Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: `Secret Admirer` Gadungan

Kamis, 27 November 2008

`Secret Admirer` Gadungan

Saya kembali menjalani hobi saya. Menjadi pengagum rahasia! Hehe…tapi ya gak segitu-gitu nya lah. Cuma suka-suka aja ama temen-temen. Dulu ketika saya kuliah, saya pengagum rahasia 2 ketua BEM 2 periode berturut-turut. Saya pengurus BEM tahun 2005-2006,dimana saya di amanahkan di bidang PSDM. Bidang yang kata orang siy, paling keren. Hehe,, kerjaannya meng-Ospek anak2 baru, menyusun kepantiaan Ospek, sekaligus menjadi SC panitia. Mengadakan pelatihan-pelatihan kepemimpinan, pokoknya kegiatan-kegiatan yang berbau pengembangan skill dan pengembangan diri mahasiswa. Tentu saja, saya punya kriteria buat orang-orang saya kagumi. Cerdas dan Bookaholic adalah 2 variabel yang sering jadi bahan pertimbangan saya buat orang yang layak saya kagumi *halah, apaan coba? Hehe *.

Nah, kali ini saya kagum dengan seorang yang baru saya kenal sekitar 1 bulan. Seorang Jurnalis di media harian lokal yang katanya sih independen. * Bukankah media terikat oleh banyak hal. Idealisme jurnalis atau redaktur terpasung oleh banyak hal. Keinginan pemilik modal, ketakutan atas tekanan politis, teror preman, atau amplop adalah permasalahan klasik di dunia jurnalis*, hayooo... ^_^

Pertama kali kenalan, tanggal 24 Oktober 2008. Kala itu, saya sedang mengajar di kelas. Handphone saya bergetar, biasanya saya malas untuk mengangkatnya. Tapi berhubung saya adalah Humas sebuah EGM yang sedang aksi di jalan sore itu, mau tak mau saya mengangkatnya, karena kalo gak, bisa kacau. Contact person para wartawan itu dengan saya. Jadi, kalo ada apa-apa, saya bertanggung jawab memberi klarifikasi kepada media.
Nah, jadi ceritanya si wartawan tadi gak dateng liputan ke aksi yang kami lakukan. So, minta info dari saya selaku humas-nya.

Itu awal perkenalan kami. Saya menjanjikan padanya akan mengirim press release nya malam itu juga berikut photo-photo aksi-nya. Jadilah malam itu kami ber-chatting ria. Gak nyangka, orangnya lumayan kocak. Biasanya, setiap kali saya berkenalan dengan seorang jurnalis, pada awal-awalnya mereka sok jaim. Beneran! Tapi, ujung-ujungnya juga ketauan kok, kalo sebenarnya mereka tuh gak seserius yang kita pikirin, yang kerjaannya ngetik berita mulu, liputan, ketemu nasum, dan sekelumit tugas jurnalistik lainnya. Hehe...

Hm, hubungan kami berlanjut sampe suatu kali saya meminta nya untuk meliput kerabat saya yang sedang sakit parah untuk dijadikan feature. Dengan harapan, akan ada bantuan dari pemerintah atau donatur, jika kondisi sakitnya ini terpublikasi di media. Jadilah hari itu, kami kopdaran untuk pertama kalinya. Tepatnya hari selasa, 28 Oktober 2008. *FYI, beginilah kalo orang tipe melankolis, mengingat dengan detail sesuatu nya. Otak mamalia saya bekerja dengan sangat baik, karena melibatkan emosional di dalamnya.

Ya, begitulah, akhirnya jadi dekat. Apalagi, saya ama dia sama-sama sering Online. Jadi, bisa ketemu tiap hari meski cuma di dunia virtual. Obrolan kami macem-macem. Dari yang serius ampe hal-hal kocak, tentang hobi, tentang mimpi, tentang cita-cita dan ehm..ehm...saya tak pernah berani bertanya kepadanya tentang cinta...he3.
Kemarin sore, kami bertemu kembali untuk kedua kalinya. Gak tau kenapa, mendadak saya jadi grogi begitu dia datang. Seperti di kerumuni semut sekampung. Rasanya sama persis ama waktu pertama kali ketemu. Ya ampun, saya blushing sendiri. Apa dia juga merasakan hal yang sama ya? Saya gak bisa memastikan.
Sampai suatu kali, saya mencoba menawarkan suatu bentuk hubungan kepadanya. Tidak ada jawaban pasti, pun karena saya juga merasa bahwa pertanyaan saya cuma sekedar iseng. Padahal, saya niatnya serius lho. Justru dia yang menanggapinya dengan tidak serius. Sampai disitu, titik. Akhirnya saya lebih memilih mundur. Mungkin lebih baik begitu ya. Hm, biarkan waktu yang menjawab. Saatnya saya meyakini, better to be loved than to love.....Hehe...^_^

Ihhh... ngapain sih nulis beginian? Ya, selain karena saya gak punya tempat buat “ngabur” dan mencurahkan semua uneg-uneg saya selain lewat tulisan, saya juga pengen merekam sejarah hidup saya, bahwa saya pernah begini dan begitu. Mungkin jadi bahan cerita yang menarik buat anak cucu saya kelak. Saya teringat kata-kata Pramoedya Ananta Toer, dalam Khotbah dari Jalan Hidup:

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Dan saya memilih untuk menuliskannya di blog, daripada mandeg di buku harian. Hehe,,itupun kalo era blogger masi berjaya. Tapi denger2, pesta blogger di Jakarta yang berlangsung beberapa waktu lalu, bisa jadi pesta blogger terakhir. Wah, inovasi baru apalagi yang akan muncul di dunia virtual? Meskipun saya sadar, isi blog saya ini banyak ngaco nya. He3....
Honey, miss u...

Tidak ada komentar: