Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: SURAT DARI PENGABAR ALAM RAHIM

Rabu, 06 Juli 2011

SURAT DARI PENGABAR ALAM RAHIM

Selasa, 28 Juni 2011

03.15 WIB

SURAT DARI UTUSAN PENGABAR ALAM RAHIM

Halo, apa kabarmu? Aku berharap kau baik-baik saja disana. Sama seperti harapan setiap ibu kepada anaknya. Aku memang bukan ibumu, tapi sekarang aku tau bagaimana rasanya menjadi ibu. Meskipun janin yang ada didalam rahim suciku ini belum keluar ke alam dunia.

Kau heran ya, kenapa aku mengirim surat ini kepadamu? Ah, jangan mengerutkan kening begitu. Biasa saja. Naluri seorang ibu memang begitu, dengan kasih sayang, ia bahkan mampu membuat surat ini ketika tengah malam!!

Begini, aku mendapat amanah untuk menyampaikan sebuah pesan. Pesan ini datang dari Sang Pengabar alam rahim. Tak sengaja, aku menemukan surat yang berisi 316 halaman. Semakin aku baca lembar demi lembar suratnya, semakin aku ingin menghabiskan seluruh isi suratnya itu. Dan, diakhir suratnya itu, ternyata aku salah satu orang yang terpilih untuk menyampaikan pesan ini kepadamu, kawan.



Aku terkadang bertanya, apa yang dilakukan makhluk mungil yang berada didalam rahimku saat ini? Tapi kita sudah lupa. Lupa dengan semua yang pernah kita dengar, kita lakukan.

Tapi, taukah kau? Seorang ibu akan sangat begitu bahagia ketika tau kau akan lahir kedunia ini.

“Yah, ibu mual-mual nih,” ujar ibumu
“Kenapa? Masuk angin kah?” tanya ayahmu sambil mengurut-urut pundak ibumu
“gak tau, tapi ibu gak enak badan, mual terus tadi pagi,” lanjut ibumu
“Mungkin ibu hamil…” Terka ayahmu dengan wajah yang berbinar.
“Semoga aja ayah, “ pinta ibumu tak kalah senangnya

Ah, bahkan mual-mual tiap pagi pun dilakoninya penuh keikhlasan! Karena mereka bahagia, sangat amat bahagia menantikan kehadiranmu didunia.

Saat kau berumur dibawah 3 bulan di rahim ibumu, ini adalah saat-saat yang menguji kesabaran ibumu. Ia mual-mual setiap pagi, bahkan memuntahkan apa saja yang dimakannya. Hal ini terjadi karena kau yang masih dalam bentuk embrio hendak memberi sinyal kepada ibumu bahwa kau telah hadir. Hal ini memicu perubahan-perubahan dalam tubuh ibumu, juga perubahan hormon. Ibumu tak mengalami menstruasi, dinding rahim melunak. Sistem kekebalan tubuhnya juga ditekan, itu sebabnya ibumu sering mual-mual, sakit, demam, pusing, muntah-muntah. Hal ini agar embriomu tidak diperlakukan sebagai benda asing atau ditolak.

Uhm, apakah aku sok tau? Ah, rasanya tidak berlebihan. Karena aku juga mengalami hal ini. Aku mual-mual tiap pagi, aku muntah-muntah, aku gak enak badan, aku pilek terus. Tapi, setiap kali melihat perutku yang semaki n membesar, membuatku lupa dengan kesakitan yang kualami.

Seorang ibu akan sangat bahagia mengikuti setiap perkembangan janin yang ada didalam rahimnya. Saat kau berusia 6 bulan dikandungan, kau sudah mulai menendang-nendang perut ibumu. Bahkan ratusan kali dalam satu hari. Ini akan semakin meningkat menjelang kelahiranmu diusia 9 bulan! Saat kau menendang itulah, refleks syaraf ibumu mulai aktif. Ia bahkan terbangun tengah malam karena tendanganmu itu. Tapi ia selalu tersenyum bahagia, bahkan meminta ayahmu untuk mendekatkan telinganya diperut ibumu, agar ayahmu juga mendengar, bahwa kau hendak menyapa mereka berdua. Mungkin kau hendak berkata, “Ayah, ibu, aku disini…”

Begitulah kira-kira. Tak jarang, gerakanmu membuatnya kesakitan, bahkan sangat kesakitan. Tapi itulah hebatnya para ibu, mereka bahkan memberikan setengah nyawanya untukmu selama kau berada di alam rahim. Ia akan sangat khawatir kalau terjadi apa-apa denganmu. Ia akan ke rumah sakit, setiap ada keluhan dirahimnya. Ia akan makan dengan teratur agar kau tidak kelaparan. Bukankah kau tergantung ibumu? Apa yang dimakan ibumu, juga kau makan melalui plasenta.

