Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: Dunia "Ke-barangkali-an"

Minggu, 08 Februari 2009

Dunia "Ke-barangkali-an"


Barangkali aku terjebak dalam dimensi semu dan penafsiran yang keliru tentangmu. Barangkali. Kau tau? Aku selalu butuh teman untuk bercerita. Tentang semesta, tentang pengalaman mengajarku hari ini, tentang murid-muridku yang selalu mencium tanganku takzim ketika berjumpa di mall, tentang aku yang baru saja memborong 6 novel tadi siang...Hey, aku tidak akan melulu menjadi pembaca cerita yang akan membuatmu bosan dan mengantuk karena cerita tentang keseharianku yang barangkali tidak penting bagimu. Apalagi di tengah kesibukanmu, aku memang tidak berarti. Tapi sayangku, aku akan berusaha dengan senang hati mendengarmu bercerita. Tentangmu yang sibuk menekan tuts keyboard komputer, tentang keletihanmu seharian karena menunggu nara sumber.

Tapi hatiku galau. Sepertinya, kau memang tak bisa benar-benar jadi temanku. Teman Spesial mungkin. Barangkali. Aku hanya mengatakan barangkali. Karena sampai detik ini, kau pun tak hirau dengan bentuk tawaran hubungan antara aku dan kamu yang aku tawarkan kemarin malam. Kau masih ingat? Waktu itu kau sedang sangat sibuk. Tapi aku mengganggumu ya? Kenapa harus aku dan kamu? Kenapa tidak “kita”? Karena aku dan kamu belum seutuhnya melebur. Suatu saat, aku akan menggunakan kata ”kita” dalam setiap obrolan antara aku dan kamu. Kapan? Sebentar lagi, takkan lama. Barangkali. Ah, selalu barangkali. Dunia ini memang selalu penuh ”kebarangkalian”.

Aku tak mengenalmu betul. Aku benar-benar tak mengenalmu. Aku hanya tau namamu dan pekerjaanmu. Selebihnya aku tak tau apa-apa tentangmu. Tapi kita di pertemukan siang itu. Tepatnya hari Selasa, tanggal tiga puluh bulan Oktober tahun dua ribu delapan, jam sepuluh siang. Hanya sebentar, tidak lama. Tapi pesonamu. Wajahmu. Gaya bicaramu, suaramu, aku masih ingat betul. Aku seperti pernah mengenalmu sebelumnya. Otakku berpikir keras, tapi semakin aku berusaha untuk mengingatnya, semakin jauhlah ingatanku ini. Bukankah ingatan manusia memang selalu terbatas. Siang itu berlalu begitu cepat. Jujur kukatakan yang sebenarnya, ada perasaan dahsyat menyerangku, meraung-raung, meronta seolah minta di bebaskan. Aku ingin teriak, tapi kamu di depanku. Aku ingin bilang, tapi aku malu. Aku ingin mendekatimu, tapi aku bingung.

Barangkali aku jatuh cinta. Aneh bukan. Sebetulnya aku tidak pernah percaya ada cinta pada pandangan pertama. Menurutku, cinta itu hadir karena ada pandangan kedua, ketiga dan seterusnya. Tapi aku sadar. Aku sungguh-sungguh sedang jatuh cinta. Padamu. Ya...sama kamu. Percayalah padaku. Meskipun aku tidak tau persis, apa definisi cinta itu. Sungguh ini adalah suatu perasaan yang tak mampu aku definisikan. Dan aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri.

Kau tau, setelah pertemuan pertama kita yang sangat singkat itu, aku selalu berdoa agar siang seperti kemarin kembali terulang, agar ia mempertemukan kita kembali. Tapi pertemuan itu tidak pernah terjadi lagi. Aku sungguh kecewa. Lalu, aku memutuskan membuat ruang khusus untuk kita berdua. Ruang itu berada di lorong imajiku. Kadang-kadang, aku menguncinya rapat agar kita bisa saling mendengarkan, saling bercerita tanpa ada seorangpun yang mengganggu kita.

