Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: How Do You Describe Love

Senin, 13 Oktober 2008

How Do You Describe Love

How do you describe love? Cinta dengan segala definisinya, pastilah tetap menjadi bahan pembicaraan yang sangat diminati. Sangat gurih untuk dikunyah. Gak tua gak muda, sama aja. Syndrome cinta mah emang menyerang manusia di segala usia. Jadi, gak heran, kalo kita nyeletuk dikit aja tentang “cinta”, saya yakin deh, pasti pada koor tereak begini, ” suit..suit..”, atau, “cie..cie..”.
Jadi, apaan donk cinta itu? Tanyakan saja arti cinta pada siapapun yang Anda temui, maka sebanyak itu pula Anda temukan kata cinta di definiskan berbeda. Tergantung bagaimana suasana hati dan moody dari orang tersebut. Uhmm….cinta?? Love Is Like Wind, We Cannot See It But We Can Feel It


EHm…ehm…

Huaa…huaa…hua…

Dag dig dug…duer….

Auw….gubrak….!

Hiks…..:(

Hi hi hi….

Wua wua..wua………

Begitulah. Beribu rasa tumpah ruah menyergap ketika seseorang sedang jatuh cinta. Cinta itu aneh. Senang, haru, sedih, bahagia, kecewa, benci, dendam, sakit hati, kacau, gelisah, berbunga-bunga, kangen berkepanjangan, hambar,,, dan segala macam bentuk rasa dan emosi mungkin pernah kita rasakan. Cinta adalah energi yang sangat besar yang mampu menjadikan pengecut jadi pemberani, yang bodoh jadi pintar, yang cuek bebek jadi perhatian abiz, yang mampu memfasihkan lidah, mempertajam pena, melahirkan semangat dan segala kegembiraan yang membuat rasa membumbung ke langit luas.
Oh my God…. Gak kuat kalo lagi jatuh cinta..hiks…hiks…bawaannya mikirin doi mulu. Kemana-mana dipikirin. Apalagi kalo gak dapet kabarnya sehari ajah, pasti deh nyari-nyari kabarnya. Giliran dia yang sering SMS, kita yang ngerasa di perhatiin gitu, berasa jadi orang nomer satu deh buat dia. Pernah kan ngerasain kayak gitu?

Ngomongin cinta ibarat mendaki gunung tanpa puncak, mengarungi lautan
tanpa tepian (hehe..segitunya).

By the way, saya mau berceloteh dikit deh. Tapi sebelum itu, saya mau tanya, yang masih inget cinta pertamanya, tolong acungkan jempol, eh salah ya, acungkan tangan!!..wuih, kok banyak amat. Cie,,,uhm,,,tuh yang lagi baca pasti kebayang deh wajah…(hayo wajah siapa?hehehe,,,tenang aja, gak papa kok, toh inget si dia, gak buat kamu-kamu tuh jadi dosa, kecuali mikir yang enggak2 kalee) wah..wah..jadi “blushing” gitu mukanya. Hihi……

Tapi, kalo saya ditanya, kapan saya mulai jatuh cinta, akan saya jawab, umur 21 tahun. Wua…tua donk ya. Gak juga siy, umur 21 tuh gak termasuk hitungan cinta monyet dan conta brontosaurus..haha…….kalo cinta monyet mah, dari kelas 5 SD juga udah mulai suka sama yang namanya cowok. Eh, kayaknya menarik deh,diceritain waktu pas lagi SD. Awalnya, waktu itu gara-gara sohiban banget ama 1 temen cowok. Tetanggaan sih, jadi ketemu tiap hari, main tiap hari, nonton bareng tiap hari, makan bareng tiap hari, mandi bareng tiap hari ,hehe,, maklum masih kecil, sukanya main di luar, di kolong jembatan, di sungai, di kali,…
Ya gimana gak deket, lha wong, bapaknya dia itu temen deket bapakku. Gimana gak deket, rumahnya dempetan, gimana gak deket, kalo mamanya suka jodoh-jodohin aku ama anaknya itu. Nah, itu waktu SD.