Ia mengorbankan hampir segalanya untukmu, bahkan nyawanya, agar kau, anaknya yang sangat ia cintai, bisa tumbuh sempurna menjadi bayi yang sehat dan terpenuhi segala kebutuhannya.

Tak terasa waktu berlalu, ini saatnya kau hidup sendiri setelah 9 bulan berada dirahim suci ibumu. Saat ini, kau mendesak-desak hendak keluar diiringi teriakan ibumu. Ibumu mengejan, berkeringat, berpeluh, kesakitan. Sungguh perjuangan mulia. Namun, saat tangisan pertamamu pecah, bukan main bahagianya orangtuamu. Kesakitan luar biasa yang ibumu rasakan, seketika hilang karena mendengar suara tangismu itu. Itulah sebabnya, seorang ibu yang meninggal karena melahirkan, ia mati syahid. Sekali lagi, sungguh perjuangan mulia.


Waktu pun membawa kalian berdua dalam kebersamaan. Saat kau disusui, saat kau gelisah dan tak bisa tidur, ia mendendangkan sebuah lagu agar kau tenang. Kalau kau sudah tidur, barulah ia terlelap. Saat kau terluka, tetapi ia yang diserang rasa sakit. Saat kau terjatuh dan berdarah, tetapi ia yang menangis – sebab kau adalah kecintaannya, anugrah terindah yang akan selalu ia sayangi sampai kapanpun. Bahkan ketika kau melupakannya!!

Kau tau, belakangan banyak sekali anak-anak yang tak menghargai ibunya. Anak-anak yang tak menyayangi ibunya. Anak-anak yang sama sekali lupa bahwa mereka pernah meminjam setengah nyawa ibunya ketika hidup selama Sembilan bulan didalam kandungan ibunya.

Aku terheran-heran, mengapa setelah dewasa dan bisa mengurusi hidupnya sendiri, mereka melupakan semuanya. Melupakan segala kebaikan hati dan pengorbanannya. Bahkan berani memarahi serta membentaknya yang membuatnya sakit, teriris-iris, pedih, perih dan menangis! Mengecewakan dan melukai hati ibu mereka. Ya rabb, virus apa yang menjangkiti mereka???


Ketika seorang ibu masih terlalu memperhatikan ini-itu tentangmu, kau berani membentaknya
“iya, bu! Aku kan sudah besar!”. Katamu

Bahkan kau membuatnya terus menerus khawatir saat menunggumu pulang dari suatu tempat. Ia begitu mengkhawatirkanmu. Ia mengingatmu disetiap nafasnya. Ia mendokanmu dalam setiap sujud-sujud panjangnya.

Adakah kita lupa mendoakan orangtua kita? Sungguh, yang bisa membantu mereka kelak di kubur, adalah doa anak yang sholeh. Maka hadiah terbaik, untuk membalas segala kebaikan hati orangtua kita adalah menjadi anak yang sholeh. Agar doa kita meringankan siksaan di alam kubur. Ya Allah, jadikan kami anak-anak yang sholeh/sholehah. Berikan keberkahan dalam setiap jenak hidup kami.


Saat ibu kita sakit, yang sangat diharapkannya adalah doa-doa kita. Yang diinginkannya adalah senyuman kita saat bertemu dengannya. Menghabiskan waktu bersamanya. Seperti saat kita masih kecil, senyum yang ia rindukan sejak lama….
Oh ya, aku punya sebuah kisah. Di sebuah tempat nun jauh disana, ada sebuah tradisi membuang orang-orang usia lanjut ketengah hutan belantara. Mereka yang lemah dan tak berdaya dianggap hanya merepotkan saja.


Alkisah, ada seorang anak yang membawa ibunya yang sudah tua dan tidak berdaya dibuang ketengah hutan. Si anak menggendong ibunya ke tengah hutan dengan penuh kebencian. Hutan yang lebat dan berbahaya. Sepanjang perjalanan, sib u hanya terdiam sambil terus-menerus mematahkan ranting-ranting kecil di sepanjang jalan.
Sesampainya ditengah hutan, sianak tersenyum penuh kemenangan. Seseorang yang selama ini merepotkan dan membuatnya malu akan segera hilang dan terbuang, pikirnya.
“Kita sudah sampai, Bu.” Katanya dingin
“Aku akan meninggalkanmu disini.”
Si Ibu mengangguk lemah.


Diam-diam ada perasaan sedih menyelinap dihati si anak ketika mengucapkan kalimat terakhirnya. Entah kenapa ia menjadi setega ini kepada ibunya sendiri.
Si Ibu mengangguk pelan, lalu dengan tatapan penuh kasih ia berkata, “Nak, Ibu sangat mencintai dan mengasihimu. Kaulah kecintaanku, yang akan kusayangi sampai aku mati. Sejak kau kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang. Dan untuk itu semua, Ibu tak akan meminta balasan apapun, sedikitpun darimu.”

Si anak berusaha menahan dirinya, ia berusaha membuang sedikitpun perasaan yang membuatnya iba. Ia memalingkan wajahnya.

“Pergilah, Nak.” Kata si ibu dengan suara berat dan hampir terisak, “Ibu tidak ingin kau tersesat saat kau pulang nanti dan mendapat kecelakaan di jalan. Hutan adalah tempat berbahaya. Maka sepanjang perjalanan tadi, Ibu mematahkan ranting-ranting kecil ini, agar kau pulang dengan selamat. “ujarnya

Si anak terkesiap heran. Si anak menatap wajah ibunya yang tua dan keriput, ada sesuatu yang hadir diantara dirinya dengan ibunya. Hingga ia tak kuasa menahan tangisnya. Hatinya seolah hancur, kenapa ia begitu tega membuang dan melukai ibu yang begitu mencintainya? Lututnya ambruk ketanah, dan ia bersujud sambil menangis meraung-raung di kaki ibunya. Sejak saat itu, ia bersumpah untuk merawat ibunya sampai mati. Dengan segala yang terbaik yang ia miliki.


Itulah sepenggal kisah antara ibu dan anaknya. Ah, apakah aku terlalu banyak omong. Sepertinya kau sudah bosan membacanya. Uhmm, baiklah. Aku hanya ingin menyampaikan satu pesan. Sayangilah ibumu dan ayahmu seperti mereka menyayangimu sejak kecil. Ciumlah tangannya setiap kali kau hendak pergi. Doakan ia dalam setiap shalat-shalatmu. Telponlah dia ketika kau tak sempat bertemu dalam waktu dekat. Jangan buat ia khawatir. Jadilah anak kebanggaannya. Berikanlah hal terbaik yang kau punya. Jangan pernah membuatnya menangis karena ulahmu, karena tingkahmu. Ikutilah setiap kebaikan, dengarkanlah getar-getar kebaikan dan berusahalah menjauhi keburukan-keburukan. Selamat menikmati alam kebaikan yang pastinya akan membawamu pada keberkahan hidup ini.


Selamat tinggal. Semoga kelak kita bisa berbincang-bincang kembali. Aku harus pergi. Mengabarkan hal ini kepada orang lain yang mau mendengarkan. Terimakasih sudah bersedia menyediakan waktu untuk membaca suratku ini. Oya, kalau kau ingin menghubungiku, kita bisa berbincang di dunia maya. Kau pikir, aku tidak punya fesbuk? Haha, aku bahkan juga menulis surat ini di buku wajah itu. Aku bahkan telah menceritakan tentang dunia fesbuk yang sudah menyihir jutaan manusia didunia ini untuk terhubung di jejaring sosial itu, kepada janin yang ada di dalam rahim suci perempuanku. Silahkan kirim pesan ke emailku, kalau kau punya pertanyaan atau sekedar menyapaku: bara.zenith@gmail.com, itu alamat emailku. Kau juga boleh meng-add ku disana.


Bara Shafiyyah , ~Utusan dari Pengabar Alam Rahim~

Tidak ada komentar: