Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: Menanti

Sabtu, 16 Juli 2011

Menanti

Tulisan ini sebenarnya sudah pernah saya posting di facebook. Tapi, berhubung blog saya lagi trouble waktu itu, akhirnya baru bisa di upload sekarang. Daripada blog saya sepi, mending saya isi ajah..Hehehe..

Sabtu, 11 September 2010
10.35 WIB
Menanti Kehadiranmu Lagi, Nak…

Menjadi seorang ibu adalah impian setiap wanita yang sudah menikah. Tak terkecuali saya. Ketika menikah pada 10 Juli 2010 lalu, saya berharap akan segera mengandung. Awalnya saya ragu, karena 2 pekan kemudian saya menstruasi. Saya sempat khawatir, tapi oleh kawan-kawan, katanya memang begitu. Tapi setelah haidh pertama, biasanya langsung hamil. Saya senang mendengarnya.

Di hari-hari pertama puasa, saya mual-mual dan muntah. Saya kira gejala maag. Tapi, suami saya bilang, mungkin saya hamil. Memang saya merasakan perut saya terasa nyeri, seperti ada yang menusuk-nusuk. Akhirnya kami ke apotik dan membeli test pack. Hasilnya? Negatif.

3 hari setelah saya telat datang haidh, semakin menguatkan dugaan suami, bahwa saya hamil. Kami kembali membeli test pack, tapi hasilnya tetap negatif. Kami tunggu setelah sepekan telat haidh. Kami putuskan pergi ke dokter kandungan. Sore itu hari Rabu, 1 September 2010, kami ke dokter kandungan. Dan hasilnya saya positif hamil, usia kandungan 1 bulan. Saya dan suami senang luar biasa. Sesampainya dirumah, suami saya mencium saya berulang kali. Bahkan perut saya pun dielus dan dicium2nya. Bukan main senangnya dia mendengar kabar itu. Dia menelpon mertua dan adik2 mengabarkan kalo saya positif hamil. Tak henti-hentinya kami memuji dan bersyukur atas karunia yang Allah berikan..

Kami pun mencari berbagai informasi tentang kehamilan, bagaimana menjaga kandungan, apa-apa yang harus dilakukan dimasa kehamilan, makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan apa saja yang pantang dimakan oleh ibu hamil. Setiap mendapat informasi tentang kandungan, kami saling berbagi untuk menjaga buah cinta kami.

Saya mulai minum susu untuk ibu hamil dan vitamin yang diberikan dokter ketika pertama kali periksa. Saya jaga betul asupan gizi yang masuk ke perut saya. Rasanya sempurnalah hidup saya sebagai seorang perempuan. Menikah, hamil, dan kelak akan melahirkan anak-anak yang lucu-lucu.. saya sudah membayangkan banyak hal kalo sudah melahirkan. Siapa nama anaknya, barang-barang perlengkapan bayi, buku tentang perkembangan anak, dan sebagainyalah…

Sampai ujian itu tiba…
Senin, 6 September 2010, saya pulang dari Singkawang ke Pontianak pake taxi. Sampai dirumah, saya istirahat, tidak melakukan aktivitas apapun. Esoknya hari Selasa, 7 baru saya beraktifitas. Pagi hari, saya minta antar ayah untuk membeli sari kurma, karena bagus untuk kandungan. Lalu pulangnya, saya istirahat sebentar. Sore harinya, saya antar kakak saya ke supermarket. Saat itu, saya yang mengendarai motor didepan. Jaraknya tidak jauh, hanya sekitar 1 km. Tak lupa saya beli susu Prenagen ukuran besar, karena persediaan susu yang kemarin sudah hampir habis.

Saat mandi menjelang buka puasa, saya melihat flek-flek. Saya sempat khawatir, akhirnya saya bilang ke kakak dan ibu saya. Mungkin kelelahan. Biasanya di masa kehamilan, kalo kelelahan akan keluar flek-flek seperti itu. Tapi, saya tetap ingin memeriksakan diri ke dokter. Malam harinya, saya pergi diantar ayah mencari dokter praktek. Sayang, tak lama kami sampai, dokternya baru saja pulang. Kami putuskan besok saja periksanya.

