Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: Beginilah jalan dakwah mengajarkan kami (pengalaman ke Desa Gondang Legi, KKR)

Sabtu, 13 Desember 2008

Beginilah jalan dakwah mengajarkan kami (pengalaman ke Desa Gondang Legi, KKR)

Saya gak tau mau mulai menulis dari mana. Karena ada begitu banyak hal yang rasanya sudah tak sabar ingin saya bagi di blog ini.

Hari itu, Senin 8 Desember 2008, bertepatan dengan hari Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1429 H. Saat-saat dimana saya seharusnya duduk asyik berkumpul bersama keluarga besar saya sambil menikmati hidangan yang tersaji di atas meja. Biasalah, tradisi di keluarga besar, pasti ngumpul-ngumpul di moment penting yang hanya setahun sekali ini. Tapi urung, saya membatalkan niat saya berkumpul bersama keluarga. Saya meminta izin kepada kedua orang tua saya untuk ikut dalam aksi bagi-bagi daging hewan kurban, kerjasama KAMMI Daerah Kalbar dan TPU Al-Mumtadz. Berat memang. Karena bagaimanapun, keluarga adalah bagian utama dalam dakwah yang kita lakukan.

Selesai shalat ied, saya langsung pulang kerumah. Makan bersama keluarga. Sekitar pukul 08.45 saya pamit ke orang tua. Dengan takzim, saya cium kedua tangan orang terkasih di depan saya itu sambil cipika-cipiki (cium pipi kanan, cium pipi kiri, hehe..... udah kebiasaan. Yah, kebiasaan yang bagus menurut saya dan harus mentradisi. Apalagi seorang aktivis dakwah, sudah kewajiban itu).

Saya mengenakan rok biru di balut baju dan jilbab putih, serta sepatu putih dan kaos kaku putih pula. Baru sekitar 1 menit saya keluar rumah, langit tiba-tiba mendung, gelap. Hujan pun turun, tiba-tiba dengan sangat derasnya. Terbersit niat untuk memutar balik motor saya, pulang kerumah, menikmati makanan sambil kumpul ama keluarga. Tapi saya ingat wajah teman-teman yang pastinya sudah menunggu kehadiran saya. Saya melaju bersama hero-ku. Hehe,...sebutan untuk motor saya itu.

Sebelum ke sekretariat KAMMI, saya menjemput teman saya lalu bersama-sama berangkat ke KAMMDA dalam keadaan basah! Benar-benar basah. Meskipun sudah mengenakan mantel, toh hujan yang lebat tetap saja membuat saya basah. Sesampainya disana, saya berbisik lirih, ”Subhanallah”!!. Ternyata benar. Saya ditunggu ama temen-temen yang sudah kumpul dari tadi. Mereka sekitar 20 an orang.

Yang ikhwan sibuk mengurusi kambing-kambing hewan qurban. Saya mengabadikannya. Look!! Mirip gak siy?? :D, hehe

NB :fitrahhhhhhh,,,hehe, mirip gak sih pit..*uhuk-uhuk...

Yah, jenggotnya kali yang mirip. Astaghfirullah,,, afwan katsir ya para ikhwan. Dilarang ngelarang orang buat ketawa ya..^_^

di tengah hujan deras, para ikhwan sibuk mengikatkan kambing untuk di bawa pake motor



Wan, rajin amat jagain kambingnya. He3


Jam 10.30 kami berangkat, karena kami sadar, gak mungkin menunggu hujan reda. Berangkatlah kami 20 orang dengan 11 motor. Ikhwan 11 orang, masing-masing membawa kambing. Dan akhwat 9 orang. Ah...sepanjang jalan, saya mengagumi mereka. Para pejuang dakwah. Aktivis dakwah kampus. Sepanjang jalan kami di guyur hujan. Kambingnya pun jadi kedinginan karena terkena hujan.

NB : Bani lagi pake mantel. kemana-mana pake mantel....
Waduh pemirsa, ini bukan orang-orangan loh. Tapi beneran orang kok. Meskipun aku udah bermantel, tetep aja basah.

