Free Banana Dancing ani Cursors at www.totallyfreecursors.com
Bani Menulis dan Bercerita: Arti Jilbab

Selasa, 25 November 2008

Arti Jilbab


Hari Jumat adalah hari yang padat dengan kajian. Setidaknya itulah yang banyak saya lihat terjadi di kampus. Ya...antara jam 11.00-13.00 adalah saatnya para mentor (khususnya mentor akhwat) mengisi kajian yang lazim kami sebut sebagai STUDIKA (Studi Islam Kampus). Kajian keislaman yang bersifat wajib bagi mahasiswa baru (20% nilai mata kuliah agama di ambil dari nilai STUDIKA ini). Sekedar info, kehadiran Studika di kampus tidak terlepas dari perjuangan dan jerih payah para muassis dakwah UNTAN (Universitas Negri Tanpa Aurat Yang Nampak), yang gigih meng-gol kan kegiatan ini, sehingga kampus tak hanya sekedar tempat menimba ilmu-ilmu kuliah, tapi subur dengan aktivitas keIslaman.

Dan pertanyaan yang selalu bermain-main dikepala saya adalah, kenapa di kampus-kampus ilmu sosial, kegiatan keislaman kurang subur? Saya pernah pergi ke fakultas hukum, dan jarang sekali melihat wanita berjilbab. Bisa di hitung dengan jari jumlahnya. Amat jarang. Hal yang sama saya temukan di kampus sospol. Dan sebaliknya, semangat belajar tentang keislaman marak di kampus-kampus berlatar science, ex: kedokteran, MIPA. Dakwah di UI mulai marak di tahun 80’an, dan seingat saya, pionernya juga fakultas favorite disana, fakultas kedokteran! Di UGM, ITB, IPB dan kampus-kampus besar lainnya juga mengalami hal yang sama. Apa mungkin, karena anak science itu kelewat serius, berpikir logis, keingintahuan yang besar? Atau apa ya? Lalu, yang anak sosial, lebih karena mereka dalam sehari-harinya belajar non eksak, ilmu tidak pasti, cara berpikirnya juga yang suka berontak, hehe....

Duh, kok jadi ngelantur ya. Padahal saya mau cerita, jum’at yang lalu, saya diminta LDK Istiqomah, untuk mengisi kajian akhwat, dengan tema ”Urgensi Jilbab”. Ini kedua kalinya saya mengisi di kampus yang sama dan tema yang sama pula. Hm, apa arti jilbab bagi seorang muslimah? Apa arti kain berbentuk segi-empat yang menutupi kepala seorang muslimah? Sekedar tren masa kini kah?

Kata jilbab adalah bahasa Arab, berasal dari kata kerja ‘jalaba’ bermakna “menutup sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga tidak dapat dilihat”. Satu-satunya ayat Al-Qur’an yang secara eksplisit menggunakan istilah jilbab adalah ayat 59 surah al-Ahzab “Hai Nabi,katakanlah kepada istri-istrimu,anak-anak perempuanmu,dan istri-istri kaum mukmin:"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka."Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah di kenal,karena itu mereka tidak diganggu.Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Kemudian an-Nur ayat-ayat: 31.

Untuk melengkapi tulisan ini, saya googling tentang fenomena jilbab di Indonesia. Saya mengutipnya dari : http://magexcity.multiply.com/journal/item/7/Jilbab_Sebagai_Sebuah_Symbol
“Jilbab mulai lazim dipakai di Indonesia sekitar tahun 1980-an, di mana saat itu terjadi peritiwa revolusi besar di Iran ketika Imam Khomeini berhasil menggusur Reza Pahlevi yang dipopulerkan sebagai antek dunia Barat di Timur Tengah. Khomeini menjadi lambang kemenangan Islam terhadap boneka Barat. Simbol-simbol kekuatan Khomeini, seperti foto Imam Khomeini dan komunitas Black Veil menjadi tren di kalangan generasi muda Islam seluruh dunia. Semenjak itu jilbab mulai menghiasi kampus dunia Islam, tidak terkecuali Indonesia”.


Saya prihatin, melihat model jilbab saat ini yang hanya sekedar mengikuti mode saja, tanpa tau urgensi mengenakan pakaian takwa itu. Seperti pembahasan dalam sebuah buku berjudul “Berjilbab tapi telanjang”. Interpretasi saya begini, boleh jadi ia berjilbab, hanya sekedar menutup kepala saja, sedangkan pakaiannya sangat ketat, menampakkan bentuk tubuh.

Saya miris, jika ada pertanyaan seperti ini :lebih baik yang mana, wanita berjilbab, namun perilakunya buruk, atau wanita dengan pakaian yang buka-bukaan, tapi akhlaknya baik. Ah,,,, pasti lah jarang sekali menurut saya. Amat jarang, seorang wanita yang senang mengumbar aurat, perilakunya juga baik. Amat langka. Tapi jika ada, saya sangat bersyukur, apalagi jika dibarengi kesadaran untuk menutup anggota tubuhnya.

Kemudian, wanita yang berjilbab, namun buruk perangainya. Bagaimanapun, seorang akhwat, seorang wanita muslimah adalah manusia juga. Banyak faktor yang menyebabkan itu terjadi. Karena lingkungan dan kebiasaan. Nah, justru ketika seorang mengenakan jilbab, akan timbul kesadaran untuk berperilaku lebih islami, dan tentu saja menjaga adab sebagai seorang muslimah, untuk menjaga nama baik para jilbaber. Dia merasa punya tanggung jawab moral untukmenjaga citra jilbab yang identikdengan islam. Sedikit banyak, perasaan seperti itu pasti. Minimal, dia takkan mau dikatakan sama aja dengan perempuan pengumbar aurat.

Trus, buat yang belum mengenakan jillbab, saya yakin, niat baik untuk menyempurnakan menutup aurat pasti sebuah keinginan yang kuat dari dalam hati. Karena fitrahnya manusia, suka kebaikan. Saya sering mendengar keluhan teman-teman satu kampus saya yang sampai saat ini belum mengenakan jilbab. Asalan paling klasik ”belum siap”. Mereka bilang, kalau mereka belum siap mengenakan pakaian takwa karena merasa perilaku mereka belum islami, masih suka ngomongin orang, dan segala perilaku buruk lainnya. Ah, sampai kapan kau beralasan seperti itu. Sampai kapan kau akan menunggu kesempurnaan itu muncul? No body’s perfect. Jilbaber juga manusia, banyak salah dan dosa. Jadi, sembari terus memperbaiki diri, cobalah untuk menjalankan salah satu perintah-Nya yang satu ini. Saya yakin, akan ada banyak kemudahan-kemudahan jika memang di niatkan untuk sebuah kebaikan.

Inilah mungkin letak sulitnya seorang da’i. Mereka dituntut ”tidak boleh salah”, mereka jadi qudwah, mereka teladan, mereka di dengar omongannya, mereka di anggap ”suci”, mereka sangat tabu untuk melakukan kesalahan! Padahal, seorang da’i juga manusia, tak luput dari dosa dan kesalahan. Sedikit saja seorang da’i berbuat salah, maka hilanglah kredibilitasnya sebagai seorang yang di hormati. Ibaratnya, satu kesalahan yang di lakukan, itu menghapus seribu kebaikan yang telah dia lakukan. Sungguh tidak adil memang, tapi begitulah frame berpikir masyarakat kita, belum bisa open-minded.

Ah, saya cuma ngelantur...
Wallahu’alam bishowab

2 komentar:

al Amin mengatakan...

asslm....ukh.........
salam buwat ikhwah disana....
ini dari kammi solo utara
ni ane mo tanya gimana keadaan dakwah disana ok g??????????

Anonim mengatakan...

aku cowok,…hehe…buat hijab, oke!
jilbaab??? dalam bahasa arab kan menutupi sesuatu dengan sesuatu yang lain….itu secara harfiah, tapi secara maknawi, menutup itu harus benar benar tertutup, baik tampaknya,bentuknya,atopun kesan yang ada di dalamnya…so..
buat akhwat yang belum berjilbab. … jilbaban doonk!buat yang masih “jilbab gaul”, , jadilah lebih baik sedikit demi sedikit, buat yang udah kaffah…istiqomah yaaaa….
visit me : http://farkhanmubarok.wordpress.com