Dini hari, sekitar jam 3, celana saya sudah penuh darah, sampai merembes ketempat tidur. Saya panik. Lalu turun dan bilang sama ibu saya. Rabu, 8 September 2010, selepas subuh, kami ke RS Antonius, langsung masuk ke IGD. Saya di infus dan di tensi. 150/110!!! Padahal saya tidak ada riwayat darah tinggi.

Saya lalu dibawa ke kamar bersalin. Suster mengganti pembalut saya yang memang sudah penuh darah. Saya pasrah. Sepanjang jalan tak henti-hentinya saya menangis. Berbagai kekhawatiran sudah membayang di pelupuk mata. Sampai dikamar bersalin.

Saya diperiksa oleh seorang suster dan diambil sampel darahnya. 2 jam kemudian, dokter pun datang dan saya di USG. Dokter bilang, kandungan saya telah hancur, sudah tidak bisa diselamatkan lagi, karena yang ada di dalam rahim hanya darah, dan harus dikuret. Saya langsung lemas. Saya nangis terus menerus. Gak bisa ngomong apa-apa lagi. Hanya bisa menjawab pertanyaan dokter dengan menggangguk atau menggeleng. Saya istighfar berkali-kali. Mohon kepada Allah agar diberi kekuatan.


Saya menunggu giliran untuk dikuret. Di samping kanan dan depan saya, perawat sedang sibuk membantu ibu-ibu melahirkan. Mendengar suara dokter saja saya sudah ketakutan luar biasa. Saya tegang dan panik. Apalagi, saya tidak boleh ditemani oleh siapapun. Suami pun masih dalam perjalanan pulang dari Singkawang menuju Pontianak. Saya tegang sekali, badan tidak bisa saya gerakkan. Tapi, badan saya berkali-kali bergerak sendiri tanpa saya sadari. Inilah ketegangan luar biasa yang saya rasakan sepanjang hidup saya. Saya gak tau lagi apa perasaan saya waktu itu. Saya seperti orang linglung, kayak orang bego.. ini seperti sebuah mimpi buruk bagi saya. Betul-betul seperti mimpi, tapi ternyata inilah kenyataannya.

Terbayang dimata saya wajah suami yang begitu bahagia mendengar saya hamil, membayangkan berbagai persiapan kami untuk kehamilan pertama ini. Sedih, terpukul, gelisah…itu yang saya rasakan selama di Rumah Sakit.

Setengah jam kemudian, suster mempersiapkan segala peralatan untuk dikuret. Saya tegang sekali, sampai-sampai suster tidak bisa menenangkan saya lagi. Awalnya saya seharusnya di bius bagian bawah saja, bagian rahim yang akan dikuret. Tapi, demi melihat saya yang begitu tegang, akhirnya saya dibius keseluruhan. Saya takut melihat suntikan dan gunting yang panjang yang dipegang oleh suster tadi. Dengan satu suntikan bius, dalam hitungan detik saya sudah tidak sadarkan diri.

Begitu sadar, saya sudah diruang pasien. Saya merasakan nyeri luar biasa di daerah perut dan rahim. Sakit. Sakit sekali. Ketika sadar, hanya ada ibu saya disamping yang menemani. Baru kemudian, ada Om, abang ipar dan ponakan-ponakan. Mata saya bengkak. Saya gak bisa menahan kesedihan ini. Hati saya begitu sakit, kenapa kebahagiaan yang baru saja didapat hilang begitu saja. Tak lama suami saya pun datang, saya tak bisa membendung kesedihan lagi, saya peluk erat-erat suami saya.

Air mata terus mengallir tidak henti-hentinya. Suami dan keluarga menenangkan saya. Ini adalah ujian dari Allah diawal pernikahan kami. Saya harus ikhlaskan..
Sms-sms pun berdatangan di HP saya, dari keluarga dan kawan-kawan, agar saya tabah dan ikhlas. Mereka mendoakan semoga kelak diganti Allah dengan yang lebih baik.
Sehari setelah kejadian itu, saya lebih sering dikamar. Mata saya bengkak. Ibu pun menenangkan dan meminta saya untuk ikhlas..


Di hari idul fitri, saya bedrest dirumah. Tak lama, abang saya dari Ketapang menelfon saya. Saya sedikit tenang, meski masih sesegukan menahan tangis. Saya tak menyangka, nasehat abang saya begitu luar biasa bagi saya. Sejenak, saya merenung. Beliau bilang, kalo terus menerus menangis dan meratap itu berarti kita belum ikhlas, belum bisa menerima takdir dari Allah. Bukankah rezeki itu datangnya dari Allah, lalu kenapa ketika Allah mengambilnya kembali kita harus protes? Kenapa kita harus marah? Kenapa kita tidak menerima kenyataan? Kenapa harus meratapinya?