Duh, Ca'i, kayak Assasin ajah! hiyyyyy

Sesampainya disana, di rumah kepala desa Kapur, Kabupaten Kubu Raya (KKR), kami disuguhi teh hangat. Pak Agus Rohman, sang kepala desa mempersilakan kami masuk. Usianya ku taksir sekitar 30 tahun, memiliki seorang istri dan sudah dikarunia satu anak. Kami berbagi banyak hal. Perbincangan dari masalah zakat, harta, pengalaman beliau selama menjadi Kades, tentang politik, budaya, hukum, sampai masalah BLT yang denger-denger akan turun lagi. 1 pelajaran moral yang bisa saya tarik dari pemaparan beliau, bahwa ”Hidup Itu Adalah Pelayanan”.


Para ikhwan lagi motong-motong hewan kurban, untuk di bagikan ke warga yang berhak memperolehnya.


Ba’da ashar, kami melanjutkan perjalanan menuju desa GondangLegi, Bale, Kec. Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya (KKR). Sebelum pamit, taking picture dulu ah...



Di Gondang Legi

Sesampainya di sana.........wuaaaaaaaaaa

Wah, inilah yang paling berkesan bagi saya, dan mungkin bagi temen-temen yang lainnya juga. Lihat saja. Medannya!! Ya ampun, penuh tanah berlumpur!



Hm, lihatlah, Ketua KAMMI sedang berjuang melewati setiap jengkal tanah. Tertatih-tatih kami berjalan. Takut terpeleset. Saran para warga yang melihat kami bergerombol membawa motor beserta daging hewan qurban yang akan di bagikan, sebaiknya motor di titipkan saja, dan jalan kaki masuk ke dalam desa.



Saya langsung banting setir, muter balik, pulanggggggg!! Saya gak sanggup kalo harus melewati jalan tanah yang licin dan becek itu. Tapi di tahan sama Ummi, sekum KAMMI. Pokoknya pergi bareng, pulangnya juga bareng. Yah, gitulah. Apalagi saya di ketawain ama adek2 tingkat saya. Duh, malu juga akhirnya. Bahkan ada yang ekstrim tereak begini
”Ukhti, katanya jihad! Masa tanah becek licin begini udah nyerah!!!”
Duh, saya membatin. Bener juga ya. Mana komitmen saya yang katanya aktivis dakwah.


Yah, akhirnya itulah jalan terbaik. Jalan kaki bareng-bareng sejauh 3 kilo! Mending kalo 3 kilo jalannya mulus. Ini jalannya licin banget.

Saya dan Ummi tertinggal jauh dari temen-temen. Karena sepatu yang kami pake terasa sangat berat sebab tanah yang menempel di sepatu. Diangkat kaki yang satu, eh, satunya lengket di tanah. Duh, geli banget deh pokoknya. Mau tak mau, para ikhwan pun menunggui kami yang masih tertatih berusaha untuk mengejar mereka. Atas saran seorang ikhwan, saya disuruh buka sepatu ajah! Ya ampun! Berati saya cuma pake kaos kaki donk. Awalnya saya gak mau. Tapi dipaksa sama ikhwan. Daripada ketinggalan ukh, kilahnya waktu itu. Akhirnya saya ngalah. Jadilah saya menenteng sepatu saya dan memilih jalan tanpa alas kaki. Tuh, liat kan? Muka saya jadi keliatan cemberut. Mereka para ikhwan pada tereak-tereak ”horeeeeeeeeeeeee” begitu saya melepas sepatu saya. huuu...ingin rasanya kulempar mereka dengan tanah lumpur. Hehe....
NB : cemberut amat ya...

Sepanjang jalan, tak hentinya para warga menanyai kami. Mau kemana, ngapain bawa bendera-bendera segala, kayak mau demo ajah, trus ngapain nenteng-nenteng karung yang isinya daging kambing. Bayangin aja. Gimana warga gak heran. Melihat kami yang masih muda-muda, keliatan masih imutnya *halah...*, keliatan masih kuliahnya, di tengah hujan yang terus turun, becek-becek, berlumpur, ampe rela-relain buat masuk kedalam desa yang jauhnya 3 km!
Lita, semangat amir

Yah, akhirnya nyampe juga. Disana, kami berbincang-bincang ama ketua RT nya. Di musholla sederhana. Belakakangnya ada kebun rambutan. Begitu nyampe, dengan santainya, seorang ikhwan nanyain, ntu pohon rambutan punya siapa. Trus di jawab ama pak RT nya, punya umat. Kalo mau ambil, ambil aja, kata beliau. Tanpa ba bi bu lagi, para ikhwan itu langsung menyerbu pohon yang memang menggiurkan, buahnya merah sekali. Ya ampun, dasar!! Ya, mungkin sebagai penawar lelah mereka yang sudah mengangkut hewan kurban selama hampir 2 jam perjalanan. Hehe....