Aku meragukanmu. Barangkali. Setelah pesan-pesanku yang tak kau balas tempo hari. Tapi, kau selalu bisa membuatku luluh dan mentolerir kesibukanmu itu. Aku semakin meragukanmu. Ketika suatu siang, aku mendapatimu. Kita bertemu. Aku memanggilmu. Jarak kita hanya 10 meter. Tapi kau hanya menoleh sebentar, lalu pergi entah kemana. Barangkali saat itu kau sedang sibuk, hingga tidak peduli denganku. Barangkali.

Aku meragukanmu. Maka dari itu, bisakah kau meyakinkanku? Bahwa keputusan kita untuk saling mengenal dan mencoba lebih dekat adalah jalan terbaik yang kita putuskan untuk saat ini. Ayolah. Aku mohon. Bicaralah padaku. Aku hanya memintamu bicara. Bukan diam seperti ini. Atau, jangan-jangan, kau masih ingin sendiri. Menjadi bebas. Sebebas burung yang bisa terbang kemanapun kamu suka. Haha...sekali lagi, itu hanya barangkali. Aku juga tidak tau. Apa kau pernah berpikir tentang perempuan? hehe... kau kan sibuk. Mungkin. Aku juga tidak tau. Dan celakanya, semua yang ku katakan itu berangkat dari ketidak tahuan. Dan karenanya, mantra yang ku gunakan selalu kata ”barangkali”. Enak sekali mengucapakan kosakata yang satu ini.

Bicaralah padaku. Komentari tentangku. Apa saja boleh. Mengomentari tulisanku, atau style hidupku, aktifitasku, atau apalah itu.

Oh ya, aku mau bilang terima kasih sama kamu. Karena kamu, aku jadi jatuh cinta. Aku jadi semakin rajin menulis. Menulis apa saja. Di secarik kertas, di buku, di komputer, di pasir, di tanah. Haha....jatuh cinta membuatku terinspirasi. Aku benar-benar menikmatinya. Makasih ya...Dan sepertinya, aku harus memberitahukanmu satu hal. Barangkali, yang membuatku jatuh cinta padamu, karena engkau suka menulis. Orang yang suka menulis, berarti suka membaca. Tidak hanya membaca buku, tapi juga membaca realita di sekitarnya. Berarti nuranimu peka terhadap lingkungan. Berarti kamu peduli terhadap sesama. Berarti kamu tidak egois. Berarti kamu jujur. Berarti kamu demokratis. Itu artinya, kamu cerdas. Apa aku terlalu menyimpan banyak ekspektasi kepadamu?

Aku ingin mengenalmu lebih dekat. Boleh kan? Aku ingin serius denganmu. Gak papa kan? Jangan terlalu menyulitkan sesuatu yang mudah. Jalani saja dulu. Bukankah kita sedang bermain-main di taman cinta? Yang kalo jatuh, jatuhnya tidak akan sakit. Barangkali.
Oh ya, kau tenang saja, aku sudah menyiapkan mentalku, kalau-kalau suatu saat di tengah perjalanan, kita tidak bisa saling membersamai. Bukankah kita memang sedang bermain-main di taman cinta? jadi cukup nikmati saja bunga yang bermekaran di sekitarnya. Kalau bunganya layu, sirami lagi dengan air. Tidak rumit kan.   




4 komentar:

WAWAN KARUNIAWAN SUYUTI AF mengatakan...

semua yang membuatmu cinta kepada selain yang maha membuat cinta suatu saat akan mengecewakanmu, cuma Dialah yang akan memberimu cinta yang tidak membawamu ke duni ke-barangkali-an mu itu.

Mimi Chatz mengatakan...

setuju ama Wawan......!!

Anonim mengatakan...

Merasa dan mengerti. "Andai" waktu berada ditelunjuk, pasti mudah utk mengaturnya. "Andai" waktu dan rutinitas tak mengekang pasti mudah melangkahkan kaki.
"Andai" yang kupunya mungkin setara dengan ke-barangkalian-an yang engkau punya.

Anonim mengatakan...

Persoalan cinta anak muda membuatmu..

Lelah..Lelah sekali rohanimu, anakku.
Syukurlah, Banitetap bersemangat