Saya jadi teringat kisah salah seorang sahabiyah di jaman Rasulullah.
Namanya Ummu Salamah, istri dari Abu Thalhah. Suatu hari, anak laki-lakinya meninggal dunia. Istrinya meminta keluarganya untuk tidak mengabarkan berita duka ini kepada Abu Thalhah sampai ia sendiri yang menyampaikannya.

Malam hari ketika Abu Thalhah pulang, sang istri berdandan lebih cantik dari hari-hari biasanya. Ia sediakan makan malam yang lezat, setelah itu mereka bercinta dimalam harinya. Sang istri memberi pelayanan ekstra kepada suaminya sampai puas. Lalu, setelah kenyang dan puas dengan pelayanan istrinya, sang istri bertanya, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu tentang suatu kaum yang meminjamkan sesuatu kepada sebuah keluarga, lalu mereka mengambil barang yang dipinjamkannya, apakah mereka berhak menolaknya?' Ia berkata, 'Tidak (berhak)!' 'Jika demikian, maka mintalah pahalanya kepada Allah tentang puteramu (yang telah diambilNya kembali)', kata sang isteri. Suaminya menyergah, 'Engkau biarkan aku, sehingga aku tidak mengetahui apa-apa, lalu engkau beritakan tentang (kematian) anakku?”
Setelah itu, ia berangkat mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu ia ceritakan apa yang telah terjadi. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Semoga Allah memberkahi kalian berdua tadi malam'.

Seorang laki-laki dari sahabat Anshar berkata, ”Aku me-lihat mereka memiliki sembilan anak. Semuanya telah hafal Al-Qur'an, yakni dari anak-anak Abdullah, yang dilahirkan dari persetubuhan malam itu, yaitu malam wafatnya anak yang pertama, yaitu Abu Umair.

Ya…itulah buah dari kesabaran. Balasan dari Allah bagi hamba-Nya yang bersabar atas ujian-Nya.
Rabb... Bimbing kami agar semakin mengimani-Mu. Berikan kami kekuatan disetiap cobaan, beri kami kesabaran dalam menghadapi segala suratan takdir-Mu. Beri kami kelapangan hati di setiap kesempitan hidup. Tak sedikitpun kekuatan yang kami miliki, kecuali Engkau memberikannya. Limpahkan kami keluhuran budi dan keindahan akhlak.

Tuhan yang Maha Baik, beri kami kebaikan di setiap jenak kehidupan kami. Karuniakan kepada kami rasa cinta dan kasih sepanjang hidup kami. Berkahi setiap keputusan yang kami ambil. Limpahkan kepada kami kekuatan untuk saling memberi dan memaafkan, saling mengerti dan mendengarkan. Lengkapi rasa cinta kami dengan kehadiran anak-anak yang Kau titipkan kepada kami kelak. Jadikan mereka anak-anak soleh dan solehah, yang tahu siapa Tuhannya, yang mampu memberikan segala yang terbaik untuk agamanya, untuk orangtuanya, untuk tanah airnya. Hiasi akhlak kami dengan akhlakul karimah.

Allah yang Maha Mengetahui Segala yang ghaib, tak sedikitpun kekuatan yang kami miliki untuk menyingkap takdirmu, untuk meraba masa depan. Yang kami bisa lakukan hanyalah sebuah rencana. Bahkan itu pun seringkali salah langkah. Maka, bimbing kami ya Rabb, beri kami kecerdasan dalam mengambil keputusan untuk masa depan kami. Amin..
Nak, Ayah dan Bunda menanti kehadiranmu lagi….


Catatan:
^ Kita memang harus siap kehilangan ya…
^ buat ibu2 yang lagi hamil, jika ada sedikit keluhan, mungkin terasa nyeri diperut, atau apalah itu, segera konsultasikan dengan dokter, bisa jadi kandungannya lemah.
^ Buat Bang Iwan: Makasih nasehatnya, adek jadi belajar banyak dari abang. Semoga dibalas Allah dengan yang lebih baik… luv u.

Tidak ada komentar: