Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: H Plus Satu Pernikahan Saya

Sabtu, 25 Juni 2011

H Plus Satu Pernikahan Saya

11 Juli 2010

Perempuan itu menatap si lelaki dari pantulan cermin yang berada tepat di depannya. Mereka bercanda, tertawa, dan tampak masih malu-malu. Sepertinya sedang bahagia. Tentu saja, karena mereka baru saja mengikat tali cinta mereka dalam sebuah ikatan suci bernama “Pernikahan”. Pikirannya melayang pada moment yg baru saja berlalu, akad nikah tadi pagi masih menyisakan getar di hatinya. Bagaimana tidak, beberapa saat yang lalu, ketika” ijab kabul” di perdengarkan kepada penduduk langit dan bumi. Dua kalimat sederhana yang merubah segalanya. Sejak itu, menjadi halal-lah apa-apa yang sebelumnya di haramkan. Detik itu juga, si perempuan berubah status dari seorang gadis menjadi seorang istri. Tak luput si lelakipun, akan berubah statusnya menjadi seorang suami. Masing-masing punya tanggung jawabnya.

Begitu sakralnya, sehingga dengan sangat indah Allah mengabadikannya dalam AlQur’an sebagai “mitsaqan ghalidzha [perjanjian yang kuat]. Hanya tiga kali kata ini disebut dalam al-Quran. Pertama, ketika Allah membuat perjanjian dengan Nabi dan Rasul Ulul ‘Azmi [QS 33 : 7]. Kedua, ketika Allah mengangkat Bukit Tsur di atas kepala Bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia di hadapan Allah [QS 4 : 154]. Dan Ketiga, ketika Allah menyatakan hubungan pernikahan [QS 4 : 21].


Subhanallah… berkali-kali tasbih, tahmid, tahlil, takbir, terucap seusai akad!! Sebuah perjanjian yang menghalalkan keduanya, yang berjanji untuk beribadah kepada Allah, untuk saling mengasihi dan menghormati, saling mencintai dan menghargai, untuk saling menguatkan, saling menasehati, saling setia dalam suka dan dalam duka. Mencintai kelebihannya sekaligus kekurangannya. Saling melindungi dan menutupi aib, saling merindu dan mengasihi…


Perempuan itu masih menatap si lelaki. Dalam hatinya, ia memohon kepada Tuhan agar diberi kekuatan cinta dalam mengarungi biduk rumah tangga. Agar si lelaki, yang menjadi imamnya saat ini dan sampai nanti, tetap mencintainya… lagi dan lagi. Terus menerus begitu..


Hmm, jadi inget, di blog seorang kawan pernah mengutip kata-kata dari seorang Jalaluddin Rumi (penyair dan tokoh sufi terbesar dari Persia):

Di mata orang bijak, langit adalah laki-laki dan bumi adalah perempuan; bumi memupuk apa yang telah dijatuhkan langit.

Apabila bumi kekurangan panas, langit mengirimkannya; apabila ia kehilangan embun dan kesegaran, langit memperbaruinya.

Langit berkeliling, laksana seorang suami yang mencari nafkah demi istrinya. Sedangkan bumi sibuk mengurus rumah tangganya; ia merawat yang lahir dan menyusui apa yang telah ia lahirkan.

Anggaplah bumi dan langit sebagai makhluk yang dianugerahi kecerdasan, karena mereka melakukan pekerjaan makhluk yang memiliki kecerdasan.

Jikalau pasangan ini tidak merasakan kebahagiaan antara satu dan lainnya, mengapa mereka melangkah bersama laksana sepasang kekasih yang saling mencinta?

Tanpa bumi, bagaimana bunga dan pepohonan akan tumbuh? Lalu, air dan panas langit akan menghasilkan apa?

Karena Tuhan meletakkan gairah dalam diri lelaki dan perempuan, maka lewat persatuannya dunia terselamatkan


1 komentar:

sisiungu mengatakan...

“mitsaqan ghalidzha [perjanjian yang kuat] :)

semoga terus sakinah, mawaddah, warohmah ^^