Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: Semua Berawal dari Keteladanan

Jumat, 05 Juni 2009

Semua Berawal dari Keteladanan


Hm, blogging for the earth? Baru pertama kali ikut beginian niy. Hehe.. semoga tulisannya bisa menginspirasi para pembaca dan para pemirsa sekalian untuk turut aktif dalam proyek amal dan agenda-agenda kebaikan untuk diri kita, keluarga, tanah air, dan dunia.


Setiap kali saya menatap pulau yang ada di Indonesia di atas peta, setiap kali itu pula saya terkagum-kagum akan keindahan negri kepulauan ini. Mulai dari letak geografisnya, negeri yang kaya akan budaya, kaya suku bangsa. Sepertinya Indonesia memang memiliki bentuk pulau yang unik sekali dibanding dengan berbagai negara yang ada di dunia ini.
Negri yang kaya rempah-rempah. Yang membuat para penjajah betah untuk tetap tinggal di negeri ini. Meski sudah merdeka 63 tahun lalu, tapi penjajahan neoliberal tetap berlangsung, ekonomi yang tidak berpihak pada rakyat masih membelenggu negri ini.


Sebagaimana indahnya Indonesia, keindahan itu pun terasa di sini. Di tanah ini, tanah Kalimantan barat yang beribukotakan Pontianak. Propinsi terbesar keempat di Indonesia, dengan luas 146.807 km² yang memiliki 12 kabupaten dan 2 kotamadya. Ada sejemput impian, segenggam asa, serumpun keindahan, segudang potensi, puluhan suku bangsa, jutaan penduduk ada di provinsi yang dijuluki sebagai provinsi “Seribu Sungai” ini. Karena memang kondisi geografisnya yang memiliki ratusan sungai besar dan kecil. Lebih terkenal sebagai kota khatulistiwa, karena dilewati garis equator.


Hm, bicara Indonesia dan Kalimantan Barat, ada banyak hal tentang negeri ini. Terlepas dari banyaknya anekdot yang menceritakan betapa bobroknya negri ini, saya yakin ada banyak hal yang tidak di ekspos oleh publik akan kebaikan-kebaikan negeri ini. Toh tidak ada gunanya saling menyalahkan kenapa negri ini jadi seperti sekarang. Lebih baik, singsingkan lengan baju, bekerja lah maksimal, lakukan yang terbaik untuk tanah air kita. Kalo kita berusaha menjadi lebih baik, maka segala sesuatu yang ada di sekitar kita akan ikut menjadi baik. Cara terbaik untuk mengubah dunia ini menjadi baik adalah “keteladanan”. Memulai segala sesuatunya dari diri sendiri.

Sekian banyak persoalan bangsa yang begitu kompleks, saya sangat yakin, negri ini bisa keluar dari permasalahan bangsa yang rumit, runyam, seperti benang kusut. Kita harus bersabar mengurai masalah-masalah tersebut dan mencari penyelesaiannya. Dan itu butuh proses yang tidak cepat.

Belajar dari pengalaman saya sebagai seorang guru yang baru sepekan di angkat sebagai CPNS (hehe….haddohhh, apaan siy ah?!!) di salah satu kota di Kalimantan Barat, saya sangat meyakini bahwa keteladanan mengambil porsi besar dan menyumbang paling banyak dalam meraih sukses sebuah daerah. Sekian banyak instansi, sekian banyak guru, semua terletak pada keteladanan. Seorang yang berjiwa “Negarawan” akan mampu membawa provinsi ini menuju kejayaan dan kesuksesan. Apalagi yang di tunggu? SDA berlimpah, ilmuwan, teknisi, pendidik, semua sudah tersedia. Namun hal yang maha penting adalah, kita butuh seseorang yang bermental “Negarawan”, orang yang berjuang dan bekerja untuk negara dan tanah airnya, bukan untuk kepentingan pribadi dan golongan.

Sekian tahun saya kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, kampus yang melahirkan para pendidik itu, baru sekarang lah saya bertemu dengan "the real education world". Wajah dunia pendidikan Kalimantan Barat saya rasa mampu diwakili oleh sekolah tempat saya mengajar saat ini. Di setiap tempat, tentu saja ada kekurangan dan kelebihannya. Tapi kali ini, saya tak hendak mengumbar kebobrokan di dunia pendidikan kita, lebih baik kita belajar keteladanan orang lain.


Pertama kali saya ke sekolah tempat saya bertugas, saya sudah mencium aura keteladanan itu dari kepala sekolahnya. Saya tidak pernah jemu mendengarnya bicara. Saya jadi berasa bicara dengan sang alkemis. Hehe..seperti novelnya Paulo Coelho itu lho, “The Alchemist”, petuah-petuah bijak, pelajaran-pelajaran moral, kebaikan-kebaikan kehidupan ini, saya dapatkan. Setiap pagi beliau membiasakan murid-murid untuk sama-sama mendengarkan lagu bertemakan menjaga lingkungan. Bersamaan itu pula, siswa di ajak bersama-sama membersihkan lingkungan sekolah. Tak tanggung-tanggung, beliau pun ikut memegang sapu dan membersihkan ruangan. Inilah keteladanan yang saya maksud. Sama halnya ketika saya dan beberapa teman tersangkut masalah adiministrasi di salah satu instansi, beliau menyampaikan pelajaran moral yang akan saya ingat sepanjang hidup saya. Bahwa kemarahan sangat tidak bijak di bawa dalam masalah apapun, karena melibatkan banyak orang. Sesuatu yang sudah keluar dari lidah kita, tak bisa di tarik kembali. “Ambil hikmahnya”, itulah kata-kata yang selalu keluar dari sosok guru yang satu ini. Meski sudah menjadi orang nomor satu di tempat saya mengabdikan diri, beliau tetap rendah hati dalam segala hal. Ah, saya betah nih di sini. Bani cinta Singkawang. Bani cinta Bu Novianti, sang kepala sekolah, Bani cinta rekan-rekan guru disana, Bani sayang sekali dengan murid-murid di sana, wajah-wajah penuh keceriaan, wajah-wajah para penerus bangsa, merekalah para pewaris sah negri ini, merekalah tumpuan harapan bangsa ini.

Kalaulah ditanya, apa yang sudah saya lakukan untuk lingkungan saya, maka saya akan menjawab, tidak banyak yang bisa lakukan untuk memperbaiki lingkungan hidup kita dengan masalahnya yang begitu kompleks. Illegal logging, banjir, longsor. Ah, lakukan saja apa yang bisa di kerjakan semaksimal mungkin. Bagi saya, setiap amal kecil itu bernilai pahala di sisi Allah. Kebiasaan baik saya yang satu ini adalah satu amal kecil yang kalo di lakukan banyak orang akan menjaga bumi kita dari bencana akibat manusia, buang sampah pada tempatnya. Hehe… simple banget ya. Tapi dari hal sederhana itulah, segala yang kompleks tercipta. Bungkus permen, bungkus snack, kantong plastik, di simpen dulu dalam tas, kalo nemu tong sampah, baru deh di buang. Tas ku pernah di penuhi oleh bungkus permen, abisnya gak nemu-nemu tong sampahnya. Nah, peringatan juga sih buat instansi-instansi pemerintah maupun swasta, agar menciptakan lingkungan yang bersih, maka sediakan tempat pembuangan sampah yang terjangkau banyak orang dan mengandung seni dan kerapian. Misalnya, tong sampahnya berbentuk beruang, atau apalah itu, biar gak keliatan kalo itu tong sampah. Hehe.. kan menarik jadinya. Tata kota nya jadi indah, bersih. Pasti orang-orang jadi suka dan cinta dengan kota dan tanah airnya sendiri. Dampaknya, turis-turis asing (yang katanya bisa nambah uang kas negara itu dengan kehadiran mereka) akan merasa nyaman dan aman di sini. Trus apalagi yang bisa dilakukan? Saya sebagai seorang guru, berjuang di dunia pendidikan. Bagaimana menumbuhkan karakter pemimpin dan negarawan pada sang anak didik. Agar kelak, ia mampu membawa kota ini menjadi lebih bermartabat. Semoga saja

Hm.. apalagi ya..dah itu aja lah. Duh, nyambung gak sih ama tema gawai blogger 2009 ini? Hehe…anyway, yang penting bisa ikut acaranya tanggal 22 juni 2009 nanti. See u all, blogger community ……….


Sumber gambar : http://araskanews.files.wordpress.com/2008/09/environment.jpg



Tidak ada komentar: