Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: Mencintai dakwah

Senin, 24 November 2008

Mencintai dakwah

Tadi malam, kami menghabiskan malam minggu kami dalam acara Madrasah KAMMI 2 (MK2). Sebuah kegiatan pembinaan di KAMMI yang diberikan khusus untuk para pengurus. Tujuannya, selain sebagai ajang komunikasi di kalangan pengurus yang akhwat, juga sebagai agenda silaturahim. Ahamdulillah, saya sangat bersyukur di pertemukan dengan saudara seiman dalam sebuah jama’ah. Saya merasa besar di KAMMI, maka dari itu saya mencintai KAMMI. Tak terhitung banyaknya aksi jalanan yang pernah saya ikuti, turun ke jalan-jalan, diskusi lesehan di kampus bersama senior-senior, madrasah KAMMI, training-training kepemimpinan, Dauroh Marhalah, kepanitian ini-itu, kajian-kajian bersama ustadz-ustadz, rapat-rapat departemen, rapat-rapat kepanitiaan, rapat tim anti-korupsi, menjadi ”pengemis intelektual” alias masukin proposal ke perusahaan dan lembaga pemerintahan, dan banyak lagi lainnya. Hmm,,,saya merasa begitu banyak hikmah yang saya peroleh. Bagaimana dalam sebuah jama’ah, atau katakanlah sebuah komunitas dakwah, kita akan bertemu dengan banyak karakter. Disanalah di uji keikhlasan untuk menerima keputusan hasil syuro.

Malam tadi, kami mengeluarkan semua uneg2 selama menjadi pengurus. Karena tak pelak, selama 3 bulan kepengurusan baru ini, masih tahap pensolidan sesama pengurus, masih berkutat pada penguatan internal. Hmm, masalah klasik siy dalam sebuah organisasi. Bahkan ada seorang ikhwan yang mengatakan seperti ini, ”Ukh, dalam masa kepengurusan KAMMI, anti akan melewati 4 tahapan selama satu periode kepengurusan. 6 bulan pertama, kalian akan berkutat pada masalah internal saja. Lalu 6 bulan kedua, tahap pembenahan program kerja. 6 bulan ketiga, masa-masa reshuffle kepengurusan, lalu 6 bulan terakhir, disibukkan dengan agenda MUSDA. Begitulah setiap kepengurusan”. Wedew, kalo gitu, cuma 6 bulan donk, kita benar2 kerja. Hehe.....

Terlepas dari itu semua, saya rasa keberkahan dakwah bergantung dari para da’i nya. Ah, saya malu sebenarnya bicara seperti ini. Apalah saya. Saya hanya pecundang. Saya bukan pahlawan dakwah. Saya malu. Saya gak enak. Saya masih bergelimang dosa. Saya jauh sekali dari kriteria seorang da’i. Saya hanya mencoba untuk terus memperbaiki diri. Jika suatu saat saya jatuh, saya kembali melakukan kontemplasi. Iman seseorang itu fluktuatif. Saya berharap, kalaulah hari ini saya futur, tapi itu tidak sampai membuat saya terlempar dari jalan dakwah ini. Karena saya tau, dakwah akan terus berputar, ada dan tiadanya saya di dalamnya. Kalau mundur, akan ada yang menggantikan posisi kita nantinya. Saya gak mau itu terjadi. Saya selalu berdoa kepada Allah agar di tetapkan di jalan ini. Saya tak mau kehilangan hidayah. Sungguh! Tapi saya juga tak bisa menghindari batu-batu kerikil nan tajam selama perjalanan saya, yang tanpa saya sadari menghambat laju langkah kaki ini.

Keresahan intelektual yang selama ini saya alami, satu persatu menemukan jawabnya. Lewat perenungan, lewat bacaan, referensi-referensi, diskusi, pengalaman, taujih-taujih, dauroh-dauroh, dll. Saya ingat sekali, ketika saya bergabung untuk pertama kalinya dalam sebuah jama’ah tarbiyah, 3 Februari 2001. Materi pertama yang saya peroleh juga membekas di ingatan saya, ”10 sahabat yang dijamin masuk surga”. Sulit untuk mendefinisikan atmosfer yang saya rasakan ketika itu. Saat-saat dimana seorang remaja seperti saya mengalami masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Saya mengalami kekeringan spiritual. Saya merasa sholat dan ibadah saya hanyalah sebuah kewajiban, tanpa di iringi dengan spirit kecintaan kepada Allah, Penguasa langit dan bumi. Namun, begitu saya menjadi bagian dari jama’ah ini, saya begitu mencintai agama saya, islam. Mencintai Allah, Tuhan kita semua. Dan merindukan lelaki agung sepanjang masa, Muhammad, Rasul Allah.

Dalam perjalanan dakwah, saya mengalami begitu banyak peristiwa. Senang, sedih, kecewa, bangga, haru, bersama teman-teman satu kelompok. Ah, saya sudah 8 kali berganti kelompok halaqoh. Artinya, hingga saat ini, saya sudah punya 8 murobbiyah yang membina saya. Yang sudah membentuk karakter saya. Yang sudah mencurahkan tenaga, harta, pikiran, peluh keringat, uang, motor, pulsa untuk sebuah kelangsungan dakwah. Karena membina adalah amanah besar bagi seorang murobbiyah. Ia harus membentuk para binaannya untuk menjadi sepertinya, bahkan lebih baik darinya. Kepada para pejuang dakwah, para da’i, para pewaris para nabi, mari ukir sejarah emas kejayaan islam kembali. Jangan sampai dakwah mati, justru ditangan para da’i nya. Waallahu a’lam bishowab.

Tidak ada komentar: