Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: Maret 2009

Kamis, 26 Maret 2009

Kangen nge-blog

Kangen nge-blog. Tapi gak tau mau nulis apa. Cuma pengen nulis diblog. Sejujurnya aku kangen. Kangen dengan dia. Kangen dengan kamu juga. Ya...kangen. Cuma itu. KANGEN.......

Kamis, 05 Maret 2009

Pak Aloy dan Aktivis

Horeeee..Plenooo…
*apaan sih ah*

Ya gak papa siy pokoknya ada deh. Minimal berkat adanya pleno, aku gak ketemu lagi ama banteng merah yang satu itu. Upsss. ..kelepasan ngomong! Ya udah dey, udah terlanjur. Buat yang ngerasa, ya udah, ngerasa aja sono!*Wink wink*

Jauh sebelum pleno, aku sudah mempersiapkan betul progress report sebagai ketua departemen HUMAS KAMMI Daerah Kalimantan Barat di semester pertama kepengurusan ini. Ba’da pleno, restrukturisasi segera di sosialisasikan. Aku turun jadi staff, karena tak lama lagi aku akan pergi ke suatu kota, untuk menata masa depan *Halah, apaan coba, Hehe*

Ahad itu, aku datang tepat jam 8 pagi.
*Ck Ck Ck..Sesi disiplin nih! *
Eh, nyata2nya baru ketua kammda dan calon sekum baru yang udah nongkrong duluan disana. Jadilah sekitar 15 menitan kita ngalur ngidul ngomongin apa ajah yang bisa di obrolin. Gak lama, beberapa pengurus menyusul. Berhubung aku belum sarapan, jadi aku cabut sebelum acara di mulai, perut udah tereak-tereak nih. Pas udah sarapan, eeeehhhh, acaranya udah di mulai lagi! mana yang ngasi taujih udah dateng lagi...Duhh, super duper maluuuuuu...
Beliau mengawali taujihnya dengan pertanyaan, ”Berapa jumlah kader tahun ini?”. Lalu di jawab dengan berani oleh sang qiyadah, 370 kader, data untuk tahun 2006-2008. kemudian, beliau mulai bercerita tentang Hasan Al-Banna bersama sahabat-sahabat nya yang sedang shalat berjama’ah. Tatkala takbiratul ihram, sang Imam begitu lama mengangkat tangan, lama sekali. Setelah takbiratul ihram, gerakan-gerakan shalat lainnya normal seperti biasanya. Usai sholat, sahabatnya bertanya alasan sang Imam kenapa begitu lama mengangkat tangan ketika takbiratul ihram yang pertama. Maka Imam pun menjawab, ”Aku teringat 40 sahabat nabi yang memperjuangkan Islam, yang rela mati demi membela Islam”.

Nah, kawans, Nabi bersama 40 sahabatnya mampu mengubah kultur masyarakat jahil menjadi masyarakat yang berperadaban. Kita? Jumlah kita lebih banyak. Tapi ini bukan hitungan matematis. Tidak berlaku rumus matematika dalam dakwah. Semakin banyak kader, maka semakin mempercepat dakwah. Realita di lapangan, semakin banyak kader, masalah yang dihadapi semakin kompleks. Complicated. Maka kuantitas harus pula di barengi dengan peningkatan kualitas. Ya..you know lah, gimana kondisi umat sekarang. Di serang dari berbagai sudut.

Aniway bushway, singkat cerita, hari itu kita di kasi taujih berupa cerita. Kisah seorang penebang kayu bernama Pak Aloy. Nah, pemirsa, ceritanya begini. Dahulu kala, ada seseorang bernama Pak Aloy. Dengan semangatnya ia berkata kepada istrinya bahwa besok ia akan menebang kayu di hutan agar mendapatkan hasil kayu yang banyak. Bukan kepalang bahagia sang istri mendengar sang suami berkata akan bekerja keras dan memberi nafkah yang banyak untuknya. Sang istripun menyiapkan menu spesial hari itu. Di siapkannya sudah sejak subuh agar sang suami giat bekerja. Lalu berangkatlah Pak Aloy bersama sebilah kapak untuk menebang kayu di hutan. Sesampainya di hutan, dia kaget luar biasa menemukan begitu banyak pohon yang harus di tebangnya. Lalu, dia mulai menyusun rencana agar dia bisa menebang sebanyak mungkin pohon yang ada. Rencana tinggalah rencana, tiap kali dia ke sudut pohon, ia bergumam, “jika aku menebang pohon ini di sini, maka akan tumbang di sana”. Lalu dia beralih ke tempat lain dan mengatakan hal yang sama, “Jika aku menebangnya di sini, maka akan tumbang disana”. Begitu terus berulang-ulang sampai sore hari. Pak Aloy hanya berputar-putar di hutan sambil terus merencanakan tanpa ada 1 pohon pun yang berhasil dia tebang.

Nah, beliau menganalogikan cerita Pak Aloy dengan aktivis dakwah. Yang lebih banyak berpikir, berpikir dan berpikir tanpa ada tindakan nyata. Ibarat kate nih ye ”No Action Talk Only”. Hehe...

Lalu, beliau dalam taujih nya beliau menjelaskan 3 syndrome yang sering menyerang aktivis dakwah, yaitu:


Takut Musuh
Yaitu berupa ketakutan-ketakutan akan tantangan dakwah. Seperti pergi berdakwah di wilayah preman. Atau bertemu dalam satu forum dengan harokah gerakan lain. Membuat kita enggan pergi berdakwah ke sana. Karena rasa takut tadi. Belum apa-apa udah takut duluan. Ya Allah, padahal tantangan dakwah ini tidak lah setara dengan perjuangan para sahabat. Tidak seujung kuku pun. Karena di jaman Rasul, ada sahabat yang di gergaji kepalanya. Tantangan dakwah kita hanya remeh temeh. Korban pulsa, bensin, motor, tenaga, harta, atau korban perasaan ...
*Gubrak! Apaan tuh, perasaan apa ya....*

Takut di Fitnah
Belum juga berdakwah, sudah takut di fitnah duluan. Kalo begini nanti jadi nya begitu. Ntar kalo pergi kesana, nanti nya jadi.......dan bla..bla..bla..

Takut menang
Ini juga syndrome aktivis dakwah. Sebagai contoh, kader yang ingin masuk dalam politik kampus, jadi ketua BEM misalnya. Belum juga berusaha, udah mikir, ”ntar kalo jadi ketua BEM, trus gada pengurus yang ikwah gimana”. Dan bla..bla...bla....


Dan akhirnya, beliau menutup taujihnya dengan berpesan, agar aktivis dakwah tidak jadi seperti Pak Aloy tadi, yang hanya sekedar perncanaan, tapi aksi nya nol besar.

*Hmm,,,hari terakhir nih jadi Kadept, so gak bakalan ikut rapat BPH lg