Berlanjut sampe di SMP. Sudah menjadi hal yang lumrah, kalo remaja itu senangnya membuat komunitas sendiri, dan biasanya bakalan bangga-banggaan dengan komunitasnya itu. Saya juga punya genk dulu. Namanya “seven magic”. Tujuh keajaiban. Visi kami, ingin menjadikan dunia ini penuh keajaiban dengan kehadiran kami bertujuh. Haha….norak banget yak. Dan gak penting banget gitu. Tapi ya beda, waktu SMP, bangga banget ama genk sendiri, pokoknya narsis banget deh. Kerjaan kita tuh, suka ngumpul pas jam pulang sekolah. Jadi seneng banget kalo denger hari libur. Kalo libur, tetep aja kesekolah, tapi agendanya bukan belajar, tapi ngumpul bareng temen2. atau ngomongin gossip artis semacam westlife, nsync, the moffats, dan laen-laen. atau nonton bareng. Nah, waktu pas heboh-hebohnya film “Titanic”, pada saat itulah, si dia mulai deket2 gitu. Ah, udah ah. Males cerita yang ini, malu2in.

Lanjut pas SMA. Nah, usia ini, saya lumayan stabil. Tidak lagi meledak-ledak, tidak lagi suka tereak-tereak histeris kalo nemu “barang antik”, tau maksudnya kan? :D

Hampir bisa dibilang, masa SMA yang katanya adalah masa transisi dari usia remaja menuju masa dewasa, tidak terlalu signifikan merubah perilaku saya dalam urusan yang satu ini. Mungkin juga karena pada saat SMA, saya udah mulai berjilbab rapi, sudah mulai mengenakan pakaian takwa sesuai syari’at. Sudah mulai ikut kajian-kajian, sudah mulai aktif berorganisasi. Apa saja kegiatan yang positif saya ikuti. Jadi, pada saat SMA, tepatnya menjelang kenaikan kelas 2, saya sudah mulai ikut tarbiyah. Dan sudah mulai paham batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam. Sehingga, sedikit banyak, ilmu dan kepahaman yang saya peroleh juga mempengaruhi tindak-tanduk perbuatan sehari-hari. Tidak mau nyontek, dll, yang mungkin dimata temen-temen, sedikit aneh. Apalagi, kalo pas halal bi halal, saya tidak menjabat tangan teman pria saya. Hehe,,,sempat dibilang ekstrim oleh kawan-kawan. Tapi saya enjoy aja. Kebetulan, di kelas, hanya saya sendiri yang ikut kajian pekanan tersebut. Hm,,,mungkin sebagian mereka menganggap kegiatan seperti itu membosankan. Saat SMA inilah, saya betul merasakan kecintaan yang menggebu gebu kepada Allah. Dzat yang Maha Kuasa, Dia yang memberi kita nafas, yang mengatur rezeki, yang mengatur alam semesta hingga tetap pada porosnya. Subhanallah, saya betul merasakan hidayah itu merasuk kedalam jiwa. Sangat merindukan-Nya. Saya juga ingat, saya pernah shalat malam, lamaaaa sekali, dengan bercucuran air mata, saya menyesali tiap dosa dan celah maksiat yang pernah saya lakukan. Saya bersyukur kepada-Nya, sudah memberikan hidayah itu kepada saya.

Pun, tidak bisa dipungkiri, rasa cinta, rasa suka, atau simpati kepada seseorang, tetaplah merupakan fitrah bagi laki-laki dan perempuan. Saya juga merasakan getar-getar cinta itu tatkala bertemu atau bersitatap dengan laki-laki yang saya sukai. Bedanya, waktu itu saya suka jatuh cinta yang borongan, hehe, sebenarnya bukan cinta yang gimana-gimana sih, Cuma simpati aja kok. Tapi tetep aja ada rasa suka gituh. Di usia SMA ini, godaannya gak terlalu berat bagi saya. Ada juga cowok yang bilang suka sama saya, tapi saya aja ilfil ama dia. Lama-lama dia gak betah ama saya yang suka kasi nasehat macem2 dan galak pula..Hehe

Hm,,,sekarang, inilah kisah seru saya. Saat saya umur 21 tahun. Kala itu, saya masih duduk disemester 5. Ada perhelatan besar yang akan di gelar di sini, di kota khatulistiwa ini. Dihadiri oleh 44 perguruan tinggi dan swasta yang ada di Indonesia. Yaitu MTQ nasional tingkat mahasiswa. Saat mengetahui kalo UNTAN jadi tuan rumah untuk MTQ mahasiswa tingkat nasional, bayangan saya langsung tertuju pada suasana akademis yang kental, yang pastinya mewarnai setiap kegiatan. Ada banyak universitas yang akan hadir dalam perhelatan akbar ini.

Saat ada pembukaan pendaftaran sebagai LO (pendamping kafilah) saya pun tidak mengabaikan momen ini. Langsung aja daftar ke panitia. Ikut test dan memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi dan alhamdulillah saya pun dinyatakan lulus. Kebetulan saya diamanahi untuk menjadi pendamping bagi para kafilah dari Makassar, mahasiswa Universitas Hasanuddin. Kampus merah makassar ini memang terkenal dengan dinamika gerakan mahasiswanya dan pergerakan islam. Saya mendampingi sebelas kafilah, 9 ikhwan dan 2 akhwat. Bisa di bayangkan, saya harus menemani mereka dalam kegiatan. Meskipun saya tidak sendirian, saya ditemani seorang LO yang lain juga sih. Tapi, tetap saja, saya harus membagi waktu untuk menemani mereka.

Saya ingat sekali, waktu rombongan kafilah Unhas sampai untuk pertama kalinya di UNTAN, hari Ahad, 18 September 2005, jam 2 siang. Saya langsung di telp panitia untuk menyambut dan menemani mereka. Saat itu, seorang lelaki turun dari mobil rombongan, saya langsung menyambut kedatangannya. Dari almamater yang dia kenakan, saya bisa menebak, dia lah kafilah UNHAS. Begitu kenalan, mata kami saling beradu pandang, hati saya bergejolak saat itu, kutundukkan wajahku, sepertinya ia pun melakukan hal yang sama. Dengan kedua tangan merapat di atas dada, ia memperkenalkan dirinya. Wah, gak nyangka, soleh juga nih anak, pikir saya pada saat itu. Akhirnya, kami kenalan, bertanya nama dan nomer Handphone masing-masing. Setelah menyelesaikan administrasi dan pendaftaran ulang, kami berdua naik ke dalam mobil rombongan menuju penginapan. Setelah itu, selama sepekan, kami terbiasa berbincang tentang pergerakan mahasiswa, dll. Kebetulan, dia adalah kontestan MTQ kategori Lomba karya tulis ilmiah islam. Mengangkat tema agama dan peradaban.

Sepekan berlalu. Acara pun usai. Saat penutupan, kami berphoto bersama. Esoknya, saya mengantar mereka sampai ke bandara. Saat itulah pertemuan terakhir saya dengannya.

Begitu dia tiba di Makassar, dia langsung menghubungi saya. Alhamdulillah, selamat sampai tujuan. Hampir setiap hari, dia selalu mengirimi saya SMS. Isinya, kegiatan2 yang dia lakukan. Perkampungan sekuler, dialog dengan professor, menjadi pembicara di diskusi lesehan kampus, di panel kan dengan dosen, dll. Semua di ceritakan olehnya. Saya bangga punya teman seperti dia. Sangat cekatan, pemberani, seorang pemberontak, aktivis tulen, dan hmmm..romantis. hehe,,, saya bisa membaca itu di setiap sms dan email yang dikirimnya kepada saya. Kami menjalin hubungan tanpa status ini selama kurang lebih 2 tahun, dengan berbagai dinamika di dalamnya. Sampai suatu ketika, awal 2008 lalu, dia mengirimi saya SMS, isinya adalah buku2 yang dia tulis sudah terbit. Saya tidak tau buku yg dia terbitkan kalo saya tidak di beritahu oleh seorang kawan, bahwa dia menemukan sebuah buku di Gramedia, dalam prolognya, si penulis menuliskan nama saya. Langsung saja saya hunting buku tersebut, dan ternyata benar. Dia menuliskan nama saya di prolog karyanya itu. Saat itu, kami sudah jarang berkomunikasi. Medio 2008, dia mengirimi saya SMS lagi dan mengatakan bahwa saat ini dia sudah menikah dengan seorang gadis asal Kalimantan juga. Awalnya saya terpukul. Pedih dan perih. Tapi, saya sudah mengira jauh-jauh hari. Sesuatu yang diawali dengan yang tidak baik, hasilnya pun tidak akan baik. Tidak berkah. Saya hanya bisa mendoakannya saja…..

Tidak ada komentar: