berarti suka membaca. Tidak hanya membaca buku, tapi juga membaca realita di sekitarnya. Berarti nuranimu peka terhadap lingkungan. Berarti kamu peduli terhadap sesama. Berarti kamu tidak egois. Berarti kamu jujur. Berarti kamu demokratis. Itu artinya, kamu cerdas. Apa aku terlalu menyimpan banyak ekspektasi kepadamu?

Aku ingin mengenalmu lebih dekat. Boleh kan? Aku ingin serius denganmu. Gak papa kan? Jangan terlalu menyulitkan sesuatu yang mudah. Jalani saja dulu. Bukankah kita sedang bermain-main di taman cinta? Yang kalo jatuh, jatuhnya tidak akan sakit. Barangkali.
Oh ya, kau tenang saja, aku sudah menyiapkan mentalku, kalau-kalau suatu saat di tengah perjalanan, kita tidak bisa saling membersamai. Bukankah kita memang sedang bermain-main di taman cinta? jadi cukup nikmati saja bunga yang bermekaran di sekitarnya. Kalau bunganya layu, sirami lagi dengan air. Tidak rumit kan.   




Rabu, 04 Februari 2009

For The First Time

Dan biarkan hati kita bicara tentang dirinya sendiri. Bukankah tak ada salah nya kita mencoba membangun hubungan kita dari awal lagi. Tentu dengan status yang berbeda. Mungkin dengan begitu, kita bisa lebih mendengar tentang diri kita masing-masing dengan perspektif aku dan kamu. Aku cermin bagimu, dan kau cermin bagiku. Rasanya aku begitu lega. Setelah tak pernah selesai bicara denganmu. Bukankah selalu begitu? Bukankah kita hampir selalu tak punya waktu untuk bicara? Dan untuk pertama kalinya, kau beri aku kesempatan untuk bicara. Tadi malam. Ya, tadi malam. Akhirnya aku tuntas bicara denganmu. Aku selesai....kau tau rasanya? setelah tadi malam, aku merasa kau lah matahari siangku. Kau lah berjuta bintang malamku. Kau lah senja yang bersemburat di langit jingga. Begitu indah, memukau, hanya untuk di nikmati. Perasaan sayang yang amat kuat menguasaiku. Dan aku baru tersadar, ternyata persoalan kita tidak serumit labirin. Cukup mengobrol saja. Cukup katakan saja. Dan kini, pelan-pelan hatiku mulai membentuk konklusi untuk bersikap. Setidaknya membuatku sadar. Ini adalah awal. Tangga menuju kebahagiaan selanjutnya. Hey..benarkah ini sebuah tangga menuju kebahagiaan kita? Aku rindu dalam rindu-rindu tentang takdir kita. Tapi bagaimana jika takdir akhirnya memisahkan kita? Hanya waktu sajalah yang bisa menjawabnya.

Dan dengan sederhana, akan ku ukir prasasti cinta itu di sini. Karena aku ingin mencintaimu dengan cara yang sederhana pula........