Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: Mengajar Memang Butuh Keterampilan

Rabu, 10 Agustus 2011

Mengajar Memang Butuh Keterampilan


Mengajar Memang Butuh Keterampilan

Kalaulah kita saat ini sudah sarjana, pastilah kita telah melewati waktu selama 12 tahun duduk di bangku sekolah. Sekolah Dasar (6tahun), Sekolah Menengah Pertama (3 tahun), dan Sekolah Menengah Atas (3 tahun). Nah, selama belajar 12 tahun itu, kita pasti ingat betul siapa saja guru favorit kita. Biasanya, guru favorit itu, guru yang cantik atau ganteng (hehe…), guru yang lucu, baik hati, atau guru yang kalo ngasi tugas gak numpuk-numpuk. Dan satu lagi, guru favorit adalah guru yang mengajarnya enak dan pelajaran jadi gampang dimengerti, bahkan kita merindukan saat-saat pelajaran itu berlangsung.

Well, saya punya sederet nama untuk masuk dalam daftar nominasi guru favorit saya. Salah satunya guru matematika saya waktu SMA, Bu SUKINI ..(Semoga Allah memberkahi kehidupan beliau, Amin). Meskipun beliau hanya mengajar beberapa bulan saja, tapi saya lebih mengerti kalo diajarin sama dia dibanding sama guru yang lain. Apalagi, matematika itu menjadi momok bagi kebanyakan siswa.
Uhm, kebetulan saya ini juga guru Matematika. Terasa betul, memang butuh usaha keras dan terus menerus untuk menanamkan konsep matematika yang benar kepada siswa. Jadi, kalimat “Mengajar adalah Seni” tampaknya saya akui 100%, gak pake ragu deh. Hehehe…

Gak semua orang bisa mengajar. Buktinya, waktu sekolah dulu, gak semua guru adalah guru kesayangan saya. Ada juga guru yang saya gak suka. Biasanya karena perilakunya yang gak mencerminkan seorang guru. Merokok didalam kelas, duduk diatas meja, memberi tugas terus dan jarang mengajar.

Waktu kuliah, saya pernah belajar satu mata kuliah yang bagi saya sangat sulit, dan akhirnya memang saya harus menelan kesulitan itu dengan nilai D diakhir semester…(Hiks…). Yup, bukan hanya saya kok yang mengeluh begitu, karena rata-rata para mahasiswanya juga dapet D dan E. Haha,,, saya jadi bertanya-tanya, apakah memang kami ini bloon-bloon semua ya. Ataukah dosennya yang super duper pintar sampai-sampai, bahasa yang dia pakai tidak bisa kami tangkap dengan nalar kami. Oh, maafkan kami pak dosen… yang susah mengerti dengan kuliah bapak (padahal si dosen sudah menyiapkan buku dan alat yang lengkap untuk mengajar kami!)

So, kesimpulannya, tidak semua orang bisa mengajar. Karena mengajar itu butuh keterampilan khusus. Butuh seni. Seperti sebuah lagu yang dinyanyikan oleh beberapa orang. Tentu hasilnya berbeda, padahal liriknya sama.

Tadi pagi, saya berbincang dengan kepala sekolah. Kami diskusi seputar pembelajaran. Seputar PTK (Penelitian tindakan kelas) dan seni mengajar di dalam kelas. Saya acungkan jempol buat kepsek saya yang satu ini. Karena beliau tidak pernah berhenti untuk belajar banyak hal, meski usia sudah tidak muda lagi.

Saya kembali merenung. Saya sering berpikir, bagaimana caranya agar murid-murid saya mengerti dengan pelajaran yang saya berikan. Tidak semua siswa bisa menerima cara mengajar saya. Kalo dipersentasekan, mungkin hanya sekitar 20% murid saya yang bisa dan paham dengan apa yang saya ajar.

So, intinya saya harus cari cara yang pas untuk beberapa jenis tipe belajar dari masing2 orang. Karena gak semua orang bisa ngerti kalo saya ajarin hanya dengan satu cara. Well, ngomongin tentang dunia pendidikan emang gak ada habis-habisnya. Karena apa? Karena kita bekerja dan mengajar makhluk hidup, yang punya cita rasa, perasaan, dan punya pikiran yang cerdas. Bukan seperti pekerjaan lain, yang mungkin hanya berkutat dengan benda mati, dengan buku dan komputer, dengan penggaris dan alat ukurnya, atau dengan mesin dan teknologinya. Kita berhadapan dengan manusia, makhluk yang Allah ciptakan dengan segala kesempurnaan dan keunikannya.

By the way, beberapa kali saya mendapati siswa saya begitu antusias mendapat pelajaran dari saya. Bahkan, begitu bel berdering tanda pelajaran usai, mereka malah tereak2 minta PR. Hehe…
Setelah saya analisa (gak pake ilmiah ya..hehe), saya menyimpulkan keberhasilan itu berkat:
1. Sebelum berangkat ke sekolah, saya berdoa semoga murid-murid saya ngerti dengan pelajaran saya. Tak lupa saya doakan pula agar mereka kelak menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki masa depan yang cerah.
2. Menanamkan pikiran positif, bahwa saya ke sekolah untuk memberi, bukan meminta. Memberi yang terbaik untuk anak didik saya
3. Saya berangkat ke sekolah dengan semangat mengajar yang tinggi
4. Saya menyiapkan segala perangkat pembelajaran dengan sebaik mungkin. Kalo pake powerpint, maka saya siapkan malam harinya, atau menggunakan alat peraga, atau worksheet untuk kerja kelompok

Uhmm.. tapi pemirsa, sayangnya ke-empat point tadi tidak selalu muncul setiap hari ketika saya berangkat ke sekolah. Karena saya orangnya ya moody gitu dey. Jadi, saya sedang berproses untuk terus memotivasi diri supaya bisa menjaga antusiasme dalam mengajar. Termasuk kebiasaan mendoakan siswa saya. Doakan ya saya berhasil dengan program saya kali ini. Hehe

3 komentar:

Belajar Photoshop mengatakan...

setuju banged saiia mbak.. justru itulah mengapa perlunya pendidikan.. guna mendidik peserta didik lanjutannya dengan lebih baik tentunya kan :)

Nurbani mengatakan...

Hehe... Pendidikan itu penting. Ujung tombaknya ada sama guru. Menjadi guru memang tidak mudah, harus sering improvisasi di lapangan.. :)

Karya Ilmiah Adamssein mengatakan...

Setuju banged,
Mesti bza nguasai kelas, bersahabat dg murid, tyus berbagai teknik pembelajaran menguasai.

Ngajar apa Bu?

Calon Guru PKn