Ketua KAMMI KALBAR menyerahkan hewan kurban secara simbolik kepada pak Abdul Kholik, ketua RT 1 Di desa Gondang Legi.

Sudah hampir maghrib, padahal kami baru sekitar 10 menit duduk. Kami memutuskan akan langsung pulang saja, usai sholat magrib. Tapi, salah seorang akhwat mengabarkan, bahwa ada seorang warga yang sudah menyiapkan makan malam buat kami. Demi menghargai, kami pun urung pulang. Selesai makan, kami sholat isya berjama’ah di musholla.

Yang bikin lama pulang, kami harus membuat obor dadakan. Karena ketiadaan lampu jalan, jadi kudu’ pake penerang jalan donk. Duhhh,,dingin menusuk tulang. Hujan rintik-rintik terus turun. Ditambah jalan becek dan licin yang kayaknya tambah licin aja.

Setengah jam perjalanan, dia pingsan! Dia, seorang akhwat junior yang terbilang baru saja tarbiyah. Aku mengenalnya ketika ia menjadi adik binaanku di MK 1, salah satu forum pembinaan untuk anggota biasa 1 di KAMMI.

Terengah-engah kami mengangkatnya ditengah hujan dan medan tanah berlumpur itu. Membawanya kerumah salah seorang warga.

Ah, bukan pingsan namanya. Lebih tepatnya, ada jin yang merasuki tubuhnya. Beginilah, jika kami membawa peserta yang labil fisik dan mentalnya, ditambah suasana kelamnya malam, sepi, rumah warga yang jaraknya jauh-jauh pula. Dia berteriak-teriak tak terkendali. Ketika kami membacakan surah Jin di AlQuran, Membacakan nya alma’tsurat. Bahkan minuman yang kami bacakan ayat suci AlQuran di tumpahkannya.
Berkali-kali kami meminta maaf kepada tuan rumah dan berterimakasih sudah mau menampung kami untuk sementara waktu.

Cukup lama kami menyadarkannya. Mungkin sekitar setengah jam, ia bisa kami ajak bicara. Dan aku tau, itu bukan dia.

Kami sadar, tak mungkin membuatnya kembali normal. Kami membujuknya untuk bangkit dan segera pulang. Akhirnya mau juga dia. Meskipun kami tau, itu bukanlah dia. Di tengah perjalanan, dia hampir pingsan lagi, entah untuk kesekian kalinya. Begitu terus. Pingsan, lalu bangkit berdiri dengan mata menyalang, menepis tangan-tangan kami yang hendak membantunya berdiri. Lalu berjalan dengan sangat cepat, tanpa terpeleset sedikitpun. Kami bahkan harus mengejarnya berkali-kali dengan sedikit berlari. Kami kesulitan mengejarnya karena tanah yang sangat licin. Ah, aku tau, itu bukan kamu sayang.

Jam 10 malam. Akhirnya kami melihat lampu-lampu kendaraan dari kejauhan. Seperti menemukan oase dipadang pasir! Subhanallah, Alhamdulillah. Akhirnya kami pulang. Para ikhwan mengambil motor-motor yang tadinya di titipkan kerumah warga. Aku senang sekali. Sepertinya letihku hilang seketika begitu melihat jalan raya.

Sampai dirumah, saya habis-habisan membersihkan diri. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Baju putih, sepatu putih dan kaos kaki saya sudah coklat penuh tanah. Saya sudah malas menatapnya. Sudahlah, pensiun sajalah kalian.

Dikamar, saya masih merenungi kejadian tadi. Robbi, sungguh cobaan bagi kami. Ya Allah, jadikan setiap peluh, setiap langkah kaki kami, atas setiap rupiah yang kami keluarkan, motor, bensin, tenaga, itu semua menjadi saksi dan pemberat timbangan amal kebaikan yang kami lakukan. Doaku, sebelum mata ini terpejam....

Lalu lelap bersama hujan yang terus turun....

Tidak ada komentar: